Minggu, 31 Juli 2011

untuk seorang teman

image taken from here

Bahkan, orang seperti dirimu pun, yang gagah, yang garang, yang tampak tegas dalam bersikap, pernah menghabiskan hari-hari untuk menangis. Saat kau merasa sendirian, tanpa kawan yang dapat menolong. Saat kau merasa begitu kecil untuk amanah yang dibebankan di pundak bidangmu. Saat kau tak mengerti apa yang sedang terjadi. Saat kau tak tahu harus melakukan apa.


Namun, tangisanmu yang kumaksud ini sudah berlalu, jauh berlalu. Kini, entah seperti apa sejatinya dirimu.


Adakah kepalsuan di setiap tawa lepasmu kemarin? Benarkah saat ini kau sedang baik-baik saja, tanpa beban pikiran yang meresahkan?


Mungkin kau tak tahu bahwa aku tahu mengenai hal ini. Kau mungkin juga tak menyangka bahwa aku akan mempedulikanmu. Tapi, justru kamu sendiri yang seakan memancing penasaranku, sehingga aku mencari tahu lebih tentang dirimu.


Dan, sekalinya aku menemukan satu hal saja, rasa ibaku terbit untukmu.... Aku tak pernah mengira bahwa kau adalah orang yang rapuh. Sungguh tak pernah.


Aku. Kasihan. Sama. Kamu.




Hanya beberapa untai kalimat yang mampu kukeluarkan dari hati yang sedang dilanda gulana, tentang seseorang yang "aneh", yang sudah berhasil memancing penasaranku...

Jumat, 29 Juli 2011

S I A P A ?

Hari masih gelap. Subuh belum berlalu penuh. Namun kamu sudah paksa diri untuk segera melintas kota, menuju sekolah tercintamu. Prinsipmu belum berubah: jika sudah siap, segera berangkat saja. Kamu takut jika menunda-nunda untuk berangkat, jadinya nanti kamu malah malas.

Maka langsung kamu tunggangi kuda besi yang dibelikan orang tuamu tahun lalu. Lima belas menit berlalu, dan kamu pun sampai di gedung itu.

Sepagi itu, beberapa anak kelas sepuluh dan sebelas sudah ada yang datang. Ada jadwal olahraga rupanya. Kamu agak kaget juga melihat halaman yang padat manusia. Bagaimana bisa kamu membawa motor yang kau tunggangi ke tempat parkir yang ada di belakang gedung?

Tapi itu hanya sesaat. Karena ada seorang guru olahraga yang langsung "menggiring" anak-anak itu ke tepi, untuk memberimu jalan. Kamu pun langsung tancap gas tanpa menoleh ke guru tadi, tanpa menyampaikan sekedar tatapan terima kasih.

***

Di tempat parkir. Di hari yang lain.

Setelah merasa bahwa kau sudah memarkirkan motor dengan baik, segera kau putar kunci ke kiri. Meski aturannya tidak boleh kunci stang, tapi kamu tetap mengunci stang. Lagian tidak ada yang protes kan?

Selagi melepas helm, ada orang yang memarkir motor di sampingmu. Kau menoleh kepadanya beberapa detik. Orang itu juga menatapmu ternyata. Namun kau langsung memutuskan kontak pandang itu. Tanpa senyum. Untuk apa? Kamu tak kenal orang itu.

"Pagi, mbak Hayyu. Assalamu'alaikum."

Kaget, kau menoleh ke orang tadi. Yang saat ini sedang tersenyum kepadamu.

"Wa'alaikumussalam.." jawabmu dengan agak salah tingkah. Spontan kau melirik badge namanya. Bukan untuk mencari tahu nama, sekedar ingin tahu dia dari kelas berapa.

Hijau. Berarti dia anak kelas sebelas. Adik kelas.

Setelah melempar senyum singkat untuknya, kau pun berlalu.

***

Adzan baru saja selesai berkumandang. Kamu langsung menuju tempat wudhu. Tanpa seorang teman pun.

Di tempat wudhu yang sudah ramai, kau hanya diam dan lebih memilih untuk tidak memandang orang-orang yang keluar masuk tempat wudhu. Sembari menunggu antrian, sibuk dengan pikiran sendiri.

"Halo, mbak Hayyu..."

Ada yang menyapamu. Kau pun menoleh ke sumber suara. Anak kelas sepuluh rupanya. Setelah melempar senyum dan lambaian tangan sebagai balasan, kau segera menyambar keran kosong dan mengambil wudhu. 

***

Bel tanda jam ke 7 sudah berdering. Kamu segera menyudahi do'a dhuhur mu dan melipat mukena. 

Saat memakai sepatu di depan masjid...

"Hayyu... Besok mau kuliah di mana?" tanya seorang gadis di sampingmu. Teman seangkatan, tapi dari kelas lain.

"Eh? Uhm... Pingin coba ke ITB," jawabmu setelah melirik sekejap kepada orang itu.

"Ooo, jurusan apa?"

"Matematika," tersenyum. Sebenarnya kau ingin menjawab lebih dari itu. Bahwa pilihanmu selain ITB adalah UGM. Bahwa kamu belum pasti pula dengan jurusan Matematika. Namun, alih-alih menjawab demikian, kau balik melontarkan tanya basa-basi...

"Kalau kamu, mau nerusin ke mana?"

"Aku UNS aja. Yang deket," jawabnya ringan.

"Jurusan?"

"Hehe, belum tau. Pinginnya sih ambil kesehatan."

Mendadak terlintas tanya di benakmu: gadis ini dari kelas IPA atau IPS ya?

Tapi karena dia ingin kuliah di kesehatan, kausimpulkan bahwa dia anak IPA. Maka pertanyaan yang akhirnya kaulontarkan adalah:

"Kenapa nggak kedokteran [maksudnya pendidikan dokter] aja sekalian? Kan cool tuh.. hehe.."

"Uhm... nggak ah..."

Selesai memakai sepatu, kau segera berusaha mengakhiri percakapanmu dengan dia, secara halus tentu.

Dan kau pun melengang meninggalkannya, meski sebenarnya kau bertanya-tanya tentang gadis itu. Siapa gadis itu?

***

Itu tadi sekelumit cerita tentang diriku. Aku yang kurang peduli, kurang pandai bergaul, dan individualis.

Padahal aku hidup di tengah banyak orang yang peduli kepada ku. Yang menganggap aku ada.

Tapi aku sering lupakan mereka, abaikan mereka, menganggap mereka tak ada, dan bahwa aku hanya sendiri.

Teruntuk orang-orang yang hidup di sekitar ku...
Maafkan aku. Maafkan aku yang "autis". Maafkan sikapku, sikap sosialku yang kurang baik. Maafkan jika kalian pernah merasa diabaikan oleh ku. Aku bukan bermaksud sombong. Aku hanya memang tidak pandai bergaul. Maaf...
Terima kasih atas setiap sapa dan senyum kalian. Terima kasih atas sikap hangat kalian kepadaku...
Mulai sekarang, aku akan berusaha memperbaiki sikap. Berusaha untuk bisa jadi orang yang lebih peduli... 

Jumat, 22 Juli 2011

(: Pendapatku Saja :)

"Kalian sekolah itu, sebenarnya untuk apa?"

"Cari ilmu."

"Cari pengetahuan."

"Cari temen."

"Tambah wawasan."

"Cari kerja."

"Nha. Itu dia yang benar. Sekolah itu untuk cari kerja. Gombal kalau kalian bilang sekolah itu untuk cari ilmu."


Kata-kata di atas adalah sepenggal percakapan yang terjadi di kelas kami. Waktu itu, saya termasuk salah seorang murid yang menjawab kalau sekolah itu untuk cari ilmu. Dan saya tak ingin memungkiri bahwa saya merasa tersinggung saat guru yang bertanya secara implisit mengatai saya gombal. 

Saya pun terus berpikir tentang hal ini. Pertanyaan ini. 

Kita sekolah untuk apa?

Begini alur pikir saya...

Sekolah untuk cari kerja. Itu tidak salah. Mengingat kalau kita ingin melamar pekerjaan kita memang butuh IJAZAH, yang hanya bisa kita dapat dari sekolah. Selain itu, semakin tinggi tingkat pendidikan kita, kemungkinan kita dapat kerja yang top markotop dengan penghasilan gede bisa bertambah. Tapiiii.... bukan berarti semua orang berpendidikan, yang pernah duduk di bangku sekolah dan mengikuti kegiatan pembelajaran, bisa dapat kerjaan. Buktinya, di dunia ini ada kan sarjana yang nganggur, susah dapat kerja padahal udah ngelamar ke mana-mana... Sebaliknya, orang yang di DO dari sekolah atau perguruan tinggi malah bisa jadi orang sukses.

Di samping itu, saya rasa kurikulum sekolah di Indonesia ini belum bisa dikatakan dapat mempermudah peserta didik untuk meraih kesuksesan. Salah satu jenis kesuksesannya adalah mendapat kerjaan atau profesi sesuai dengan minat dan bakat. Jika kita punya minat dalam bidang profesi tertentu, maka kita akan bersemangat untuk menjalaninya. Bakal lebih jos lagi kalau minat ini sudah menjelma jadi cinta mati. Minat, semangat, bakat, akan bereaksi membentuk ramuan sukses yang akan lebih cepat terbentuk dengan bantuan katalisator berjuluk nasib baik.

Hmmm...

Ada juga contoh kasus nyata. Orang yang pernah mengenyam pendidikan di FKIP Matematika, malah akhirnya jadi guru agama. Orang yang pernah mengenyam pedidikan di FMIPA Biologi, malah jadi sastrawati. Orang yang pernah kuliah di kedokteran, malah sukses jadi entertainer. Bukankah bidang yang mereka ambil saat kuliah bisa dibilang tidak sesuai dengan profesi mereka sekarang. Tapi nyatanya, mereka bisa enjoy dengan profesi masing-masing dan menurut saya mereka sukses. Sang guru telah bertahan mengajar agama selama bertahun-tahun. Sang sastrawati juga telah banyak menghasilkan karya. Sang entertainer juga tenar di dunia hiburan. Berarti mereka rugi waktu dan biaya dong, dengan kuliah di bidang yang berbeda dengan profesi mereka sekarang...?

Tidak juga...

Seperti yang sudah saya ungkapkan di entry saya yang bertarikh 11 Maret 2011... Kita tak akan tahu perihal masa yang akan datang, itu masih jadi rahasia Allah. Dengan belajar di sekolah atau universitas, seolah-olah kita sedang mempersiapkan bekal untuk masa depan kita. Mungkin kita sudah merancang suatu estimasi [perencanaan] untuk masa depan kita, bahwa kita nantinya akan jadi seorang manajer sehingga kita memilih kuliah di manajemen. Tapi, kita tak pernah tahu juga kan estimasi kita itu akan meleset atau tidak... Makanya, selain belajar ilmu manajemen, ada baiknya kita juga mempelajari ilmu-ilmu yang lain... Apakah kita perlu kuliah di jurusan lain untuk mempelajari ilmu-ilmu selain manajemen? Tentu saja tidak. Jaman sekarang kan udah banyak buku dan koneksi internet... 

Lagipula, kalau tujuan kerja itu hanya untuk dapat uang, tidak perlu sekolah sampai tinggi lah. Cukup menguasai baca, tulis, hitung, dan ilmu-ilmu serta keterampilan dasar, seseorang sudah bisa punya kerjaan. Kan bisa tuh kerja jadi pramuniaga atau malah buka usaha sendiri.

Kalau orientasi sekolah adalah untuk cari kerja, bukankah sekolah di SMK lebih cocok daripada sekolah di SMA? Lalu, kenapa semua SMA tidak diubah jadi SMK saja?

Sekolah untuk cari ilmu. Jawaban ini juga tak bisa disalahkan. Namun untuk mencari ilmu, alternatif kita tidak hanya di sekolah. Banyak juga ilmu yang bisa kita pelajari secara otodidak atau mungkin berguru pada orang lain di luar lingkungan sekolah.

Jadi, sekolah itu untuk apa?

Untuk menghidupi hidup. Untuk menghidupi hidup, kita perlu banyak wawasan. Oleh karena itu kita belajar. Nah, sekolah itu adalah salah satu cara untuk mengorganisir program belajar kita.

What do you think after reading my opinion? Please leave your comment... Buat yang tak punya account MP, komentar di sini saja 

Kamis, 07 Juli 2011

Student Exchange Program

Seperti yang saya janjikan di entry sebelum entry ini, saya akan menjelaskan tentang JENESYS. Tapiii, nggak cuma JENESYS yang akan saya jelaskan di sini. Silakan disimak!

[anggap saja ini sebagai promosi, meski aku nggak lolos seleksi program ini, hehe]

Mari kita mulai entry yang kayaknya bakalan puanjaaaaang ini dengan sedikit keterangan tentang:

BINA ANTARBUDAYA [BAB]

Bina Antarbudaya adalah suatu organisasi non profit yang menyelenggarakan seleksi Student Exchange [StuEx] ini. Organisasi ini merupakan partner dari AFS, organisasi internasional yang menyelenggarakan pertukaran pelajar seluruh dunia.

Nah, program StuEx nya sendiri dibagi menjadi tiga:
  1. AFS [StuEx ke negara-negara di Eropa, kayaknya nggak beasiswa penuh. Jadi kita juga harus siapin duit buat idup di Eropa]
  2. YES [StuEx ke USA, full beasiswa dari pemerintah US]
  3. JENESYS [StuEx ke Japan, ada yang program 1 tahun dan 2 minggu, full beasiswa juga kayaknya...]

Program-program StuEx itu mengedepankan tentang studi budaya. Jadi, nantinya buat anak-anak yang lolos dan berangkat ke luar negeri, mereka diwajibkan buat memperkenalkan budaya Indonesia di negara penerima. And of course, mereka juga bisa belajar budaya nya negara penerima. 

Soal seleksi, woooo.... Prosesnya panjang banget. Makan waktu sekitar satu tahun. Dari kelas satu SMA [yang boleh ikut emang cuma murid kelas satu SMA] sampai kelas 2. Kalau lolos, berangkatnya bisa semester akhir kelas 2 atau awal kelas 3. Dan aku, hanya bisa bertahan sampai tahap seleksi nasional YES, yang udah aku post di sini.

Singkat cerita, bulan Maret kemarin saya dapat surat dari BAB. Isinya mengatakan bahwa saya tidak lolos seleksi. Tapi saya tidak terlalu memperhatikan subjeknya sehingga saya nggak tahu saya itu nggak lolos yang program apa. Soalnya saya kan mendaftar untuk dua program: YES dan JENESYS.

Info tambahan, bagi peserta seleksi yang mendaftar untuk ketiga program, kalau mereka nggak lolos seleksi YES, mereka masih bisa dapet yang AFS. Kalau gagal di AFS, bisa dipindah ke JENESYS. Kalau gagal di JENESYS, ya udah, berarti orang itu belum ditakdirkan buat belajar ke luar negeri, yeahhh ~

Nah, pas aku galau kemarin itu, gara-gara di FB temen-temen seleksi StuEx pada ribut soal pengumuman hasil seleksi JENESYS intensive program [yang 2 minggu] yang katanya udah keluar.

Berhubung aku udah gagal di YES, berarti harapanku cuma di JENESYS.

Hasil seleksi JENESYS long program [1 tahun] udah keluar dulu. Aku nggak lolos. Cuma ada 7 anak yang lolos seleksi program ini. Kenapa sedikit sekali? Denger-denger sih, program ini dialihkan ke anak-anak paskib nasional sebagai hadiah bagi jasa mereka yang telah mengibarkan bendera merah putih saat HUT RI [kayaknya lho yaa...]. Dan untuk seleksi yang tahun ini, buat adik kelasku, pilihan programnya tinggal dua: YES sama AFS. JENESYS udah nggak masuk program dari BAB lagi.

Pas tahu kalau hasil seleksi JENESYS intensive program udah keluar, nggak tau kenapa, tiba-tiba aku berharap banget buat dapat program itu. Padahal pas terima surat dari BAB bulan Maret kemarin, aku udah mengubur harapan buat lolos seleksi StuEx ini lho...

Selang dua hari setelah kegalauan itu lahir, saya pun mampu membunuhnya. Yeah, dalam jangka waktu dua hari itu, saya semakin yakin kalau saya nggak lolos [juga] di program yang satu ini. Dan saya mulai bisa tersenyum lagi, karena saya sudah ikhlas.

Mungkin saat ini saya memang belum pantas untuk belajar ke luar negeri. Mungkin juga saya nggak cocok buat program StuEx yang satu ini, mengingat fokus program ini adalah kebudayaan sedangkan saya ini tidak ahli di bidang kebudayaan Indonesia.

Tapi, cita-cita buat belajar ke luar negeri itu tetep ada. Aku tetep ingin melihat dan merasakan belajar di belahan bumi yang lain.... Semoga tercapai ~

Jumat, 01 Juli 2011

Tertawalah! Lupakan Galaumu!

BONSOIR! Comment allez vous?

Apa rencana weekend anda pekan ini? Just stay at home? Go somewhere? Apapun rencana anda semoga weekend anda bikin happy...

Jangan sampai weekend anda habis dalam suasana galau..

Seperti yang sedang saya rasakan saat ini. Ya, galau.

Kenapa galau?

Karena pengumuman hasil seleksi JENESYS Intensive Program udah keluar.

Apa itu JENESYS?

Sekilas info aja deh, JENESYS itu program pertukaran pelajar dari pemerintah Jepang.

Info lebih lengkap tentang JENESYS dan sebab kenapa JENESYS bikin aku galau akan dipost dalam tempo sesingkat-singkatnja.. Harap maklum, saya sedang jauh dari peradaban [baca: jauh dari laptop n modem *kondisi ini bikin tambah galau*]

Ini aja saya paksain posting pakai hp, demi mengurangi galau..

Tapi, kalau anda tidak sabar, tentu saja oom Google akan dengan senang hati memberitahu anda tentang JENESYS.. ;D