Sabtu, 14 September 2013

Wawancara Kakak Tingkat



Aku merasa butuh menulis, maka aku menulis.


Kali ini pingin share cerita/pemikiran yang didapat setelah wawancara seorang kakak tingkat sebagai tugas osjur.

Kakak tingkat yang satu ini adalah orang yang sangat aktif. Unitnya buanyaaaaakk buangeeett! Masih ikut kegiatan di luar kampus juga lagi! Dan keaktifannya ini sudah dimulai sejak SMA. Di SMA dulu dia ikut 7 organisasi: di 5 organisasi dia jadi sekretaris, terus pernah jadi ketua OSIS juga. Antara aku dan dia ada kesamaan: suka jadi sekretaris. Dulu pun saat magang di himpunan dia memilih masuk staff sekretaris, sama seperti pilihanku kemarin. Bedanya, dia punya misi lain, yaitu ingin mengetahui lebih dalam setiap divisi yang ada di himpunan supaya dia bisa memilih divisi dengan tepat setelah masa magang berlalu. Kalau aku mah, milih sekretaris ya cuma karena suka, itu aja…. Unconditionally…

Selama keberjalanan osjur dari awal, kakak yang satu ini eksis banget. Satu angkatanku setuju kalau dia itu kakak panitia yang dewasa, rasional, dan bijak. Wawancara dengannya kemarin semakin menguatkan kesan itu pada diriku.

Dia orang yang punya visi. Visinya kuat. Yang berbeda dengan sebagian besar kakak-kakak tingkat lain adalah sikapnya yang selow terhadap temen-temennya yang nggak aktif di himpunan. "Kalian boleh kok nggak aktif di himpunan, but don’t just be nothing. Kalau kalian nggak aktif di himpunan, kalian harus punya alasan yang kuat sehingga orang-orang nggak bakal bisa protes terhadap ketidakaktifanmu itu. Misal nih, si A nggak aktif di himpunan karena dia fokus ngejar target buat jadi mapres, si B nggak aktif di himpunan karena dia sibuk ikut lomba dan menang, si C nggak aktif di himpunan karena dia aktifnya di unit, si D nggak aktif di himpunan karena selain kuliah dia sudah mulai merintis bisnis, dll." (kurang lebih seperti itu kata-katanya...)

Menurut si Kakak ini, setiap orang kan punya tujuan masing-masing dan mereka bebas memilih jalan untuk mencapai tujuan itu. Jalan yang dimaksud bukan cuma lewat himpunan.

Si Kakak mendorong kami untuk mengeksplor dunia ini lebih jauh. Karena dengan begitu, pikiran kita bisa terbuka. Wawasan kita makin luas.

Quote yang bagus dari si Kakak: 

“Hard work can beat talent when talent doesn’t work hard.”

Yang paling bikin takjub ya manajemen waktunya itu lho… dari sekian banyak kegiatan, dia bisa survive. Sedangkan aku baru 3 minggu kuliah + magang tapi udah banyak banget ngeluh nggak bisa atur waktu. Si Kakak mengingatkan satu poin yang pernah aku dapat pas training 7 habits tahun lalu: put first thing first. Video ilustrasi dari poin ini adalah video menyusun batu dan kerikil di suatu tabung kaca. Saat penyusunan dilakukan dengan cara memasukkan kerikil terlebih dahulu, nggak semua batu bisa masuk ke tabung itu. Oleh karena itu, caranya dibalik: masukin batu yang besar-besar dulu, baru deh masukkin kerikilnya. Put big thing first, kalau kata si Kakak.
Dia juga menyemangati kami. Meyakinkan kami bahwa kami juga bisa survive, di osjur ini.

Semoga aku juga bisa survive

*maaf kalau tulisannya ‘lompat-lompat’ (nggak sistematis)

[... ditulis saat galau gegara banyak hal yang musti dikerjain...]