Jumat, 08 Januari 2010

Tausiyah Seorang Guru

Ini kutuliskan nasihat dari seorang guruku yang disampaikannya pada hari Senin, 4 Januari 2010: hari pertama semester keduaku di SMA. Dalam kesempatan itu, beliau hanya menyoroti dua hal. Meski hanya dua, namun itu semua memang penting untuk disampaikan, direnungi, dan kemudian ditindaklanjuti. Dua hal itu adalah keadaan anak sekolah zaman sekarang dan apa yang seharusnya dilakukan oleh kita, siswa-siswi yang juga merupakan remaja muslim.

Zaman sekarang, mayoritas remaja menganggap bahwa sekolah hanyalah formalitas belaka. Mereka sudah tak peduli akan luas dan nikmatnya samudra ilmu. Semangat mereka bukan lagi terletak pada ekspedisi di rimba ilmu.

Banyak dari mereka yang pamit berangkat sekolah, tapi ternyata malah kelayapan entah ke mana. Ketika guru menerangkan pelajaran, banyak siswa yang malah asyik ngobrol dengan temannya, tidur, atau sembunyi-sembunyi main HP maupun baca novel, komik, majalah, dsb di laci. Ketika diingatkan oleh gurunya, secara jelas mereka mengatakan, “Tugas bapak/ibu itu hanya mengajar. Nanti tanggal satu gajian. Sudah lanjutkan saja ceramah bapak/ibu.” 

Ketika guru mereka bertanya, “Tak inginkah kau mendapat nilai bagus, naik kelas, dan lulus dengan hasil yang memuaskan?”

Mereka menjawab, “Yang penting kami sudah membayar SPP. Kami tak peduli dengan nilai bagus, naik kelas, maupun kelulusan.”

Astaghfirullah…. Bisakah kita bayangkan bagaimana perasaan guru yang diperlakukan seperti itu oleh muridnya? Aku yakin, jika mereka memang benar-benar peduli pada muridnya, hati mereka pasti sakit, sedih. Bukankah menyakiti hati orang lain itu perbuatan tidak baik yang, tentu saja, tidak disukai Allah? Na’udzubillahi min dzalik!

Kata pak guru, budaya membaca di kalangan remaja kini meningkat. Drastis malah. Sayangnya bukan budaya membaca buku, terutama yang ada hubungannya dengan pelajaran, yang meningkat. Budaya membaca SMS, itulah yang meningkat.

Lalu apa yang harus kami lakukan???

Pak guru berkata bahwa kita sebagai remaja muslim seharusnya menyadari kewajiban menuntut ilmu. Bukankah ada hadits Rasul yang mengatakan bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan? Bukankah Rasul juga pernah bersabda memerintahkan kita untuk menuntut ilmu itu di mana saja, bahkan sampai ke negeri Cina? Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Tetapi kenapa kita, pemeluk-pemeluknya malah meremehkan, tidak mau mempelajari, menolak, bahkan membenci ilmu?

Tak sadarkah kita bahwa menuntut ilmu adalah perintah Allah? Dan itu artinya, menuntut ilmu termasuk ibadah? Jika kita memang tak peduli pada nilai, kenaikan kelas, dan kelulusan, apakah kita tak akan menyesal pula jika harus kehilangan salah satu kesempatan kita untuk beribadah? Kesempatan untuk menambah pahala yang kelak memperberat timbangan kebaikan kita di akhirat? Kesempatan untuk memperbesar kans kita untuk memasuki jannah-Nya nanti?

Astaghfirullah... Kawan, mari kita berusaha untuk meneguhkan niat kita untuk menuntut ilmu demi menggapai ridho-Nya. Ikhlaslah menahan kesenangan duniawi sejenak demi membaca buku pelajaran, demi mengerjakan tugas dari guru. Ingat selalu, bahwa itu salah satu jalan kita menuju jannah. 

KEEP SPIRIT!!!