Rabu, 16 Desember 2009

Remidi Nggak Bikin Kamu Mati

Di hari-hari terakhir UAS, papan pengumuman sekolah sudah mulai dipenuhi daftar siswa-siswa yang remidi di berbagai mapel. Aku kaget ketika suatu pagi menemukan tulisan: ”Remidi nggak bikin kamu mati!” di antara puluhan nama peserta remidi. Ditulis dengan spidol warna dan tampak mencolok. Ckckck.... Siapa gerangan si penulis?

Namun, kali ini aku tak akan meributkan siapa si penulis. Aku hanya akan membahas lima kata itu: Remidi nggak bikin kamu mati!

Aku tahu, kata-kata ini bisa menjadi penghiburan bagi para siswa yang remidi. Salah satu buktinya, aku menemukan kata-kata ini di status salah seorang teman di facebook. Salah seorang teman yang harus ikut remidi.

Jika ditinjau dari segi makna, kalimat itu memang benar adanya. Remidi bukanlah pedang perang. Remidi bukanlah senapan berburu. Remidi bukanlah bom atom. Remidi bukanlah racun mematikan. Remidi hanyalah beberapa soal yang mengharapkan jawaban benar.

Pertama kali membaca kalimat ini, reaksi yang timbul dalam diriku (setelah kaget sejenak) adalah pertentangan. Aku tidak suka mengetahui teman-temanku (yang remidi) menghibur diri dengan kata-kata ini. Aku takut, kata-kata ini akan menanamkan rasa tak peduli pada diri mereka. Aku takut mereka kehilangan semangat untuk mengerjakan UAS dengan usaha terbaik mereka karena jikapun nilai mereka di bawah KKM, mereka bisa mengikuti remidi, dan takkan ’mati’ karenanya. Aku tak mau mereka menganggap remeh kesempatan pertama karena ada kesempatan kedua.

Menurutku, remidi itu adalah sesuatu yang sebaiknya dihindari karena remidi itu:

Merepotkan
Jika kita ikut remidi, itu artinya kita harus ‘berjuang’ lagi. Kita harus membaca catatan lagi. Kita harus membaca buku paket lagi. Kita harus latihan lagi. Dan usaha-usaha lain yang tidak sebanding dengan hasil yang akan kita peroleh nanti. Kalaupun kita bisa menjawab semua soal remidi dengan benar, nilai yang kita dapat tidak akan melampaui KKM.

Membuang waktu
Biasanya, soal-soal remidi dibuat mirip bahkan persis dengan soal UAS. Itu artinya, kita harus mengerjakan soal-soal yang sama (lagi). Kalau saja kita tidak remidi, kita bisa memanfaatkan waktu yang kita miliki untuk refreshing pasca UAS. Lebih asyik kan?

Mengecewakan orang tua
Kalau orang tua kita tahu bahwa anaknya remidi, pasti pikiran mereka akan langsung terbebani. Bahkan, efek sampingnya bisa membuat mereka sakit ringan, seperti masuk angin, pusing, flu, dsb. Padahal, kita sebagai anak memiliki kewajiban untuk membahagiakan orang tua, bukan mengecewakan mereka.

Membuat keseriusan kita dipertanyakan
Memangnya satu semester ini kamu ngapain di sekolah? Apa kamu nggak pernah memerhatikan pelajaran yang disampaikan gurumu? Kalau kamu belajar sungguh-sungguh, kenapa masih remidi?

Itulah beberapa hal yang membuatku tidak setuju dengan kalimat itu. Okelah, mungkin maksud si penulis baik. Mungkin ia ingin menghibur para remidian agar tidak terlalu meratapi nasib. Tapi aku tetap merasa kata-kata itu kurang pas dijadikan hiburan. Kalimat itu hanya menimbulkan keberanian untuk menghadapi remidi, belum menanamkan tekad untuk berjuang menjadi lebih baik (alias nggak remidi lagi).

Kalau aku remidi, aku akan berkata pada diriku sendiri: ”OK. Jalani ini dengan berani. Tapi, jangan sampai hal ini menjadi ‘hobi’ yang mendarah daging. Next time, you must be better!!!”

Nature




Berbagai keindahan alam yang terbidik kameraku.... dan beberapa diantaranya aku modif (sedikit).... :-)

Kamis, 03 Desember 2009

Citywalk Malam

Malam tiada berbintang. Purnama tersaput mendung. Di keremangan citywalk aku berdiri menunggu. Tiba-tiba saja, seorang lelaki tua bungkuk memasuki frame pandanganku. Ia sedang menawarkan dua ikat tape ke beberapa orang yang nongkrong di sana.

Ia dekati orang-orang itu satu per satu. Dengan senyum ramah, ia tawarkan dagangannya. Namun, apalah daya. Yang ia dapat hanyalah gelengan, kata-kata manis, dan senyuman yang sebagian dipaksakan. Meski demikian, senyumnya tetap ramah mengembang dan asanya tetap tegar, tak kenal menyerah.

Tanpa kusangka, ia mendekat, menawariku. Refleks aku menggeleng dan memberi senyuman yang kuharap cukup manis sebagai permohonan maaf. Segera, peperangan dimulai di batinku. Kenapa kau menolaknya? Apa kau tidak kasihan padanya? Bukankah di dompetmu ada selembar lima puluh ribu? Tidak maukah kau membantunya? Tapi…. Untuk apa kau beli tape-tape itu? Apakah kau membutuhkannya? Siapa yang akan memakan tape sebanyak itu?

Peperangan terus berlanjut sembari mataku terus mengawasi lelaki tua itu. Ia kembali menawarkan dagangannya. Dan… Akhirnya, seorang ibu yang tadinya menolak tawaran si lelaki tua, memanggilnya dan membeli kedua ikat tape itu.

Huff… Dalam hati aku mendesah lega. Lelaki tua itu kembali mengurusi dagangannya. Purnama masih tersaput mendung.

Terjebak Dalam Diskusi Tentang "Love at First Sight"

Hmm, love at first sight? Does it do exist? Berikut ini beberapa kesimpulan yang dapat kuambil setelah terjebak dalam diskusi tentang “Love at First Sight”.

Existence
“What do you think about love at first sight?”
“It’s a condition when we meet a person and then we feel something
wrong with our heart.”

Something wrong? Hmmm, emangnya cinta itu sesuatu yang salah ya? I don’t think so…

Sebelum membahas tentang cinta pada pandangan pertama, mari kita renungkan hakikat cinta yang sebenarnya.

Menurutku, cinta itu adalah suatu keadaan di mana kita merasa perlu, bahkan harus, berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi seseorang. Cinta adalah suatu perasaan yang mendorong kita untuk membuat seseorang merasa nyaman di dekat kita. Cinta adalah sesuatu yang mendorong kita untuk terus berusaha membuat orang lain bahagia. Cinta pula yang mampu membuat kita ikut merasakan kesedihan yang dirasakan orang lain.

So, apakah cinta pada pandangan pertama itu ada???

Banyak orang yang beranggapan bahwa cinta pada pandangan pertama itu tidak ada, tidak pernah terjadi. Bagaimana mungkin kita bisa langsung jatuh cinta pada seseorang yang melihatnya pun baru sekali, bahkan mungkin sepintas? Tanpa mengenalnya lebih jauh? Hanya tahu fisiknya saja?

Tapi, jika pertanyaan serupa dilemparkan padaku, aku akan menjawab: ADA.



Ya. Love at first sight does exist in this world. Dan, menurutku, cinta inilah yang pertama kali kita dapatkan di dunia ini. Cinta inilah yang kita dapat semenjak tarikan napas pertama kita. Semenjak pertama kali kita menangis. Semenjak kita dilahirkan ke alam fana ini.

Cinta seorang wanita mulia yang telah mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan kita. Cinta ibu kita.

Tak peduli seperti apapun keadaan kita waktu itu—tidak cantik, tidak ganteng, anggota tubuh tidak lengkap, dsb—ibu akan langsung jatuh cinta dengan kita. Ia ingin segera menggendong kita. Merengkuh kita dalam kehangatannya. Membuat kita merasa nyaman: memberi kita ASI
hingga kenyang, menjaga, serta merawat kita selalu.

Pun ketika kita sakit, ia juga akan merasa sakit. Ketika perkembangan kita terhambat, ia akan merasa khawatir dan berusaha agar kita dapat berkembang dengan normal. Ia memilihkan susu formula yang paling bagus untuk kita. Ia memilihkan bubur bayi berkualitas untuk kita. Tak peduli seberapa mahal harganya.

Hmm, in conclusion, cinta pada pandangan pertama itu benar adanya. Cinta itu adalah cinta satu malaikat kita di dunia ini. Cinta ibu kita.

Love Story a la Sinetron or Reality Show
Dari diskusi ini, aku juga jadi tahu beberapa kisah cinta yang selama ini hanya kukenal di dunia sinetron dan fiksi.

Ada cewek yang ditembak pake cara special: diajak ke lab fotografi yang udah penuh dengan foto si cewek. Dan di antara foto-foto itu, ada kata-kata ungkapan cinta dari si cowok.

Atau…

Si cewek diajak ke tempat terbuka yang udah dipenuhi penonton. Mereka semua nyanyiin lagu romantis. Dan dihadapan si cewek berdiri tegap si cowok yang membawa rangkaian bunga mawar merah dan putih. Jika si cewek memilih mawar merah berarti pacaran. Jika memilih mawar putih berarti temenan. Ckckckck…

Ada juga seorang cowok yang pernah pacaran dua kali. Pacaran yang pertama bisa nyampe enam tahun. Pacaran kedua cuma berjalan sejam. Jauh banget ya, bedanya??

Ada lagi seorang cowok yang ngakunya pernah pacaran enam kali. Dan hebatnya lagi, dia inget semua mantannya!!! Ihh… nggak penting banget sih… Mending juga buat inget-inget rumus fisika or kimia, hehehe…

Udah ah…. Kayaknya itu aja yang bisa aku share. Makasih banyak buat pihak-pihak yang ikut serta dalam diskusi ini. Maaf, ceritanya saya publikasikan. Tapi identitas kalian aman koq… Nggak akan aku bocorin ke siapa-siapa…^^.V

Minggu, 29 November 2009

Baksos Idul Adha 1430 H

The Second ‘Baksos’
Seumur hidup, baru tahun ini aku merayakan Idul Adha jauh dari keluarga. Dari tanggal 26 sampai 28 November kemarin, aku diamanahi untuk menjadi panitia baksos Idul Adha yang mengambil lokasi di desa Biru Pandanan, Wonosari, Klaten. Acara seperti ini rutin dilaksanakan sekolah dua kali setahun. Dan di tahun pertamaku di SMA ini, aku telah mengikuti keduanya: Baksos Idul Fitri dan Baksos Idul Adha.

Now, aku pingin share pengalaman lewat tulisan ini. Selamat menikmati.

Kamis, 26 November 2009
Setelah bergelut dengan soal-soal tes fisika dan penjaskes, aku segera meluncur pulang untuk packing. Dalam hal ini, aku berterima kasih sekali kepada mamiku tercinta karena telah banyak membantu dalam persiapan baksos anaknya ini, hehehe…

Sekitar jam satu, aku sudah sampai lagi di sekolah. Ternyata panitia yang lain sudah menunggu di sana. Padahal janjinya mau kumpul jam satu. Ckckck, semangat banget ikut baksos… Jadi malu gara-gara datang belakangan. ^^

Setelah upacara pemberangkatan yang singkat, kami segera menaikkan barang-barang ke dalam bus. “Klaten, we’re coming!!!

The first action
Baksos kali ini, aku ditugasi menjadi sie TPA. Bener-bener ujian deh buat aku. Aku itu nggak pinter kalau disuruh ngajar. Apalagi ngajar anak-anak. Bisa-bisa mereka pusing gara-gara nggak ngerti apa yang kumaksud. Tapi, okelah… Kuterima jabatan ini demi mbak-mbak panitia yang membagi tugas, supaya nggak tambah puyeng. ;-)

Ada tiga masjid yang menjadi objek kami. Masjid Ar Rohman, Al Ikhlas, dan As Salam. Aku, mbak Nurul, mas Faqih, mas Fajar, dan mas Dzar, ditugaskan untuk mengajar anak-anak TPA As Salam. Jadilah kami berangkat beberapa menit sebelum adzan asar berkumandang.

Ternyata oh ternyata, TPA As Salam biasa dimulai sekitar jam empat sore. Hal ini jauh sekali dari target waktu yang telah kami susun. So, kita berlima harus menunggu sebelum ada cukup anak untuk memulai TPA, huft…

Setelah perkenalan singkat, kami segera membentuk kelompok. Aku dapat Indah, Ria, Dillah, Endang, Putri, Fani, dan dua anak lain yang aku lupa namanya. Ya Rabb, betapa pemalunya anak-anak ini. Susah sekali mengajak mereka berinteraksi. Jika kutanya, mereka lebih sering diam dan tersenyum malu-malu. Padahal sebenarnya mereka bisa menjawabnya. Hal ini mungkin disebabkan karena kami baru kenal. Setelah mengajar mereka (yang terasa seperti monolog panjang), aku berharap agar esok hubungan kami sudah lebih akrab.

Buber And Nyupir
Selesai di As Salam, aku kembali ke posko di Ar Rohman. Aneka hidangan telah tersedia di sana. Sambil menunggu adzan maghrib, kami mengisi waktu dengan aktivitas yang berbeda-beda. Ada yang mandi, ngobrol, utak-atik hp, dll. 

Aku berbuka dengan segelas penuh kolak. Slrp, segarnya… Tenggorokan yang kering telah basah kembali. Kini saatnya untuk memenuhi panggilan untuk menghadap sang Khaliq.

Usai sholat maghrib berjama’ah, it’s time to eat! Hmmm, ada ikan goreng dan sayur. Melihat porsinya yang terlalu besar buatku, aku pun memutuskan untuk kembulan sama Amel. Sebenernya pingin ngajakin Nada juga, tapi dianya nggak doyan nasi sih…. Ya udah, berdua aja.

Soal Nada yang nggak doyan nasi ini, ada cerita tersendiri. Doski sudah bawa ransum sendiri. Pop Mie and roti tawar. Alkisah, Nada pingin bikin Pop Mie. Tapi dia pekewuh ngambil air panas dari dispenser yang dipasang di kamar laki-laki. Sebagai teman yang baik (ehem), aku sama Amel mau ngambilin air panas buat dia. Tapi…Olala, teryata dispensernya nggak nyala. Begitu dinyalain, pet… ruangan langsung gelap gulita. Listriknya nggak kuat. Hehehe, akhirnya rebus air dulu deh…

Malam itu jadwalku untuk nyupir (nyuci piring, XP). Banyak banget cuciannya. Tapi, dari kegiatan ini, aku dapat pengalaman baru: nimba di sumur. Seumur-umur, baru waktu baksos itu aku nimba di sumur. Seru juga sih… Tapi berat… 

Malam Pertama
Ba’da Isya, acaranya adalah takbiran plus ta’aruf. Warga sekitar diundang untuk berkumpul di Ar Rohman. Acara diisi dengan pemutaran vcd tuntunan ibadah praktis, vcd yang sama dengan yang diputar ketika baksos Idul Fitri dan Ospek. 

Aku, Amel, Nada, Titi, dan Zara langsung kembali ke penginapan seusai acara. Rumah masih ramai. Namun, lama-kelamaan banyak yang menyerah pada kantuk dan menanggapi panggilan alam mimpi. Aku sendiri baru tidur pukul dua belas. Sebelum tidur, aku masih sempat ngobrol dengan mbak-mbak panitia tentang lomba TPA besok.

Suara takbir terus menggema di angkasa malam menemani jiwa-jiwa yang terlelap sejenak.

Sholat Id
Bangun jam 2.45, lansung mandi. Setelah itu mengisi sunyinya malam dengan tahajjud dan witir. Beberapa menit kemudian, menyambut fajar dengan dua raka’at subuh. 

Biasanya, aku baru berangkat sholat Id jam enam kurang sedikit. Tapi, karena lokasi sholat Id berjarak 1 km dari tempat penginapan, kami semua sudah berangkat pada pukul lima lebih seperempat dengan berjalan kaki.

Sesampainya di lapangan, suasana masih sepi. Hanya ada beberapa panitia sholat Id dan rombongan kami. Jadi nyesel berangkat pagi-pagi, hehehe…

Setelah sholat Id, karena tidak ditugaskan untuk membantu sie qurban, aku dan beberapa panitia putri memyiapkan konsumsi untuk acara malam nanti: pengajian akbar. Snack yang harus tersedia sekitar 175 dos. Ditemani obrolan dan candaan ringan, kami mengerjakannya dengan senang hati.

Lomba TPA
Hari kedua TPA adalah khusus untuk perlombaan. Ada lomba menjodohkan ayat, komunikata, dan sumpit kacang. Acara tersebut bisa dibilang cukup sukses karena adik-adik TPA tampak mengikuti semua perlombaan dengan riang gembira.

Tidak seperti sehari sebelumnya, adik-adik sudah mulai akrab dengan kami. Sayang sekali, hari itu adalah kesempatan terakhir kami untuk mengajar di sana. Mau tak mau kami harus berpisah dengan mereka. Sedih juga… T_T

Pengajian Akbar
Hari kedua selalu lebih melelahkan. Itulah pengalamanku dari dua baksos yang pernah kuikuti. 

Walau sudah lelah, kami masih harus mengikuti satu acara lagi. Yupz, pengajian akbar. Diisi oleh salah seorang guru dari sekolah kami, pengajian berjalan selama kurang lebih dua jam. 

Sungguh aku tak kuat menahan kantuk. Namun, situasi-kondisi saat pengajian tak memungkinkanku untuk tidur. Oleh karena itu, aku pun jadi rewel sendiri. V

Usai acara, kami langsung kembali ke penginapan. Seperti malam sebelumnya, para guru masih ramai mengobrol di dalam. Panitia-panitia putri juga mengisi waktu sebelum tidur mereka dengan obrolan hangat. Aku yang sama sekali tak tertarik untuk nimbrung, memutuskan untuk duduk di dalam, membelakangi para guru, dan akhirnya jatuh terlelap. Hehehe, maaf sekali, tapi aku tak kuasa menahan kelopak mataku yang sudah berat. -.-

Go Home
Setelah tahajjud, witir, dan subuh, kami segera membereskan barang bawaan masing-masing maupun barang rombongan. Barang rombongan segera dimasukkan ke dalam mobil. Sedangkan ransel-ransel dipindahkan ke serambi masjid.

Sambil menunggu bus yang menjemput, kami berkeliling untuk pamitan ke warga setempat. Keindahan alam desa di pagi hari membuat kami tak kuasa menolak untuk berfoto-foto sejenak.

Finally, setelah menunggu lama, bus-nya datang juga. Kami segera menaikkan barang-barang, tak sabar ingin pulang. It’s time to back to Solo! 




Jumat, 20 November 2009

Long time no see....

Hmmm, udah lama juga ya, aku gak nulis di blog ini......
Habis gmn lagi???? blm sempat.......
I promise, I will post some article to this blog soon.... hope you understand....

Jumat, 06 November 2009

Jumat, 25 September 2009

Inspirasi tak Bertepi - Annida Online

http://www.annida-online.com
Majalah online yang bagus.... Isinya juga patut untuk dibaca... benar-benar sumber inspirasi T O P buat remaja

Jumat, 21 Agustus 2009

Hati yang Lemah

Kenapa hati ini terlalu lemah

sehingga cinta untuk sang Maha Mencinta

terkalahkan oleh cinta semu akan dunia

dunia milik sang Maha Mencipta

Kenapa hati ini terlalu lemah

sehingga rasa iri, benci, dan dendam

begitu mudahnya merasuk

merusak tiap kebaikan sang Maha Penyayang

Kenapa hati ini terlalu lemah

sehingga tak mampu menerima, mengakui

bahwa Dialah yang Maha Adil

dikala musibah menimpa jiwa raga

Wahai Engkau yang Maha Kuasa

Engkau yang Maha Membolak-balik hati

Tetapkanlah hati ini akan cinta sejati yang terbesar

Cintaku untuk-Mu

Gemboklah hati ini dengan gembok yang hanya Engaulah pemegang kuncinya

Agar iri, benci, dan dendam tak kuasa menerobos penjagaan-Mu

Ajarilah hati ini untuk mengenali keadilan hakiki

Keadilan yang telah dan akan selalu tergariskan oleh-Mu

kutarikan jemari ini di atas keyboard, ketika benak dipenuhi pikiran, tarian jemari yang lemah gemulai ini, mengantarkan mereka keluar, tertuang di layar monitor, dan jika kuhendaki, melayang ke dunia maya.

My Eight First Days on Senior High School

Hmmm….Tak terasa aku sudah menjalani hari demi hari di SMA selama satu bulan lebih. Apa yang aku post-kan kali ini, adalah pengalaman yang ku dapat dari delapan hari pertama masuk SMA. Saat-saat orientasi siswa dan kemah yang dilaksanakan tepat sesudahnya.

Baiklah… tanpa berpanjang kata lagi, aku mulai kisahku…

Ahad, 12 Juli 2009

Pagi itu, kukayuh Polygon biruku dengan berbagai perasaan yang bercampur di dada ini. Sebagian besarnya adalah rasa senang dan takut. Senang karena bisa menikmati udara luar setelah sekian lama berdiam di rumah. Takut karena akan segera menghadapi rangkaian MOS, yang meskipun tidak menyeramkan, pasti akan tetap melelahkan.

Sebelum memasuki gerbang sekolah baruku, aku turun dari sepeda dan menuntunnya ke dalam. Aku bertanya kepada seorang kakak kelas berompi coklat yang berdiri di gerbang: di mana saya bisa memarkirkan sepeda ini?

Kakak itu pun langsung menunjuk ke dalam dan menyuruhku untuk terus saja masuk. Sebenarnya aku masih tidak mengerti di mana tepatnya tempat parkir itu. Tapi, tanpa bertanya untuk yang kedua kalinya, aku langsung menuntun sepedaku memasuki halaman sekolah. Di sisi kiri, kantor guru membentang dari gerbang sampai depan masjid. Setelah kantor guru, ada gerbang yang membuka ke kiri. Aku tak tahu tempat apa yang ada di balik gerbang itu.

Akhirnya aku memutuskan untuk memarkir sepedaku di depan kantor guru yang paling ujung, tepat sebelum gerbang itu. Belum juga aku menguncinya, kakak sepupuku—yang juga bersekolah di sana—menghampiriku dan menyuruhku untuk membawa sepedaku masuk ke gerbang tadi. Di sanalah tempat parkirnya. Setelah memberitahuku, dia menuntun sebuah sepeda—entah sepeda siapa—dan mendahuluiku ke gerbang yang dimaksud. Dia juga memakai rompi coklat seperti yang dipakai anak perempuan yang tadi kutanyai. Tulisan yang berbunyi “Kamtib SMA Al Islam 1” tercetak di bagian belakang rompi itu.

Sekolah masih sepi. Baru sedikit murid baru yang sudah datang. Aku tidak melihat wajah-wajah yang kukenal di antara anak-anak yang sedang duduk di serambi masjid yang ada di dalam kompleks sekolahku. Aku segera menduduki tempat yang kosong di serambi itu. Menanti teman-teman lamaku yang juga melanjutkan pendidikan ke sekolah ini.

Rangkaian acara hari itu diawali dengan mengisi daftar hadir. Semua murid baru dibariskan di gerbang depan. Yang putra dipisah dengan yang putri. Kami harus mencari nama masing-masing di beberapa kertas yang ada dan membubuhkan tanda tangan pada kertas tersebut. Nama-nama lain yang tercantum di atas kertas di mana namaku berada adalah nama-nama teman satu kelompokku. Kebanyakan anggota kelompokku adalah anak-anak yang nama depannya berawalan huruf F dan H.

Setelah itu, kami semua dikumpulkan di lantai tiga. Di sebuah ruangan yang sejatinya adalah dua ruang kelas yang terali aluminiumnya dibuka. Di ruangan ini, kami didudukkan sesuai dengan kelompok. Di ruangan ini pula lah pertama kalinya aku bertemu dengan kakak pendamping yang bertugas untuk mendampingi kelompokku, kelompok empat putri.

Setelah semua peserta MOS memasuki ruangan dan duduk sesuai dengan kelompoknya, beberapa panitia memberikan pengarahan singkat tentang MOS. Perlu diketahui, MOS di sekolahku ini berbeda dengan MOS di sekolah yang lain. Setiap peserta MOS di sekolah ini tidak diwajibkan—bahkan malah dilarang—untuk berdandan yang aneh-aneh. Kami juga tidak disuruh untuk mencari atau membuat barang yang macam-macam, alias tidak wajar. MOS di sini memiliki tujuan utama untuk mengenalkan sekolah ini kepada siswa baru. Baik mengenai lingkungan maupun kebiasaannya.

Setelah pengarahan selesai, masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk observasi. Kami diajak untuk mengunjungi beberapa tempat di kompleks sekolah. Misalnya saja UKS, Lab. Kimia, Lab. Fisika, Lab. Multimedia, Green Space, dll. Tentu saja setiap kelompok tidak mengunjungi semua tempat itu. Kelompokku hanya dipersilakan untuk mengunjungi UKS, Lab. Fisika, dan Green Space.

Di UKS, kami mendapat penjelasan singkat dari anak-anak PMR. Ruangan yang difungsikan sebagai UKS tersebut adalah ruangan kecil yang disekat menjadi dua. Di sana hanya ada dua tempat tidur, satu untuk putra dan yang lain untuk putri. Karena tidak ada kursi, maka ketika mendengarkan keterangan dari kakak-kakak PMR—salah satunya adalah kakak kelasku dulu sewaku SMP—kami duduk di kasur dan di lantai.

Observasi di UKS pun selesai. Aku bersama kelompokku langsung menuju Lab. Fisika yang ada di laintai dua. Lab ini ditata seperti ruang kelas biasa dengan tambahan TV dan OHP. Di sana, kami mendapat informasi bahwa murid-murid kelas sepuluh baru akan menggunakan Lab setelah memasuki semester dua. Setiap mengikuti praktikum kami diwajibkan mengenakan baju praktikum yang berwarna putih, panjang, dan berlengan pendek. Setelah praktikum selesai, guru-guru yang mengampu mata pelajaran tersebut akan meminta laporan hasil praktikum. Hmm, tak sabar rasanya ingin segera menggunakan fasilitas ini. Maklum, waktu SMP aku belum pernah masuk ke Lab IPA.

Sebelum meninggalkan Lab, kami diingatkan untuk mengembalikan baju praktikum yang tadi dipinjamkan untuk kami pakai. Dari lantai dua, kami langsung naik ke lantai empat untuk mengunjungi Green Space.

Dalam perjalanan ke sana, kami bertanya-tanya: Green Space itu apa? Bayanganku, Green Space itu seperti Green House. Namun, ketika kutanyakan pada kakak pendamping, dia hanya tersenyum tanpa memberi jawaban yang jelas.

Tak lama kemudian kami menaiki anak tangga sempit yang menuju kelantai empat. Dan akhirnya, tibalah kami di Green Space. Tidak seperti banyanganku, Green Space sama sekali berbeda dengan Green House. Tempat ini diisi dengan beraneka tanaman di dalam pot. Tanaman-tanaman ini hanya ditata sedemikian rupa di tempat yang teduh karena dua pertiga dari lantai empat ini tidak beratap. Green Space ini adalah base camp-nya anak-anak KIR Avicenna. Di tempat ini, kami mendengarkan seorang kakak yang menjelaskan tentang KIR di sekolah ini. Kegiatan-kegiatan KIR di sini antara lain adalah merawat Green Space, membagikan bibit Sansivera, dan membuat selai talok. Pada waktu itu, aku jadi ingin tahu bagaimana rasanya selai talok.

Setelah puas menikmati Green Space, kami semua kembali ke lantai satu untuk kemudian masuk ke masjid. Di masjid, kami sekelompok duduk melingkar untuk mendengarkan pengarahan dari kakak pendamping. Mbak Anis, kakak pendamping kami, memberitahukan bahwa hari Selasa nanti akan diadakan lomba pidato tiga bahasa: English, Arabiyah, dan Jawa. Masing-masing kelompok harus mempunyai satu wakil di setiap perlombaan ini. Awalnya, aku ditunjuk untuk mengikuti lomba pidato bahasa Arab. Tentu saja aku menolak. Sebagai gantinya, aku memilih untuk diikutkan lomba pidato bahasa Inggris saja. 

Sambil menunggu kelompok lain menyelesaikan observasinya, aku mengobrol dengan teman-teman satu kelompokku. Mbak Anis telah mewanti-wanti supaya aku bisa mengenal seluruh teman sekelompokku. Ini adalah sebuah keharusan karena aku adalah ketua kelompok. 

Kelompokku terdiri dari 20 orang. Sebagian besarnya adalah lulusan SMP Al Islam (Spalsa) juga seperti aku. Meski demikian, aku hanya mengenal sedikit di antara mereka. Wajar saja, sewaktu SMP dulu, kuakui, aku tidak banyak bergaul dengan teman-teman dari kelas lain.

Acara hari itu diakhiri dengan pengarahan dari panitia tentang apa saja yang perlu disiapkan untuk besok. Dan sekitar pukul setengah dua belas, aku sudah meluncur pulang dengan beberapa pr yang sudah menunggu untuk diselesaikan.

PR hari Ahad:
  • Menyiapkan seragam yang mau dipakai hari Senin.
  • Membuat co card dengan kriteria: 15 x 10 cm, diisi nama, kelompok, dan foto 3 x 4, berwarna pink (warna berbeda untuk kelompok berbeda)
  • Memberi nama tas supaya tidak tertukar karena nantinya tas-tas akan ditinggal di ruang kelas sedangkan kami mengikuti acara di luar kelas 
  • Menyiapkan satu lembar HVS dan gunting untuk dibawa hari Senin
  • Membuat pidato bahasa Inggris
<<<To be continued>>>

Sabtu, 20 Juni 2009

Eragon

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Science Fiction & Fantasy
Film fantasi yang diangkat dari buku berjudul sama karya Christopher Paolini ini mengisahkan petualangan seorang penunggang naga muda, Eragon, bersama naganya yang bernama Saphira. Persahabatan mereka berawal sejak Eragon menemukan ’batu biru’ saat berburu di sebuah hutan bernama Spine. Eragon baru mengetahui bahwa sebenarnya batu itu adalah telur setelah Saphira kecil keluar dari telur itu. Hubungan mereka semakin dekat ketika Eragon memutuskan untuk memelihara Saphira.

Masalah timbul ketika anak buah Galbatorix, seorang penunggang naga sekaligus raja Alagaesia yang kejam, mendatangi desa tempat tinggal Eragon untuk mencari, bahkan membunuhnya. Para anak buah raja ini—Durza, Urgal, dan Ra’zac—diperintahkan untuk mengambil kembali telur yang ditemukan Eragon, yang tak lain adalah telur naga milik raja. Ketika Eragon tahu bahwa dirinya dalam bahaya, ia berusaha untuk memperingatkan pamannya supaya tidak ikut celaka. Sayangnya, ketika ia sampai di rumah, ia menemukan pamannya telah tergeletak tak bernyawa.

Di tengah dukanya, datanglah Brom, lelaki tua yang serba tahu tentang naga. Brom memaksa Eragon untuk meninggalkan desa dan bergabung dengan kaum Varden di pegunungan Beor. Kaum Varden adalah kumpulan orang yang tidak mau tunduk pada kekuasaan Galbatorix. Dengan bergabungnya Eragon dan Saphira, kaum Varden diharapkan dapat meruntuhkan rezim Galbatorix yang kejam. Selain itu, Eragon juga dapat membalaskan kematian pamannya jika ia bersedia bergabung dengan kaum Varden.

Dimulailah perjalanan panjang dari desa Eragon, Carvahall, menuju markas kaum Varden di pegunungan Beor. Eragon, Saphira, dan Brom harus menempuh jarak yang sangat jauh sambil terus berusaha menghindari anak buah raja. Akankah mereka berhasil mencapai pegunungan Beor dan bergabung dengan kaum Varden?

Seseru apapun petualangan Eragon dan Saphira, tentu akan terasa kurang jika tidak ada sisipan cerita cinta. Di tengah perjalanan mereka, Eragon bertemu dengan Arya, putri dari Ellesmera. Ternyata Arya telah diracuni oleh Durza. Keinginan Eragon untuk menyelamatkan Arya semakin menguatkan tekadnya untuk menemukan kaum Varden.

Film yang disutradarai oleh Stefen Fangmeier ini telah masuk nominasi Best Fantasy Film dan Best Performance by a Young Actor pada Saturn Award di tahun 2007. Selain itu, film ini juga masuk nominasi Excellence in Costume Design for Film (Fantasy) pada Costume Designers Guild Award di tahun yang sama.

Meskipun telah menuai prestasi, film ini juga banyak mendapatkan kritik negatif dari berbagai media. Misalnya saja, The Seattle Times mengatakan bahwa film ini ”technically accomplished, but fairly lifeless and at times a bit silly” (secara teknis bagus, tapi kenyataannya kurang hidup dan agak konyol). Sedangkan The Washington Post menganggap bahwa acting para pemeran di film ini kurang meyakinkan.

Terlepas dari itu semua, menurut saya, film yang dibintangi oleh Edward Speleers (Eragon), Jeremy Irons (Brom), dan Sienna Guillory (Arya) ini adalah film yang bagus untuk ditonton. Kisah menarik yang berusaha ditampilkan secara total oleh para pemainnya ini membuat saya tak bisa menahan diri untuk menontonnya lagi dan lagi.

Salah satu adegan yang menarik bagi saya adalah ketika Eragon terbang bersama Saphira. Edward Speleers dapat mengekspresikan euforia terbang dengan begitu hebatnya sehingga saya juga ikut merasakan kesenangan yang dirasakan oleh Eragon ketika terbang bersama Saphira, meskipun saya hanya menontonnya sambil duduk di kursi, bukan di atas naga.

Layaknya film yang diangkat dari sebuah novel, kisah petualangan Eragon dan Saphira dalam film ini agak berbeda dengan kisah yang diceritakan di novelnya. Perbedaan antara film dan novel ini, antara lain tampak dalam perwujudan karakter Brom. Dalam novel, diceritakan bahwa Brom adalah sosok yang penuh rahasia. Sedangkan di dalam filmnya, Brom adalah sosok yang lebih terbuka.

Di film ini juga terdapat adegan yang tidak digambarkan di dalam bukunya. Misalnya saja, percakapan yang dilakukan oleh Galbatorix ketika menyuruh Durza untuk menemukan telur naga yang hilang itu. Begitu pula sebaliknya, ada adegan yang diceritakan dalam buku, namun tidak diceritakan dalam filmnya.

Beberapa makhluk fantasi—seperti urgal dan Ra’zac—juga ditampilkan dengan cara yang berbeda dari deskripsi yang ada pada novelnya. Di dalam novel, dijelaskan bahwa urgal memiliki tanduk. Namun, di dalam film, urgal sama sekali tidak memiliki tanduk. Sedangkan Ra’zac digambarkan seperti sosok manusia bungkuk yang selalu memakai kerudung untuk menutupi wajah. Di dalam film, Ra’zac digambarkan bertubuh tegak dan seperti menggunakan pakaian hitam ketat dan berumbai-rumbai.

Meskipun berbeda dengan novelnya, saya tetap menganggap bahwa film ini adalah film yang bagus dan menghibur. Bagi Anda yang merasa tergila-gila akan film—terutama film fantasi—saya menyarankan untuk tidak melewatkan film ini.

Jumat, 05 Juni 2009

Rindu untuk Budi

Dengan santainya, Pak Diman mengisap rokok sambil mendengarkan radio. Jam dinding usang yang menempel di dinding kamarnya menunjukkan pukul setengah enam. Biasanya, pada jam-jam ini, Pak Diman sudah sibuk dengan segudang aktifitas penjaga sekolah. Mulai dari menyapu halaman hingga menyiapkan minum untuk para guru. Tidak untuk hari ini. Pak Diman bisa bersantai sejenak hari ini.

Radio kunonya melantunkan lagu-lagu pop yang banyak digandrungi remaja sekarang. Lagu demi lagu berganti. Lagu-lagu ini membuka memori lama Pak Diman akan cucu kesayangannya, Budi. Tanpa sadar, tangan lelaki tua itu menjangkau kotak kayu di atas mejanya. Mengeluarkan kenangan paling berharga dari cucunya, sebuah foto dan kaset band favorit Budi. Sambil memandangi wajah cucunya, ia kembali memutar ingatannya akan sebuah percakapan bersama Budi.

“Kamu lagi ngapain, Bud?” tanya Pak Diman sambil bersandar di pintu kamar Budi.

“Eh… Ini, Budi lagi dengerin lagu-lagu favorit Budi, Kek. Lagunya bagus-bagus deh. Kakek mau ikutan dengerin?” dengan antusias ia menambah volume tape-nya.

“Kakek mana ngerti lagu anak muda zaman sekarang, Bud.”

“Yahhh… Coba dong, Kek… Coba dengerin yang ini… ya?” bujuk Budi.

“Iya.. iya.. Kakek coba, deh.”

Sore itu adalah pertama dan terakhir kalinya Pak Diman menikmati lagu-lagu pop bersama cucunya.

Tok…tok…tok…

Pak Diman terperanjat oleh ketukan di gerbang depan. Sekilas ia melirik jam. Pukul enam lewat sepuluh. Siapa yang sudah datang sepagi ini? Ini kan hari ujian? Ujiannya saja baru mulai jam delapan…

Lelaki kurus itu mengambil kunci yang ia kaitkan di belakang pintu lalu bergegas menuju pintu gerbang, secepat yang diizinkan kaki tuanya.

“Ooo… Kamu tho? Pagi sekali datangnya… Ujian mulai jam delapan kan?” ujar Pak Diman kepada anak laki-laki yang tadi mengetuk gerbang. Anak ini memang selalu datang sekitar jam segini.

“Iya, Pak. Saya udah terbiasa datang pagi. Kalau berangkat agak siang, rasanya nggak enak. Udah panas, jalanan juga udah rame, Pak. Makanya, walaupun ujiannya mulai jam delapan, saya tetep berangkat pagi,” jelas anak itu panjang lebar.

“Nanti ujiannya sampai jam berapa?” tanya Pak Diman sambil membukakan gerbang.

“Jam sepuluh. Doakan saya ya, Pak. Semoga saya bisa mengerjakan ujian ini dengan baik.”

“Amin… amin…” jawab Pak Diman sembari tersenyum lebar.

Ketika anak itu sudah masuk dan meninggalkan Pak Diman sendirian di gerbang, pikiran Pak Diman kembali melayang ke cucunya. Betapa anak laki-laki tadi sangat mirip dengan Budi. Mereka berdua sama-sama suka berangkat pagi, tidak pernah terlambat. Mereka selalu berseragam dengan rapi, tidak seperti kebanyakan siswa lain yang suka berseragam seenaknya. Sorot mata mereka selalu memancarkan semangat membara. Mungkin bedanya hanya terdapat pada fisik. Anak laki-laki tadi tampak sehat terawat, kulitnya bersih, dan tubuhnya senantiasa wangi. Sedangkan Budi bertubuh ceking dan lebih sering berbau matahari.

Setelah lamunan singkat di gerbang depan ini, Pak Diman memutuskan sudah saatnya dia memulai pekerjaannya. Ia kembali ke kamarnya untuk mematikan radio kunonya lalu langsung menuju ke dapur sekolah. Merebus air untuk membuatkan the para guru.

***

Keesokan harinya, tepat pukul enam, Pak Diman sudah membuka kunci gerbang. Setelah itu, ia mulai menyapu halaman. Belum juga lima menit berlalu, anak laki-laki itu sudah datang.

“Pagi, Pak Diman,” sapanya.

“Eh… kamu. Pagi,” balas Pak Diman dengan agak kikuk. Meski sudah berulang kali bertemu, dia belum tahu nama anak laki-laki itu.

“Hari ini jadwalnya apa?” tanya Pak Diman ketika anak itu memarkir sepedanya.

“Matematika, Pak,” jawab anak itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Pak Diman heran demi melihat bahwa anak itu tetap tenang meski akan menghadapi ujian mata pelajaran yang dianggap sebagai momok oleh sebagian besar siswa.

“Ohhhh…. Udah belajar, kan? Bapak doakan deh, supaya kamu bisa mengerjakan soal-soalnya nanti.”

“Makasih, Pak,” jawab anak itu sambil berlalu ke dalam.

Pak Diman kembali ingat akan cucunya. Pada suatu pagi, sebelum Budi berangkat sekolah…

“Hari ini ujiannya apa, Bud?” tanya Pak Diman.

“Matematika, Kek,” jawabnya sambil memakai sepatu.

“Matematika, ya? Hmmm… Kakek doakan deh, supaya kamu bisa mengerjakan ujiannya nanti.”

“Makasih, Kek. Budi yakin kalau Budi bisa mengerjakan ujian nanti. Budi kan udah belajar, Kek.”

“Iya, deh. Kakek percaya,” jawab Pak Diman.

“Budi berangkat dulu ya, Kek. Assalamu’alaikum,” pamit Budi sambil mencium tangan kakeknya.

“Wa’alaikum salam.”

Ternyata itu adalah pamitan Budi untuk selamanya. Pagi itu dia tidak sampai ke sekolah. Tidak mengerjakan ujian matematikanya. Pagi itu ia tertabrak mobil. Ia mengalami pendarahan hebat di kepala. Ketika dilarikan ke rumah sakit, Budi telah menghembuskan napasnya yang terakhir.

Mata Pak Diman basah. Ia rindu sekali dengan cucunya. Mungkin satu-satunya penghiburan yang dimilikinya adalah anak laki-laki itu. Setiap kali bertemu dan bercakap-cakap dengannya, Pak Diman selalu merasa bahwa ia sedang berhadapan dengan cucunya.

Meski demikian, tak lama lagi, Pak Diman juga harus berpisah dengan anak laki-laki itu. Sebentar lagi ujian selesai dan anak itu pasti lulus. Meninggalkan sekolah ini dan Pak Diman yang sudah menganggapnya sebagai cucunya sendiri. Ia akan meneruskan pendidikannya di sekolah yang lebih tinggi. Dan kelak ia akan menjadi orang sukses. Pak Diman yakin akan hal itu.

***

Gubrakk

“Astaghfirullah!”

Orang-orang mulai mengerumuni anak laki-laki yang sekarang baju putihnya telah basah oleh darah. Mata anak itu terpejam. Napasnya tersengal-sengal. Sepedanya penyok akibat benturan keras dengan mobil tadi.

“Ada apa ini?” tanya Pak Diman yang tadi segera berlari keluar setelah mendengar suara benturan di depan sekolah. Beberapa guru dan siswa juga telah bergabung dengan kerumunan tersebut.

Pandangan lelaki tua itu langsung tertuju ke arah si korban. Wajahnya penuh dengan darah segar yang masih terus mengalir dari luka baru di kepalanya. Meski demikian, mata lelaki tua itu masih cukup awas untuk mengenali bahwa itu adalah anak laki-laki yang mengingatkannya kepada Budi.

“Inna lillah!” seru Pak Diman sembari bersimpuh di samping anak laki-laki itu. Ia meraih kepala anak itu. Mengusap darah dari wajah tampannya.

“Ayo segera telepon ambulance! Anak ini perlu ditolong. Segera! Ayo!” seru seseorang dalam kerumunan. Entah siapa.

Pak Diman hanyut dalam kesedihan. Meskipun anak laki-laki itu tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya, Pak Diman tetap menangisi keadaannya. Lelaki tua itu terus-menerus menyeka darah yang keluar dari kepala si anak. Sekilas matanya melirik ke seragam anak itu dan badge nama yang tersemat di dadanya. Tulisannya agak tersamarkan oleh darah. Lelaki tua itu mengedipkan mata untuk menghilangkan genangan air mata di pelupuknya, agar ia bisa membaca dengan jelas. Dan akhirnya, dia tahu nama anak laki-laki itu. Budi Anggara. Tangis Pak Diman pun semakin menjadi-jadi.


Senin, 01 Juni 2009

Pengumuman kelulusan

Start:     Jun 19, '09
Location:     School
Dug deg dug deg
Lulus gak ya????

Perpisahan

Start:     Jun 27, '09
Hiks... hiks...
Dadahh

Sabtu, 23 Mei 2009

Einstein Membantah Taurat & Injil, Einstein Mati Matanya Dijugil

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Religion & Spirituality
Author:Wisnu Arya Wardhana
Albert Einstein, penemu teori relativitas, peraih hadiah nobel, dan juga pemikir nomor satu dunia pada abad ke-20. Namanya seringkali digunakan sebagai julukan untuk orang yang memiliki kecerdasan otak di atas rata-rata. Fotonya terpampang di mana-mana. Penemuan-penemuannya sangat bermanfaat bagi perkembangan iptek modern. Siapa yang tak mengenal dia?

Beberapa dekade ini, telah banyak buku yang mengulas segala sesuatu tentang Einstein. Mulai dari perjalanan hidupnya, penemuan-penemuannya, bahkan kehidupan beragamanya. Buku inilah salah satunya.

Buku yang ditulis dalam sepuluh bab ini, banyak mengulas tentang kehidupan beragama Einstein. Perlu diketahui, semasa kecilnya, Einstein hidup dalam dua agama, yaitu Yahudi dan Katolik. Karena ia bersekolah di sekolah Katolik—yang mewajibkan seluruh siswanya mempelajari agama Katolik—maka ia terpaksa mendalami kitab Injil Perjanjian Baru. Sedangkan orang tuanya yang Yahudi menginginkan agar suatu saat nanti Einstein menjadi pemeluk Yahudi yang taat. Orang tuanya mendatangkan guru privat untuk mengajarkan agama Yahudi kepada Einstein. Selama belajar agama Yahudi ini, Einstein harus mendalami kitab Taurat, yang tak lain adalah kitab Injil Perjanjian Lama.

Selama mendalami Injil dan Taurat, Einstein menemukan beberapa kejanggalan di dalamnya. Logika Einstein tidak dapat menerima kejanggalan tersebut. Pada awalnya, ia tak berani mengkritisi kejanggalan-kejanggalan yang ada di dalam Injil dan Taurat. Namun, setelah ia menjadi ilmuwan ternama, ia mulai berani mengutarakan gagasannya tentang kejanggalan-kejanggalan tersebut.

Seperti yang kita ketahui, kitab Injil—baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru—yang beredar sekarang sudah tak dapat dijamin keasliannya lagi. Kitab-kitab tersebut telah banyak diubah oleh manusia. Tak heran jika di dalamnya banyak kejanggalan yang tak dapat diterima logika karena kitab-kitab tersebut tidak lagi merupakan kitab yang diwahyukan oleh Allah.

Salah satu hal yang membingungkan bagi Einstein adalah masalah Trinitas. Di dalam Injil jelas-jelas disebutkan bahwa yang wajib disembah itu hanyalah Allah sedangkan Yesus hanyalah hamba Allah. Yesus juga tidak pernah menyuruh pengikutnya untuk menyembahnya, apalagi menyembah Trinitas! Lagipula, di dalam Taurat (Perjanjian Lama) disebutkan bahwa Tuhan yang wajib disembah adalah satu, esa. Bagaimana mungkin Trinitas yang terdiri dari Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus itu dianggap sebagai Tuhan yang esa?

Buku ini sangat menarik untuk dibaca bagi anda yang ingin mengetahui perjalan kehidupan beragama seorang ilmuwan besar penemu teori relativitas. Akankah Einstein menemukan agama yang sesuai dengan logikanya? Silakan baca buku ini untuk menemukan jawabannya!

Penulis (Wisnu Arya Wardhana) juga telah menyertakan ayat-ayat dari Al Qur’an maupun Injil yang relevan dengan materi yang sedang dibahas. Jadi, pembaca dapat membandingkan dan menyimpulkan sendiri manakah ajaran yang paling benar, ajaran yang sesuai dengan logika manusia.

Bagi kita umat Islam, membaca buku ini dapat meningkatkan keimanan kita, Insya Allah. Kita akan semakin yakin bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya kitab yang terjamin keasliannya. Satu-satunya kitab yang sejalan dengan logika dan perkembangan dunia modern karena jika ditelusuri lebih dalam, penemuan-penemuan manusia dalam bidang iptek sudah disebutkan di dalamnya.

Dari segi penulisan, buku yang ditulis layaknya karya-karya tulis lain ini terkesan kaku. Penulisan buku ini terpancang pada pembagian bab-bab yang ada. Penulis kurang berani memasukkan materi di luar pokok bahasan yang sudah ditentukan meskipun materi tersebut ada kaitannya dengan apa yang sedang dibahas.

Penulis juga terlalu sering melakukan pengulangan. Misalnya saja, setiap kali membahas hal-hal di dalam Taurat dan Injil yang tidak dapat diterima logika Einstein, penulis seringkali mengingatkan pembaca bahwa Einstein adalah pemikir ulung, selalu mengedepankan logikanya pada setiap kesempatan. Pengulangan semacam ini tidak perlu dilakukan mengingat Einstein memang sudah terkenal di kalangan masyarakat dunia. Pengulangan ini hanya akan membuat pembaca bosan, bahkan pembaca yang sudah tidak kuat menahan kejenuhan akan berhenti membaca buku ini. Hal ini amat disayangkan karena sebenarnya pesan yang dibawa buku ini sangat bermanfaat bagi kita semua.

Jumat, 01 Mei 2009

UAS

Start:     May 11, '09
End:     May 16, '09
Location:     My lovely school
Another war after UN

Sabtu, 04 April 2009

Ujian Nasional SMP

Start:     Apr 27, '09
End:     Apr 30, '09
Location:     School
Ayo!!!!!!! Maju!!!!!! Serang!!!!!!! Bantai!!!!!!!

RapidLibrary.com - Rapidshare Search engine

http://www.rapidlibrary.com
Ini nich, tempat aq download ebook Twilight series, english edition....

Hari Gini Konvoi Motor? Capek Deh!

Gak terasa ya, kita dah memasuki bulan April. Gak terasa juga, masa jabatan Pak SBY dah hampir habis (maksudnya untuk periode 2004 – 2009). Gak terasa, bentar lagi rakyat Indonesia yang udah memenuhi syarat bakalan ngerasain pesta demokrasi.

Eits, tapi ada yang beda nich! Tahun kemaren, Pemilu kita pake sistem coblos. Kalo sekarang, kita pake sistem contreng. Menurutku, sistem apapun yang kita pake, yang penting kita bisa manfaatin hak pilih kita dengan sebaik-baiknya. Hal ini pentiiiiiiiing buangetz! Supaya Indonesia yang kita cintai ini bisa segara meraih kemakmuran dan kesejahteraan.

Sekarang, aku gak akan terlalu ngebahas masalah Pemilu. Aku bakalan lebih fokus ke kampanyenya.

Kampanye terbuka udah berjalan selama beberapa hari. Dari hari pertama sampai sekarang, menurut apa yang kuperhatikan, banyak buangetz pelanggaran-pelanggaran di kampanye partai-partai peserta pemilu. Mulai dari simpatisan yang mengikutsertakan anak-anak sampai bentrok antar simpatisan di acara hiburan yang diselenggarakan oleh partai. Ugh, bener-bener malu-maluin deh! Kapan sich, bangsa kita ini bisa tertib?! Gimana mau jadi negara maju kalau rakyatnya aja meremehkan peraturan yang ada?

Yang bikin aku suebbbbellll buangetz: KONVOI MOTOR! Astagfirullah! Bahkan kampanye yang dilakukan dengan cara obral janji dari para calon lebih berkelas dibandingkan kampanye dengan cara konvoi motor! 

Gak kenal laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja, sampai orang dewasa turun ke jalan naik sepeda motor. Kalo cuma konvoi biasa, it’s OK! Aku masih bisa terima. Tapi sayangnya, kebanyakan konvoi motor para simpatisan adalah konvoi yang luar biasa. Konvoi yang bikin telinga kita sakit gara-gara filter di knalpot mereka sengaja dilepas. Konvoi yang bikin pengguna jalan lain ngerasa gak nyaman gara-gara para simpatisan yang naik motor ugal-ugalan, gak peduli sama aturan lalu lintas. Konvoi yang bikin bumi ini tambah panas. Bikin kita sesak napas. Dan lain-lain, dan lain-lain.

Jujur ya, menurutku, konvoi motor yang kayak gitu gak cocok deh kalo disebut kampanye. Coba deh kita pikir lagi, apa sich tujuan kampanye itu? Bukannya kampanye itu tujuannya buat ngenalin para calon (entah legislatif atau presiden) supaya para pemilih gak ragu-ragu lagi buat milih mereka? Kalo cara kampanyenya pake konvoi motor, gimana kita bisa mengenal para calon? 

Menurutku, kampanye yang bener-bener kampanye itu seperti kampanyenya Barack Obama. Dia tampil di hadapan para pendukungnya dan meyakinkan mereka bahwa dia bisa membawa perubahan untuk Amerika Serikat. Secara tidak langsung, dia telah memancarkan kharismanya. Kharismanya memancar dengan kuat di tengah sorakan-sorakan “YES, WE CAN!” dari para pendukungnya. Kharisma inilah yang membuat orang-orang terpengaruh untuk memilihnya sebagai presiden baru di Amerika Serikat.

Sekarang, kewajiban Obama-lah untuk berusaha merealisasikan semua hal yang telah dijanjikannya kepada rakyat Amerika Serikat agar dia tidak kehilangan kepercayaan yang telah diberikan oleh pendukungnya.

Kalo aku mencalonkan diri di Pemilu tahun ini (gak mungkin ding, sekolah aja belum lulus. Hehehehe….), aku bakalan cari cara kampanye yang unik. Kampanye yang berkesan bagi setiap orang. Supaya setiap orang bisa ngenalin aku. Supaya setiap orang gak ragu lagi nyontreng namaku di kertas suara nanti, memilihku dan mengabaikan puluhan calon yang lain.

Misalnya aja:

  1. Untuk merebut simpati pemilih-pemilih muda, yang umurnya belasan tahun, aku bakalan manfaatin lifestyle terbaru, teknologi terbaru.
  2. Untuk merebut simpati para pemilih dari kelas ekonomi rendah, aku bakalan ngasih bantuan sembako (bukan cuma bagiin kaos berlogo partai!).
  3. Kalo aku adalah seorang ahli ekonomi, aku bakalan ngadain seminar buat para eksekutif muda untuk menunjukkan bahwa aku bisa dipercaya untuk memperbaiki ekonomi negeri ini.
  4. Aku juga bakal ngasih bantuan buat korban-korban bencana (misalnya aja korban jebolnya tanggul Situ Gintung) yang jumlahnya gak tanggung-tanggung.

Hehehehehe…. Inilah apa yang terpikir olehku. Kalo kalian pikir ide-ideku tadi tampak sangat tidak dewasa, abstrak, and gak jelas, aku minta maaf yang sebesar-besarnya ya? Maklum, aku kan emang masih belia, masih imut-imut. Kalo kalian punya ide lain soal cara kampanye yang unik, silakan aja tulis ide kalian sebagai comment untuk artikel ini. Au revoir! 

Minggu, 29 Maret 2009

March, 2009

Roda kehidupan itu selalu berputar dan berputar. Namun, seringkali kita baru menyadarinya ketika kita berada di bawah. Ketika kita berada di atas, kita terlena oleh ketinggian, mabuk oleh tarian angin, dan terlalu sibuk menyenangkan diri. Tak sadar, tak peduli terhadap orang yang berada di bawah, yang berharap untuk bisa naik ke atas. Padahal, pada saatnya nanti, kita yang akan menjadi orang tersebut: mendongak penuh harap, harapan untuk bisa berada di atas.

 

 

Alam raya diciptakan oleh Yang Maha Adil. Dia yang selalu menjaga keseimbangan dalam kehidupan umat. Tak selamanya yang menang akan menang. Ia pun akan merasakan rasanya dikalahkan.

 

 

Tak semua yang kita inginkan, baik untuk kita. Tak semua yang baik untuk kita, kita inginkan. Bisa jadi sesuatu yang kita inginkan hanya mengantar kita kepada maksiat sedangkan di tangan orang lain, sesuatu yang kita inginkan tersebut dapat membawa begitu banyak manfaat. Hanya Allah yang tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Dia juga selalu memberi yang terbaik bagi hamba-Nya karena Dialah Dzat Yang Maha Pengasih.

Senin, 23 Maret 2009

Penerapan Bioteknologi Konvensional dalam Pembuatan Tape Singkong

Bioteknologi? Apaan tuh?

Buat yang belum tau apa yang dimaksud bioteknologi, nich aku kasih penjelasannya: (ehem..ehem..)

“Bioteknologi adalah pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah dalam menggunakan organisme untuk menghasilkan produk dan jasa guna memenuhi kebutuhan manusia” (Istamar Syamsuri, dkk: 2007)

Simpelnya, bioteknologi itu salah satu cara yang bisa ditempuh manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan memanfaatkan makhluk hidup lain (tumbuhan atau hewan) atas dasar keilmuan (ilmiah). Hehehehe, bukannya bermaksud mendiskriminasi makhluk lain nich… Mengingat dunia seisinya memang diciptakan untuk mencukupi kebutuhan manusia, maka cara ini tidak bisa digolongkan sebagai penindasan / perbudakan / pendiskriminasian / sejenisnya. Hehehehehe…

Bioteknologi itu sendiri ada yang konvensional dan ada yang modern. Bioteknologi konvensional adalah bioteknologi yang dilakukan berdasarkan pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun (aku juga curiga, jangan-jangan bioteknologi konvensional juga ditemukan secara tak sengaja alias tanpa perencanaan sama sekali. Kalo emang iya, Alhamdulillah, thanks Allah…). Sedangkan bioteknologi modern adalah bioteknologi yang dilakukan atas hasil penelitian lebih lanjut oleh para ahli. 

Tanpa basa-basi lagi, mari kita masuk ke pokok bahasan kita! Taraaaa…….

Dalam pembuatan tape singkong, bioteknologi yang kita gunakan adalah bioteknologi konvensional. Organisme yang akan kita gunakan adalah strain jamur Saccharomyces cerevicea, salah satu makhluk hidup anaerob (tidak memerlukan oksigen untuk mendapatkan energi). Proses yang akan terjadi adalah fermentasi, yaitu proses pembebasan energi oleh jamur tersebut.

Alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat tape singkong ini:

  1. Singkong (Of course!).
  2. Strain jamur Saccharomyces cerevicea atau yang biasa disebut ragi. Biasanya dijual dalam bentuk bulatan pipih seperti Vitacimin (maaf, bukan bermaksud mempromosikan…). Untuk satu kilogram singkong, cukup memakai seperempatnya saja.
  3. Air secukupnya.
  4. Pisau, sendok.
  5. Kompor dan dandang untuk mengukus.
  6. Besek untuk tempat menyimpan singkong selama diperam. Perlu diperhatikan, meskipun Saccharomyces nggak butuh oksigen, tetapi ventilasi udara tetap diperlukan dalam pemeraman ini. Celah-celah pada besek dapat berfungsi sebagai jalan keluar dari panas yang dihasilkan oleh aktivitas jamur ini sehingga panas nggak terperangkap di dalam.
  7. Daun pisang untuk melapisi besek.

Nah, abis nyiapin bahan-bahannya, it is show time! Ayo kita mulai bikin tapenya! Ini nich, step-step-nya:

  1. Siapkan bahan dan alat.
  2. Kupas singkong, potong-potong, cuci, lalu kukus singkong hingga seluruh bagian singkong terasa lunak.
  3. Lapisi dasar besek dengan daun pisang yang sudah bersih lalu tata singkong di atas daun tersebut.
  4. Haluskan ragi yang masih berbentuk padat sampai menjadi bubuk halus.
  5. Taburkan ragi secara merata ke seluruh singkong. Pemberian ragi dapat juga dilakukan dengan cara dilumurkan secara merata ke seluruh singkong.
  6. Bagian atas kita lapisi lagi dengan daun pisang lalu tutup beseknya dengan rapat.
  7. Diamkan (peram) selama kurang lebih 1-2 hari. Dalam jangka waktu ini, jamur Saccharomyces akan melakukan reaksi dengan singkong dan mengubah zat tepung dari singkong tersebut menjadi zat gula.
  8. Setelah diperam selama ±2 hari, tape singkong pun siap disantap! Tapi, don’t forget to pray first!

Berdasarkan pengalamanku membuat tape singkong ini, ada beberapa tips yang mungkin bisa bermanfaat buat kalian (yang belom pernah bikin tape tapi punya niat buat segera nyoba):

  1. Sebaiknya singkong dipotong dengan ukuran sedang, jangan terlalu besar. Hal ini penting diperhatikan supaya setelah dikukus seluruh bagian singkong terasa empuk (empuknya merata, nggak cuman di luarnya aja). Kalau yang empuk cuman bagian luarnya, proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur akan kurang sempura.
  2. Peram singkong di dalam besek! Jangan di dalam tempat tertutup seperti toples! (Seperti yang udah aku jelasin tadi…)
  3. Letakkan besek yang berisi singkong yang sedang diperam itu di tempat yang hangat! Suhu hangat cocok untuk perkembangbiakan jamur ini.
  4. Jaga kesterilan / kebersihan alat dan bahan yang digunakan! Jangan sampai ada alat yang berminyak atau basah. Alat / bahan yang basah karena terkena air hujan dapat menggagalkan proses fermentasi.
  5. Perhatikan betul perbandingan antara singkong dan ragi yang digunakan supaya tape yang dihasilkan sesuai dengan harapan kita.
  6. Taburkan ragi secara merata supaya seluruh bagian tape terasa manis.

Oke, mungkin baru ini yang bisa aku bagi ke kalian. Aku sadar banget kalau masih banyak kekurangan di tulisan ini. So, I’m sorry and I hope you don’t mind to leave your comment for this article. Merci…

Kamis, 12 Maret 2009

Senin, 16 Februari 2009

Study Tour Oh Study Tour

Aduhhhh….. Pingin deh jadi kelas delapan lagi. Pingin ikut study tour…..

Tadi waktu ngeliat adik-adik kelas yang mau berangkat, jadi pingin ikut sudy tour lagi. Emang sih, tujuannya tetep sama: Jakarta. Tempat-tempatnya paling juga sama. Tapi ada satu hal yang bikin aku ketagihan. KEBERSAMAAN.

Waktu study tour, kita tidur sama-sama di bus. Waktu study tour, kita makan nasi yang atos (keras) juga sama-sama di bus. Waktu study tour, cowok ama ceweknya dijadiin satu bus, padahal biasanya selalu dipisah. Waktu study tour, meskipun berisik, tapi tetep asyik menghabiskan sebagian besar waktu di bus. Waktu study tour, kita mengunjungi tempat-tempat baru. Waktu study tour, aku ngerasa kayak di Hogwarts Express, meskipun kita naiknya bus, bukan kereta. Waktu study tour, kita asyik foto-foto. Waktu study tour………….. Pokoknya nyenengin deh. Pingin ikut lagi…… Huhuhuhu

Selain itu, aku juga pingin ke Planetarium lagi. Aku pingin liat bintang-bintang lagi. Aku pingin menjelajah luar angkasa meski cuma lewat proyektor.

Aku juga pingin ke Monas lagi. Naik lagi. Kemarin waktu study tour, aku cuma naik sebentar. Aku pingin naik lagi dan melihat seluruh Jakarta. Mungkin merenung di atas Monas juga asyik kali ya?

Aku juga pingin ke TMII lagi. Kemarin belum sempat keliling, abis takut ditinggal rombongan. Aku malah diem aja di penginapan. Paling kalau keluar cuma di sekitar penginapan doang. Sekarang jadi nyesel deh….

Moga-moga aja aku masih punya kesempatan buat nikmatin study tour lagi….

Minggu, 15 Februari 2009

Rindu

Kasih…

Di balik senyum bahagiaku

Tangis, terisak tersedu karena rindu

Kasih…

Di balik tawa lepasku

Ratapan menyayat pilu, bagai sembilu

Kasih…

Di balik senda gurauku

Keluh gelisah menggemuruh di hati yang resah


Tak kah kau dengar

Seduku dalam rindu yang sunyi

Tak kah kau lihat

Kilatan sembilu sang penjagal yang tamak akan kepiluan

Tak kah kau terguncang

Di luasnya samudra hati

Yang resah oleh gemuruh badai gelisah

Wahai pangeran seberang samudra

Nahkodailah pesiarmu

Arungi lautan dalam penuh gelombang

Jemputlah permaisurimu di sini

Di dermaga cinta Dinda menunggu Kanda



Kamis, 29 Januari 2009

Curhat

Haduhhhhhh..... Ampun deh tuh orang... Nyebellllliiiiiiiin bgt..... Bener-bener dehhhh

Sabtu, 03 Januari 2009

Solo atau Surakarta?

Hmmmm…. bingung gak kalo ada orang yang tanya: “Solo ama Surakarta tuh beda apa sama sich?”

Kalo aku, pertama kali ditanyain tentang hal ini langsung bingung dech. Memang sich, aku tuh lama tinggal di Solo tapi aku gak ngeh soal yang gitu-gituan. Gara-gara si Penanya udah pake muji-muji aku segala—bilang aku pinter gituh—jadi aku bener-bener usaha nyari jawaban yang betul.


First, aku tanya ke Papi yang orang Solo asli. Jawabnya: Solo ama Surakarta tuh sama aja.


Second, tanya ke Mami yang bukan orang Solo asli.
Jawabnya: Itu kan hubungannya sama keraton to..... (Keraton Surakarta Hadiningrat maksudnya)
Tapi, setelah beberapa jam, Mami ganti jawaban. Kalo yang kali ini ada dasarnya cuy! Dan....jawabannya adalah.....tara: Solo itu mencakup wilayah Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten.
Alasan Mami ganti jawaban ini, gara-gara beliau abis lihat koran Solopos yang di halaman utamanya tuh ada logo kayak gini nich....

Third, tanya internet donk. Secara, jaman udah canggih ini. Ya gak? Jawaban yang aku dapet dari internet rupa-rupa warnanya (lo kate balon...)

Satu, ada yang bilang kalo Solo ama Surakarta tuh sama. Tapi, nama Solo tuh lebih kondang daripada Surakarta (nama bekennya gituh). Sedangkan nama Surakarta biasanya dipakai untuk urusan administratif, misalnya aja SMPN 50 Surakarta, Universitas ..... Surakarta, Pemerintah Kota Surakarta, dll.

Dua, ada yang ngasih jawaban atas dasar sejarah nich, Bro. Jadi, Solo tuh diambil dari nama suatu desa, yaitu desa Sala. Pada jaman dahulu kala, ketika keraton Kartasura hancur, PB II memindahkan tahtanya ke suatu desa bernama Sala. Terus, PB II memberi nama Surakarta pada kerajaan barunya itu. Jadi, Solo tuh nama desanya, kalo Surakarta tuh nama kerajaannya.


Fourth, tanya temen-temen
Jawabannya: Kalo Surakarta tuh wilayahnya lebih luas daripada Solo. Soalnya Surakarta tuh karesidenan (terdiri dari beberapa kabupaten).

Sampe di sini aku jadi makin bingung nich... Coba aja lihat poin kedua ama keempat! Koq jawabannya berkebalikan yach? Yang bener yang mana nich? Buat siapa aja yang liat tulisan ini dan tau yang mana yang bener, pliiiiiiis kasih tau aku yach...

PS: Tulisan ini ada berkat adanya beberapa referensi dan saya berterima kasih atas referensi-referensi itu (Solopos dan beberapa situs internet). Bagi yang merasa tulisannya saya kutip, pliiiiiiiis jangan nimpukin saya... Maaf aja, gak saya sebutin situsnya soalnya saya udah lupa...