Jumat, 05 Desember 2014

Galau Akhir Semester

Feeling messed up? Try to do good things. A lot of good things. You need to feel good about yourself first, that you are not a mistake, a bad guy, a man of failure. Start with this, you’ll have the energy to make the “train” moving.

[diambil dari tumblr seseorang yang muncul di dashboard saya, lupa siapa persisnya orang itu]

---

Belakangan merasa ampas sekali. Sempat sakit beberapa minggu dan sekarang masih agak tak stabil kesehatannya. Dan kalau udah sakit, rasanya hidup jadi berantakan. Mulai dari tugas-tugas yang terbengkalai sampai berantakan yang secara fisik terlihat jelas.

Hari ini hari terakhir kuliah semester 5. Masih banyak tugas-tugas yang harus diselesaikan. Belum lagi harus mempersiapkan diri untuk ujian akhir. Tapi gara-gara habis sakit dan masih merasa 'berantakan' jadi agak males juga buat 'bergerak'.

Setelah baca quote di atas, sekarang jadi mikir:  

"Oke, mungkin hidupmu akhir-akhir ini memang udah berantakan banget. Kamu merasa ampas banget. Tapi, sekarang setelah kondisimu lumayan sehat dan masih ada kesempatan buat nggak jadi ampas, yaa bergeraklah! Mulai rapikan hidupmu yang berantakan: kamar kos, pikiran, jadwal. Jangan hanya diam dan membiarkan hidupmu terus berantakan. Segera rapikan! Ingat, harusnya kamu yang mengontrol tubuhmu bukan tubuhmu yang mengontrolmu."


Bandung, 5 Desember 2014
ditulis di basement Campus Center, diiringi instrumen musik klasik live
2 bulan sebelum berumur seperti nama bioskop

Kamis, 18 September 2014

Inkonsistensi yang Konsisten

Pertama-tama, maafkan saya yang telah melanggar rencana saya sendiri untuk mempost materi kuliah tiap minggu. Di post kali ini pun saya belum akan melanjutkan serial What I've Learned This Week. Saya cuma mau curhat sedikit.

Alhamdulillah, di tingkat tiga ini, saya mulai sadar masalah akademik. Emang sih di awal-awal masih suka agak males buat belajar / ngulang materi di kosan. Tapi saya bisa memaksa diri sendiri untuk tetap baca-baca dikit di kosan.

Sekarang, saat flow perkuliahan dan kegiatan lain mulai naik, waktu semakin tidak terasa berlalunya. Semester ini saya punya target buat coba-coba ikut lomba. Semester ini saya juga masih punya amanah lumayan gede di himpunan. Semester ini saya baru aja direkrut jadi asisten lab. Semester ini saya memutuskan untuk berhenti jadi tutor kelompok belajar di masjid kampus (dan saya tidak menyesali pilihan ini, karena saya sudah niat buat mengalihkan slot waktu mengajar untuk melakukan eksplorasi di major saya, salah satunya ya dengan ikut lomba).

Minggu lalu saya disibukkan dengan deadline proposal PKM. Sehabis kuliah saya masih harus kumpul bareng temen-temen kelompok PKM sampai malam. Sampai kos rasanya sudah capek sekali dan mulai tidak konsisten dengan jadwal belajar di kos. Dampaknya? Dua kuis saya di minggu itu tidak saya persiapkan dengan baik. Nilai pun pas-pasan. Hmm... tapi setidaknya saya jadi tahu kalau saya harus mengubah strategi belajar saya :3 Dan saya juga jadi sadar kalau 'menghafal' itu bisa dibilang bagian kecil dari 'memahami'. Mungkin awalnya kita harus menghafal sesuatu, tapi agar sesuatu itu bisa bertahan lebih lama di otak kita perlu untuk memahaminya juga.

Saya sempat merasa agak menyesal juga memutuskan ikut PKM (saat harus ngejar deadline proposal). Dengan begitu saya jadi tidak punya waktu untuk belajar. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, bukankah ikut PKM itu juga salah satu kesempatan untuk belajar? Memang sih hasilnya tidak akan mendongkrak IP di transkrip, tapi kan masih ada efek positifnya juga.. Jadi harusnya saya nggak setengah-setengah ngerjain proposalnya, ikutan PKM-nya.

Hari ini menjadi hari pertama saya merasa lumayan free setelah hari-hari kemarin penuh dengan deadline. Rasanya saya perlu recharge semangat. Yosh!

Bandung, 18 September 2014

Minggu, 31 Agustus 2014

What I've Learned This Week #1

Minggu pertama kuliah didominasi dengan perkenalan, aturan main di setiap perkuliahan, dan overview dari kuliah itu sendiri.

Semester 5 ini saya mengambil 21 SKS yang terbagi ke dalam 8 mata kuliah. Post kali ini saya kasih tahu overview dari setiap mata kuliah dulu yaa... here they are:

1. Interaksi Manusia dan Komputer (IMK)
Tujuan dari kuliah ini adalah supaya mahasiswa bisa mendesain interaksi yang efektif dan efisien antara komputer (aplikasi) dengan manusia (user). Suatu aplikasi yang canggih sekalipun akan kurang bermanfaat jika sulit digunakan oleh user. Aplikasi yang interaktif harusnya dapat dioperasikan oleh user secara intuitif, tanpa banyak menghapal petunjuk penggunaan.
Kuliah ini akan banyak membahas tentang desain. Diawali dengan membicarakan desain mana yang bagus untuk suatu produk, kaitan desain interaksi dengan interaksi manusia dan komputer, hingga nantinya kita diharapkan dapat membuat suatu produk yang menerapkan prinsip-prinsip desain interaksi.
First impression saya kepada kuliah ini: kuliah ini bisa dikategorikan kuliah yang fun dan ringan karena sepertinya tidak akan terlalu banyak ngoding, wkwkwkwk.

2. Jaringan Komputer (Jarkom)
Kuliah ini mempelajari tentang proses komunikasi antar komputer yang terhubung dengan suatu media membentuk sebuah jaringan. Kalau dulu pas masih SMP-SMA saya cuma diajarin definisi dan macam-macam jaringan komputer secara general dan hanya diberi tugas untuk merakit jaringan komputer sederhana (dengan kabel UTP dan konektor RJ45), di kuliah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai bagaimana proses pengiriman data antar komputer. Mungkin selama ini kita cukup tahu kalau mengirim email kita hanya perlu terhubung ke jaringan internet, mengetikkan email, lalu tekan tombol send, dan pasti email tersebut akan masuk ke alamat tujuan. Tapi sebenarnya tidak sesederhana itu kan...? Karena bagaimanapun mesin (komputer) dan gelombang elektromagnetik (internet) yang kita gunakan punya protokol masing-masing untuk mengirim data. Bingung? Sama! Saya juga masih nggak ngerti ._.

3. Kecerdasan Buatan (AI)
Apa yang pertama terpikir jika mendengar "Kecerdasan Buatan" atau bahasa kerennya "Artificial Intelligence" ? Kalau saya, yang pertama terpikir adalah ROBOT!
Hoho, tapi di kuliah ini, kami tidak diajari untuk merakit robot. Kami cukup mempelajari bagian 'otak' robotnya saja. Di kuliah ini akan dipelajari bagaimana mendesain/membuat agen intelijen, sederhananya agen yang bisa bertindak/berpikir seperti manusia maupun bertindak/berpikir secara rasional.
Pernah dengar soal Turing Test? Itu salah satu aplikasi dari AI. Atau mungkin pernah pakai aplikasi Simsimi? Itu aplikasi AI juga tuh, hehe.

4. Manajemen Proyek Perangkat Lunak (MPPL)
Masih ingat dengan statement ini: "Panggil programmer, 2 minggu selesai!"
Hoho, bukan bermaksud negatif ya... Saya hanya ingin menjelaskan bahwa di kuliah ini akan diajarkan mengatur sumber daya (programmer, biaya, dll) untuk menyelesaikan suatu perangkat lunak dalam jangka waktu tertentu. Setiap perangkat lunak yang akan dibuat harus diperjelas dahulu requirements-nya (aplikasi harus bisa ngapain aja?). Habis itu mulai deh diatur-atur sumber dayanya supaya perangkat lunak tersebut bisa diselesaikan sebelum batas waktu yang disepakati antara developer dan customer.

5. Pengembangan Aplikasi Berbasis Web (PABW)
Jelas lah yaa dari namanya. Kami bakal diajarin bikin suatu aplikasi web. Kalau kata wikipedia, aplikasi berbasis web itu merupakan aplikasi yang dijalankan di web browser. Contoh aplikasi berbasis web: Sistem Akademik a.k.a Siakad.

6. Manajemen Basis Data (MBD)
Ini merupakan kelanjutan kuliah Basis Data semester 4 kemarin. Kita hidup di era big data. Kebayang nggak sih sebanyak apa data yang tersimpan di Google sampai-sampai Google menjadi tempat pertama kita mencari tahu tentang sesuatu? Data segitu banyaknya tentu harus diatur dong penyimpanannya supaya bisa cepat diakses kalau dibutuhkan. Hal inilah salah satu yang akan diajarkan di mata kuliah ini.

7. Astronomi dan Lingkungan (Asling)
Ini mata kuliah dari prodi Astronomi. Di sini kami akan belajar mengenai permasalahan lingkungan terutama yang ada di 'langit'. Topik-topik kuliahnya antara lain Polusi Cahaya, Sampah Antariksa, Bahaya Radiasi Antariksa, dsb.

8. Psikologi Persepsi (Psikopers)
Ini juga mata kuliah dari prodi lain, yaitu prodi Desain Komunikasi Visual. Inti yang kutangkap dari overview kemarin sih, mata kuliah ini mempelajari bagaimana 'sesuatu' ter-indera oleh seseorang hingga menimbulkan persepsi pada orang itu terhadap 'sesuatu' itu. Mata kuliah ini juga bakal ngebahas aspek-aspek yang berkaitan dengan rekognisi, atensi, dan memori. Masih belum terlalu kebayang sih bakal seperti apa kuliahnya ._.


Oke, sekian dulu untuk WILTW #1. Yang saya sampaikan di atas baru sekedar overview dan bisa jadi saya telah salah dalam menyimpulkan overview ini sehingga ke depannya akan ada perubahan. Yah, namanya juga baru belajar kan...

Sampai ketemu di WILTW #2 insya Allah :)

Bandung, 31 Agustus 2014

Jumat, 29 Agustus 2014

[Teaser] What I've Learned This Week

Hellooo...

Langsung saja. Di semester 5 ini saya punya rencana baru untuk mengisi blog ini. Saya akan posting setiap minggu (tepatnya saat weekend) untuk menceritakan kuliah saya selama seminggu tersebut.

Ide ini didasari atas pertanyaan dari teman SMA yang ia utarakan saat liburan kemarin, "Kuliahmu itu ngapain sih? Belajar apa aja?"

And I found it difficult for me to explain in brief -___-"

Harapannya, dengan saya menceritakan tentang kuliah saya setiap minggu, akan ada 'rekaman' yang detail yang bisa ditunjukkan kepada siapapun yang bertanya-tanya, "Kuliah di Informatika itu belajar apa aja?"

Selain itu, saya juga berharap bisa berbagi sebagian materi kuliah yang saya dapatkan kepada banyak orang. Plus-nya lagi, supaya materi yang sudah saya dapat bisa lebih erat terikat di ingatan saya.

Get ready! What I've Learned This Week #1 is coming :D


Bandung, 29 Agustus 2014
Saat hujan deras dan sedang menunggu kuliah terakhir minggu ini..

Jumat, 18 Juli 2014

Jadi Pemilih di Tanah Rantau

Sebenernya konten ini aku tulis habis nyoblos tanggal 9 Juli kemarin.. tapi baru sempet dan inget ngepost sekarang, hehe... enjoy my story!

--

Akhirnya 9 juli datang juga brooo… setelah semua kampanye putih, hitam, positif, negatif berseliweran, bentar lagi bakal ada presiden baru di Indonesia. Yah siapapun yang menang, semoga orangnya bisa menjalankan amanah dengan sangat baik, aamiin

Jadi, lagi-lagi pemilu kali ini saya harus mengurus pindah DPT gegara gak bisa nyoblos di kampung halaman (alesan jujurnya adalah sayang duit kalau harus bolak-balik Bandung-Solo demi nyoblos yang satu hari ini doang). Iya, di pemilu legislatif yang kemarin saya juga ngurus pindah DPT dulu beberapa hari sebelum hari pencoblosan. Untungnya, di dua kesempatan itu ada 'jasa' pemindahan DPT secara kolektif di kampus, lumayan nggak bikin repot deh pokoknya.

Soal pemindahan DPT untuk pilpres ini sendiri, saya udah tau lamaaaa banget sih kalau ada pemindahan DPT kolektif dari kabinet Keluarga Mahasiswa. Tapi waktu itu, prosedurnya masih agak ribet. Beberapa hari kemudian, muncul pengumuman baru yang intinya kalau mau pindah DPT tinggal ngumpulin fotokopi KTP sama ngisi semacam data diri (bagian terpenting adalah alamat kos lengkap dengan RT dan RW). Mumpung gampang dan saat itu saya sedang di dekat sekre kabinet dan di dompet masih ada fotokopian KTP, langsung aja deh saya daftar buat pindah DPT.

H-3 pilpres, saya dan teman-teman belum dapat kabar apa-apa nih dari kabinet. Mulai was-was juga, takut gagal pindah DPT. Ternyata besoknya pengumuman yang dinantikan pun keluar. Semua yang mengurus pemindahan DPT lewat kabinet diminta mengambil form A5 keesokan harinya (H-1 pilpres).

Sebelum masuk ke antrian buat ngambil form A5, saya membaca pengumuman yang ditempel oleh teman-teman kabinet. Isi pengumuman itu adalah nama-nama pemilih yang berhasil pindah DPT beserta prosedur pemilihan untuk pemilih yang masuk DPT tambahan (ya, kami yang berhasil pindah DPT ini masuknya ke DPT tambahan yang prioritasnya dibawah DPT tetap dan DPT khusus. Jadi baru boleh nyoblos jam 12 siang ke atas karena surat suara yang ada diutamakan untuk kedua golongan tadi). Saya mencari nama saya dan ternyata saya kebagian nyoblos di TPS 6 Siliwangi. Oke deh… cus ngantri buat ngambil form A5.

Pas ngambil A5, mbak-mbak yang jaga lapaknya bilang kalau surat suara yang di Siliwangi itu terbatas jadi saya nggak perlu terpaku pada satu TPS. Kalau surat suara di TPS yang saya tuju sudah habis, saya boleh mencari surat suara di TPS lain yang masih punya sisa. Kalau di TPS lain nggak dapet surat suara juga, saya bisa ke kelurahan buat minta surat suara. Kalau di kelurahan habis, saya dirujuk ke kecamatan. Pokoknya saya harus memperjuangkan hak untuk bersuara ini.

Ckckck… ribet juga. Kalau di rumah sih enak-enak aja.. Bahkan TPSnya di samping rumah persis.

Malam pilpres saya masih belum tahu TPS 6 Siliwangi itu di sebelah mana. Saya lihat timeline twitter detakgerak juga belum ada info pasti soal lokasi-lokasi TPS di Siliwangi. Yaaaweees… saya pikir, besok pagi sajalah cari-cari info lagi.

Hari H pilpres, rencana buat keluar kos pagi-pagi dan mulai mencari letak TPS 6 Siliwangi berubah jadi wacana, hehe… jam 10 saya mulai cek LINE, di beberapa grup mulai rame, banyak yang tanya lokasi TPS juga, tapi kebanyakan TPS di daerah Dago.. Nggak ada yang ngomongin TPS Siliwangi. Pindah ke twitter detakgerak lagi dan…. Alhamdulillah, ada retweet-an dari salah seorang adik tingkat yang bilang kalau dia udah bisa nyoblos di TPS 5 Siliwangi. Pencerahan nih, pengalaman pileg kemarin, TPS dengan nomor berurutan biasanya letaknya deketan. Langsung saya kontak adik tingkat itu, tanya apakah TPS 6 deketan dengan TPS 5. Ternyata engga (dia nggak tau juga TPS 6 itu di sebelah mana), huhu… adik tingkat saya menyarankan untuk datang saja ke TPS 5 dan tanya ke petugas yang di sana.

Saya cek twitter lagi, dapat pencerahan lagi. Jadi, di form A5 saya itu tertulis saya kebagian nyoblos di TPS 0 Lebak Siliwangi. Nah, TPS 0 ini nggak ada fisiknya. Maksudnya adalah saya bisa nyoblos di TPS manapun asal masih di daerah Siliwangi dan masih punya surat suara sisa. Yes, mending saya ke TPS 5 saja yang udah tau lokasi pastinya, muehehehehe…

Form A5-ku

Sampai di TPS 5 ternyata sudah ada mbak-mbak sekosan yang lagi nunggu giliran milih juga. Saat itu masih jam 11.15. Kami, para pemilih yang masuk DPT tambahan, baru bisa milih mulai jam 12. Oke deh, ditunggu sajaa..

Pas nunggu, ngobrol-ngobrol sama mbak Tika (yang sekosan sama saya). Ternyata dia dan teman-temannya udah keliling-keliling di beberapa TPS dari pagi. Terus tiba-tiba datang 2 orang perempuan lagi. Pemilih tambahan juga rupanya, dan mereka bilang mereka juga udah mengunjungi beberapa TPS sebelum sampai di TPS 5 Siliwangi ini. Subhanallah, mereka benar-benar berjuang untuk bersuara, tidak seperti saya yang cenderung pasif dan pasrah X|

Adzan dhuhur berkumandang. Tiba-tiba dua orang berseragam hijau menggotong satu kotak suara keluar TPS. Nahlho? Koq dibawa keluar? Jangan-jangan surat suaranya sudah habis…? *siap-siap kecewa*

Tapi ternyata kotak suara itu mau dibawa ke rumah warga yang sakit supaya mereka tetap bisa menggunakan hak pilihnya walau tak bisa datang ke TPS.

Tak lama kemudian, kami para pemilih tambahan dipanggil masuk ke ruangan pemungutan suara. Form A5 kami pun dikumpulkan untuk didata terlebih dahulu. Pas mbak Tika dipanggil, petugas meminta fotokopi KTP. Ternyata selain form A5, pemilih tambahan ini harus mengumpulkan fotokopi KTP juga. Jengjeng! Di dompet saya sudah tidak ada stok fotokopian KTP. Wadhuuh, harus fotokopi dulu nih (mulai ngebayangin harus jalan kaki nyari fotokopian yang buka terus segera balik ke TPS sebelum kehabisan surat suara).

Tapi petugas KPPS itu langsung memanggil bapak-bapak berseragam hijau dan minta tolong supaya beliau memfotokopikan KTP kami. Alhamdulillah, satu kemudahan lagi yang saya dapatkan..

Begitu KTP selesai difotokopi, saya serahkan ke KPPS. Selang beberapa menit saya pun dipanggil untuk nyoblos. Aaaah, finally…

Nyoblos juga ^^

Pas mau pulang, saya dan mbak Tika mendekati bapak-bapak berseragam hijau yang tadi memfotokopikan KTP kami. Kami ingin mengganti biaya fotokopi tadi. Tapi kata beliau nggak usah diganti. Alhamdulillah… semoga mendapat balasan yang lebih baik dari Allah ya, Pak :)

Sekian ceritaku soal pilpres tahun ini. Semoga siapapun presiden terpilih nanti, bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, aamiin

--

Terus, kemarin-kemarin denger berita kalau pencoblosan di beberapa daerah diulang gara-gara ada kecurangan. Nah lho, di TPS tempatku nyoblos kemarin diulang juga nggak ya? Kalau diulang, terus aku nggak tahu, sama aja aku kehilangan suara dong di pemilu kemarin ._.

semoga aja nggak deh..


Bandung, 18 Juli 2014
"Bentar lagi pulkam~~"

Jumat, 20 Juni 2014

Jawaban Kegelisahan Hati

Ciee banget nggak sih judulnya :3

Well, asal-usul tulisan ini adalah kemarin aku ngepost sebuah foto pemandangan yang diambil dari lantai 4 kosan. Lalu ada teman yang berkomentar, "Weh kosanmu 4 lantai?" Menurutku komen itu menyiratkan kalau menurut si komentator 4 lantai itu tinggi sekali untuk sebuah kosan (hehe, menurutku lho ya.. Kalau ternyata yang dimaksud si komentator berbeda ya maap). Aku tiba-tiba teringat, dulu waktu kecil sempat pengen tinggal di rumah bertingkat. Yah minimal 2 tingkat lah. Nggak tau deh sebabnya apa. Mungkin gara-gara kebanyakan nonton TV :3

Now, here I am. Di sebuah rumah dengan 4 lantai. Menghuni kamar di lantai 2. Nggak nyangka aja keinginan konyol masa kecil bisa tercapai sekarang, setelah belasan tahun berlalu. Yah, walaupun rumahnya nggak sebagus rumah-rumah bertingkat yang di TV, yang penting tetep rumah bertingkat, haha.

Terus pikiran saya pun berlanjut ke sebuah tulisan di salah satu akun Tumblr favorit saya yang dipost beberapa hari lalu. Tulisan tersebut menceritakan bahwa, 10 tahun dari hari ini, mungkin kita akan sudah mendapat jawaban dari segala pertanyaan-pertanyaan kita. Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin menimbulkan kegelisahan tersendiri karena belum terjawab saat ini. Mungkin sekarang kita bertanya, siapa jodoh kita nanti. Apakah dia sudah pernah kita temui, atau belum sama sekali. Apakah dia berasal dari teman-teman di masa lalu, atau berasal dari teman-teman yang sekarang sedang sering bersama kita. Atau mungkin pertanyaan lain seputar apa pekerjaan kita nanti. Atau apakah cita-cita kita yang ini, yang itu, akan tercapai. Pertanyaan-pertanyaan akan masa depan semacam itu mungkin akan sudah terjawab 10 tahun dari sekarang.

Sekarang yang bisa kita lakukan adalah memanfaatkan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya. Mengisi waktu yang menjadi jarak antara pertanyaan dan jawaban dengan hal-hal yang sekiranya tidak akan membuat kita menyesal di akhir. Live life to the fullest gitu deh…

Dari pemikiran-pemikiran di atas, pengembaraan pikiran saya berlanjut kepada hal-hal yang lumayan membuat saya gelisah saat ini. Keinginan-keinginan untuk melakukan hal-hal luar biasa. Keinginan untuk menjadi orang yang eksistensinya berarti bagi orang lain. Keinginan untuk membuat hidup saya nggak "gini-gini aja".

Saya ingin seperti si P yang melanglang buana ke berbagai negeri bukan hanya sekedar jalan-jalan liburan. Saya ingin seperti si S yang suka ikut lomba dan menang. Saya ingin seperti si A yang gigih mencari beasiswa hingga akhirnya mendapatkannya. Saya ingin seperti si K yang benar-benar serius menjalani pendidikannya, sangat jarang malas, dan bisa mengatur waktu dengan baik. Apakah bisa?


Well I guess.. It's the time for me to keep on moving one by one step. Lessen the space between my questions and the answers in the future. Bismillah…


Bandung, 15 Juni 2014
Backsound yang didengerin pas nulis: The Climb - Miley Cirus

PS: Judul post ini kayak gitu karena ditulis pas lagi seneng-senengnya sama OST Gie yang judulnya Cahaya Bulan :3

Minggu, 08 Juni 2014

My Magic Wand

Jadi, ceritanya laptopku habis diinstall ulang.. finally. Begitu kelar, langsung aku reinstall pernak-pernik buat programming cemcem Sublime, Netbeans, JDK, XAMPP, dll.
Ini laptop keren deh! Udah hampir 2 tahun lho nemenin aku.. inget banget, dulu pas udah pengumuman lolos SNMPTN tulis, aku bilang ke Mami, "Mi, kalau udah ada uang, beliin aku laptop dulu ya.." waktu itu yang kebayang adalah, aku bakal kuliah jauh dari Solo, ya kali aku nggak ada laptop/komputer sendiri. Bisa repot dong, masak harus ke warnet atau rental kalau butuh komputer? Nggak mungkin juga bawa laptop mami atau laptop papi, mereka juga masih butuh kan buat ngajar. Alhamdulillah, cuma dalam hitungan hari papi beliin laptop baru buat aku. Ini dia penampakannya:

<<gambarnya nyusul yak, entah kenapa tiap kali mau upload gagal mulu =,=>>
<<update 13 Juni 2014.. akhirnya dapet koneksi yang bagus, bisa upload gambar deh... nih gambarnya>>

 

Spesifikasi:
HP Mini, tapi gak tau seri berapa -_-a
Sistem Operasi Windows 7 Ultimate, 32 Bit
RAM 2 GB
Processor Intel Atom
Panjang 27 cm lebar 20 cm

Semester pertama dapat makul Pengenalan Teknologi Informasi. Di makul inilah aku kenalan sama sesuatu yang baru bernama programming, ngoding, pake bahasa pemrograman C. Berdasarkan saran seorang temen di grup FB angkatan, aku install CodeBlocks buat latihan ngoding. CodeBlocks itu salah satu aplikasi buat ngoding dan ngompile kode program yang udah kita ketik (simpelnya, CodeBlocks itu salah satu IDE, apa itu IDE? silahkan googling, hehe). Kalau di praktikum nggak pake CodeBlocks sih, pakenya Geany di sistem operasi Fedora (salah satu sistem operasi open source). Selain buat ngoding, laptop ini kepake buat baca-baca ebook, ngenet, dan ngerjain tugas yang perlu diketik aja.

Semester dua, nggak ada mata kuliah programming lagi. Tapi semester ini aku sempat ikut kaderisasi Unit Robotika. Ada beberapa software pendukung yang mesti diinstall: SolidWorks, CVAvr, Altium Designer, Proteus (ISIS). SolidWorks itu aplikasi buat ngedesain body robot, CVAvr itu semacam IDE juga buat bikin program yang nantinya akan menjalankan si Robot, Altium Designer itu buat ngedesain PCB supaya komponen-komponen penyusun robot bisa disolder dengan rapi, kalau Proteus (ISIS) itu simulator buat ngejalanin program yang udah dibuat pake CVAvr sebelum program tsb ditanamkan ke si Robot. Bisa dibilang, aplikasi-aplikasi ini lumayan berat buat laptopku yang RAM nya cuma 2 GB. Kerasa juga sih, pas dipake buat ngerun SolidWorks lamban banget. Tapi laptop ini berhasil melewati masa-masa sulit itu, alhamdulillah..

Semester tiga, alias semester pertamaku sebagai mahasiswa jurusan Informatika. Kebanyakan mata kuliah yang kudapat adalah matakuliah matematika, tapi ada juga beberapa matakuliah yang perlu ngoding. Ada beberapa aplikasi tambahan yang harus diinstall lagi seperti GNUClisp dan GNUProlog. Selain itu, ada satu mata kuliah yang maenannya bukan windows, tapi linux. Walhasil, aku install Ubuntu 12.04 berdampingan dengan Windows 7, jadi dual boot deh laptopku :3 Sejauh itu, laptopku masih kuat... Oh iya, selain itu, karena pas semester ini aku ikut semacam workshop website dari himpunan, aku juga install XAMPP.

Semester empat, well... pertambahan kuantitas mata kuliah programming bagai kurva yang hampir gak punya gradien. Aplikasi tambahan yang perlu diinstall cuma Microsoft Visual Studio sama NetBeans sih, tapi... yah, keduanya gak bisa dibilang sebagai aplikasi yang 'ringan'. Pas semester ini juga Windows ku mulai rewel. Masalah paling besar adalah Firefox nya suka not responding sehingga nggak nyaman banget dipake buat browsing (akhirnya kalau butuh browsing aku pake firefox yang di Ubuntu). Puncaknya, Windows ku tiba-tiba nggak bisa ngebaca memori hape yang nyolok USB, grrr.

Ada temenku yang pernah nanya, "kamu ngoding pake ini Hay?" sambil nunjuk laptopku. Helloooo, ya emang mau pake apa lagi? Orang punyanya juga satu laptop ini doang -_-a

Setelah dapet mata kuliah Organisasi dan Arsitektur Komputer sama Sistem Operasi, sekarang aku jadi bersyukur sih.. kenapa? yah, mengingat spesifikasi laptopku ini, kemampuannya bertahan sampai sekarang patut diacungi jempol. Rata-rata temen kuliah tuh pake laptop yang processor nya i3, i5, atau bahkan i7 buat ngoding. Terus RAM nya juga yang 8 GB ke atas. Aku bisa survive pake laptop ini aja udah alhamdulillah :3

pukpuk laptop... be strong yaa :)

"Kalau pake laptop orang lain tuh kayak pake tongkat sihir penyihir lain. Mantranya jalan sih, tapi efeknya nggak se-powerful kalau pake tongkat sendiri." [quotes dari aku dan temenku, long time ago]


Solo, 3 Juni 2014
baru bisa ngepost sekarang gegara koneksi internet yang nggak stabil

Selasa, 15 April 2014

Memakai Sepatu Orang Lain

Sekitar sebulan yang lalu -- pas musim kampanye di himpunan -- saya nonton sebuah video tanpa dialog yang menceritakan bahwa setiap orang itu punya 'hidup' nya masing-masing. Mungkin di saat kita merasa senang karena mendapat kiriman uang dari ortu, ada teman kita yang sedang merasa khawatir karena ayahnya sedang sakit. Saat kita merasa puyeng dengan tugas-tugas kuliah, mungkin teman kita sedang merasa sangat bersemangat untuk mengejar beasiswa ke luar negeri. Dan lain sebagainya... Kalau mau nonton videonya, silakan klik link ini.

Beberapa hari setelah nonton video itu, saya mulai kepikiran untuk posting soal empati, frasa kerennya "Memakai Sepatu Orang Lain" (lebih lengkapnya "kita nggak bisa bener-bener mengerti orang lain sampai kita berdiri dengan sepatunya"). Tapi dorongan untuk menulis belum terlalu besar rupanya --"

Sekarang, saya memutuskan untuk menuliskannya saja.. gegara saya jadi kepikiran terus masalah ini..

****

"Ih, si A sekarang kok nyebelin sih..."

Itu salah satu pikiran saya soal seorang teman yang entah kenapa sikapnya menyebalkan sekali. Saya jadi sebel juga sama dia, tiap kali ngajak ngobrol ditanggepinnya dengan muka nggak ramah.

Setelah saya pikir-pikir lagi, mungkin sayanya juga telah bersikap menyebalkan ke si A kali yaa... Mungkin saya telah bersikap menyebalkan dan tidak ramah ke orang lain, sehingga saya diperlakukan dengan menyebalkan dan tidak ramah juga oleh orang lain... Mungkin si A memang lagi ada masalah, lagi not in the good mood... Dan mungkin-mungkin yang lain. Semoga saja rasa sebal saya ke si A bisa segera hilang (yeah, saya mengaku masih sebal sama si A).

****

"Yu, tugas udah selesai?" tanya seorang temen.

"Belum nih, bagian X masih error..." jawab saya dengan muka memancarkan pesan 'jangan ganggu saya, saya mau nyelesaiin tugas ini dulu'. Padahal -- kayaknya -- temen yang bersangkutan itu mau minta bimbingan/pencerahan/bantuan buat ngerjain tugas itu. Melihat respon saya terhadap pertanyaannya, dia jadi segan mengganggu saya untuk tanya-tanya soal tugas.

Saya akui, saya telah bersikap menyebalkan ke temen saya yang satu itu. Empati saya masih kurang --"

****

Dari pemikiran 'Memakai Sepatu Orang Lain' ini, pikiran saya sampai ke ingatan materi 7 Habits yang pernah saya terima pas masih berstatus MaBa. Materi soal sifat reaktif.

Yang dimaksud dengan sifat reaktif di sini adalah sifat seseorang yang gampang terpengaruh oleh lingkungannya. Kalau lingkungannya menyenangkan, suasana hatinya ikut senang. Kalau lingkungannya tidak menyenangkan, suasana hatinya akan memburuk. Kalau orang lain bersikap tidak menyenangkan, orang reaktif akan ikutan bete.

Well, saya jadi merasa kalau saya masih terlalu reaktif --"

***

Oke, maaf kalau postingan ini 'curhat' banget dan kesannya seperti menjelek-jelekkan diri saya sendiri (saya hanya berusah bersikap objektif). Yang jelas, pesan yang ingin saya sampaikan adalah

Jangan buru-buru memberikan reaksi terhadap rangsangan dari luar (orang lain), apalagi kalau reaksinya negatif. Coba sejenak 'posisikan diri di sepatu orang tersebut'.



Bandung, 15 April 2014
Sebulan lagi liburan
Tugas akhir semester mulai menumpuk
UAS menjelang...

Senin, 24 Maret 2014

Rencana Allah Lebih Indah

"Waduh, argh, pengen skip hari ini...!! Banyak banget yang musti dikerjain hari ini...!! Astaghfirullah..."

Kira-kira seperti itu gumaman saya saat terbangun dini hari tadi dan melihat jam di hape.

Yah, kelemahan saya ini memang dalam hal menahan kantuk. Kalau sudah ngantuk, saya bakal susah memaksa diri untuk konsen ke pekerjaan. Terus, kelanjutannya adalah saya (lagi-lagi) akan membatin, "Ya udah, tidur aja, daripada bangun tapi terkantuk-kantuk terus nggak konsen, nggak produktif. Mending tidur dulu 3 jam laa..."

Lalu saya tidur...

Syukur-syukur kalau saya beneran bisa bangun setelah tertidur 3 jam. Sering juga saya baru bangun setelah 5 jam atau lebih. Sering juga saya terbangun, tapi habis itu tidur lagi (batal deh nerusin kerjaannya). Sering juga saya bangun, lalu merasa menyesal karena telah menuruti keinginan untuk tidur. Tapi kadar penyesalan masih kecil sepertinya, buktinya sampai sekarang saya masih sering mendahulukan tidur kalau sudah terserang kantuk :3

Balik ke cerita hari ini. Jadi ceritanya, hari ini saya punya banyaaakk bangeeett hal yang harus dikerjakan dan diselesaikan: 2 tugas kepanitiaan, 1 tugas proker organisasi, 1 tugas kuliah yang musti dikumpul, 1 kuis di sore hari (dan pas kebangun saya belom selesai belajarnya). Rasanya beneran pingin skip hari ini.

Tapi saya tahu, tidak mungkin bisa skip. Di mana tanggung jawab saya? Cemen banget sih sampai minta skip #talktomyself

Akhirnya saya pun mulai merancang strategi untuk mengerjakan semua yang harus dikerjakan. Pertama, saya mengerjakan tugas kepanitiaan dulu. Kenapa bukan belajar atau mengerjakan tugas kuliah dulu? Karena menurut hemat pikir saya tadi, tugas kepanitiaan itu adalah tugas termudah yang bisa dilakukan dan tidak memakan waktu yang lama. 

Tapi saya mengerjakan tugas kepanitiaan itu juga diselingi dengan membaca bahan untuk kuis. Rasanya nggak tenang gara-gara belum belajar buat kuis.

Saya juga sudah merancang strategi untuk melaksanakan amanah proker organisasi. Bisalah dilaksanakan di jeda kuliah siang ini...

Setelah tugas kepanitiaan saya anggap cukup (maksudnya cukup nggak malu-maluin kalau ditanyai sama temen-temen panitia, hoho), saya berpindah ke tugas kuliah. Alhamdulillah, tugasnya sudah dicicil, jadi bisa cepet juga menyelesaikannya. Tambah lagi itu tugas kelompok. Jadi setelah saya selesai, saya bisa menyerahkannya ke teman sekelompok supaya untuk selanjutnya di handle oleh mereka.

Tinggal belajar buat kuis. Saya baca lagi buku kuliah yang tebel dan enak dijadiin bantal. Semakin lama, semakin susah memahami kalimat-kalimatnya. Semakin susah, jadi semakin sering otak ini idle, tidak berpikir. Terus jadi ngantuk deh! Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti membaca materi kuis, daripada saya tidur lagi --"

Seharian di kampus saya memanfaatkan waktu-waktu jeda untuk menyelesaikan tugas-tugas kepanitiaan dan organisasi. Sempat berpikir untuk tidak membuka materi kuis lagi. Tapi alhamdulillah, ternyata masih ada slot waktu yang bisa digunakan. Sekitar sejam sebelum kuis, saya punya waktu untuk membaca materi kuis!

Jam 16.00, saya sudah standby di kelas. And guess what?! Beberapa menit kemudian si ketua kelas berdiri dan membacakan SMS dari sang Dosen: kuliah sore ini ditiadakan.

Berarti nggak jadi kuis... Alhamdulillaaaahh, dapet injury time buat persiapin diri lagi, semoga aja bisa lebih siap nanti.

Sekali lagi saya merasakan Rencana Allah Lebih Indah. Betapa saya telah memadatkan kegiatan di waktu yang saya miliki dan menguat-nguatkan diri untuk menjalani semuanya... salah saya juga sih yang kemarin-kemarin tidak mengatur waktu dengan baik..


"Setengah ditambah setengah itu sama dengan nol."

Bandung, 24 Maret 2014

What They Said...

Di salah satu sesi kuliah tamu yang diisi oleh 3 orang alumni Teknik Informatika yang sedang menjalani fast track

"Kak, saya kan juga tertarik nih di bidang riset. Di pikiran saya, kalau riset itu kita harus mengangkat hal yang baru. Padahal saya ini gak jago-jago amat di kelas… apa saya bisa menemukan hal baru untuk diriset?"

Itu sepotong pertanyaan dari seorang teman saya. (Sebenernya pertanyaannya panjang, intinya dia tanya kalau riset itu harus mengangkat hal baru atau boleh mengangkat hal yang pernah diriset orang lain)

Lalu, jawaban dari pengisi acara telah sukses mendorong saya untuk mencatat (sebelumnya saya cuma mendengarkan, tanpa minat untuk mencatat). Kalimat pertamanya begini:

"Pertama-tama, don't underestimate yourself!"

Rasanya saya kembali mendapatkan peringatan untuk tidak rendah diri. Saya kembali diingatkan bahwa 'percaya pada diri sendiri' itu penting. Kalau kita tidak percaya kepada diri kita sendiri, bagaimana orang lain akan percaya kepada diri kita?

Tahap selanjutnya untuk memulai riset adalah 'mulai dari hal yang disukai'. Kebetulan kakak alumni yang menjawab pertanyaan ini suka dengan game, jadilah risetnya di bidang game. Kalau kita melakukan hal yang kita sukai, time flies.

Jadi ingat film Harry Potter and the Goblet of Fire. Saat Harry tahu bahwa tantangan Triwizard pertamanya adalah menghadapi Naga. Profesor Mad-Eye Moody menanyai apa keterampilan yang benar-benar dikuasainya. Harry menjawab: Terbang. Maka dengan cara itulah Harry menghadapi Naganya, dengan terbang memakai sapu terbangnya.

Terus, untuk masalah "riset harus mengangkat hal baru atau tidak", jawabannya adalah tidak harus. Kita boleh meriset hal yang pernah diriset oleh orang lain. Katanya, kita tidak bisa menemukan sesuatu yang bener-bener baru.

Selain sharing masalah riset, kakak-kakak alumni itu juga sharing pengalaman mereka dalam mengikuti (dan memenangkan) beberapa kompetisi serta pengalaman mereka internship ke JAIST.

Ada juga teman yang tanya soal manajemen waktu. Yah mengingat tugas kuliah di Teknik Informatika itu banyak (banget, sekali satu tugas keluar di awal semester akan bersambung terus sampai akhir semester) dan kakak-kakak alumni itu masih sempat mengikuti berbagai kompetisi dan melakukan riset.

Jawaban dari pengisi acara adalah kita harus tahu kapabilitas diri kita sendiri. Saat ingin mengikuti suatu kegiatan, pikirkan dulu apakah kita masih mampu melakukannya. Jangan jadi yes people yang selalu mengiyakan ajakan mengikuti suatu kegiatan tapi akhirnya malah keteteran semua. Saya kesindir banget nih sama jawaban ini :3

Oke, segitu dulu updatenya... maaf kalau agak terganggu dengan font yang besar kecil dicoret-coret.. Lagi kangen aja ngeblog model kayak gini, hehe



Bandung, 24 Maret 2014

Rabu, 22 Januari 2014

Dewasa

Sembari menunggu kuliah (yang baru mulai sekitar 3 jam lagi --"), mending update blog :3

Belakangan ini, saya kepikiran masalah kedewasaan seseorang. Gara-garanya adalah saya sadar kalau saya bertambah tua (bentar lagi kepala 2) tapi saya masih merasa bocah banget.

Emang, orang yang dewasa itu yang seperti apa?

Seingat saya, dosen saya pernah bilang bahwa orang yang dewasa itu bisa memilah antara hal yang penting dan hal yang tidak penting untuk dilakukan atau dipikirkan. Orang yang bisa menentukan mana hal yang lebih penting dari sekumpulan hal-hal penting. Sederhananya, orang itu bisa menyusun prioritas dengan benar lah...

Bisa menentukan pilihan antara menuruti keinginan untuk melakukan hobi atau mempersiapkan diri untuk kuliah esok hari terlebih dulu. Bisa menentukan pilihan antara menghabiskan waktu dengan leha-leha atau mengeksplorasi rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru. Bisa menentukan pilihan untuk menuruti rasa galau atau berusaha mengabaikannya dan melanjutkan melakukan sesuatu yang memang harus dikerjakan (kewajiban tidak terbengkalai). Dan lain sebagainya...

Seingat saya juga, dulu seorang teman pernah nge-tweet yang isinya kurang lebih begini:

"Dewasa itu melakukan sesuatu yang memang harus dilakukan, bukan hanya melakukan sesuatu yang disukai."

Hmm, iya juga ya. Kan tidak semua kewajiban kita sukai. Pasti ada saja kewajiban yang sebenarnya kita tidak suka melakukannya. Mungkin mindset kita perlu diubah dalam memandang kewajiban tersebut. Seperti kata orang, "Do what you love. Love what you do." 

Sebenernya saya masih belum tahu sih, gimana caranya 'love what you do'. Adakah yang bisa memberi tahu saya caranya? Please, post aja di comment yaa :) Thank you...



Bandung, 22 Januari 2014

Jumat, 10 Januari 2014

Suka Baca Novel



“Hobi kamu apa?”
“Baca novel.”


Itu jawaban saya setiap kali ditanya masalah hobi. Saat Osjur kemarin, saya dan teman-teman seangkatan mendapat tugas untuk saling mewawancarai setiap orang di angkatan kami. Otomatis, saya jadi sering banget ditanya (dan bertanya juga) soal hobi. Somehow, saya sempat merasa kalau hobi saya ini ‘nggak banget’. Hmm, mungkin karena kebanyakan temen akan menjawab “dengerin musik” atau “nonton film” kalau ditanya hobi, saya jadi merasa kalau hobi saya keren (hari gini menemukan orang yang suka membaca itu susah kan?). Tapi, begitu ketemu sama temen yang hobi baca juga dan bacaannya adalah buku-buku nonfiksi (yang menurut saya ‘berat’), saya langsung merasa minder. Merasa diri ini kekanakan banget gegara baca novel doang.

Kenapa saya suka baca?
Mungkin ini adalah hasil kombinasi dari seorang Ibu yang telaten mengajari saya mengeja huruf dan seorang sepupu jenius yang bahkan sebelum masuk TK pun sudah hobi baca majalah Bobo. Saya jadi getol banget belajar baca. Pengen ngejar tuh sepupu jenius. Pengen baca Bobo juga :3

Kenapa sukanya baca novel?
Nah, kalau yang ini peran Ibu saya nih. Beliau yang pertama kali mengenalkan saya pada jenis bacaan selain majalah Bobo, yaitu novel. Beliau berjanji akan membelikan saya novel kalau nilai saya bagus. Saat itu saya masih duduk di bangku SD, mungkin kelas 3 atau 4.
Singkat cerita, tibalah hari di mana Ibu saya harus menepati janjinya, hehe. Saya diajak ke toko buku. Pas itu, salah satu novel yang sedang dijagokan adalah Harry Potter (baru ada buku 1 sampai 4). Langsung deh dibeliin Harry Potter 1 (Batu Bertuah). Sampai rumah langsung saya baca.
Dan saya pun ketagihan! Sejak saat itu, saya mulai mengoleksi novel. Rak buku di kamar saya mulai dijejali dengan serial Lima Sekawan dan beberapa novel lain karangan Enid Bylton (ini juga rekomendasi dari Ibu saya; beliau dulu juga suka baca karya-karya Enid Bylton). Saya ingat, betapa dulu sebelum tidur, saya selalu menyempatkan diri untuk menghitung jumlah buku di rak. Memastikan kalau nggak ada satu buku pun yang tercecer (soalnya dulu kan adik saya masih kecil, takutnya mereka ngambilin buku saya terus nggak dibalikin, hehe). Sebelum tidur saya sempatkan baca novel, biasanya sih reread aja… Gak setiap kali saya bisa punya novel baru segera setelah selesai membaca satu novel kan?

Yah… itulah awal mula hobi saya.

Dulu juga sempat punya keinginan untuk punya perpustakaan pribadi yang isinya novel-novel kesukaan. Terus, beberapa hari yang lalu tidak sengaja mampir ke kineruku.com. Dan keinginan saya untuk punya perpustakaan pribadi pun muncul kembali. Pengennya mulai sekarang rutin beli buku, misal sebulan sekali ke toko buku dan harus beli buku. Buku itu investasi coy…

Dan setelah saya pikir-pikir lagi, baca novel itu ada gunanya koq.. karena kan pasti ada info-info yang diselipkan si penulis di novelnya. Lagian, baca novel itu bisa melatih imajinasi juga… 


"Sometimes I read because my reality is just too difficult"
[source

Solo, 10 Januari 2014


Sabtu, 04 Januari 2014

Tidak Menunda, Bersyukur

Ini salah satu pikiran yang terbetik di benak saya saat sendirian mencuci piring di dapur. Tapi yang membetikkan pikiran ini bukan masalah cuci piring, bukan... Melainkan karena ada satu tugas yang saya rasa sudah saya selesaikan. Dan saya jadi merasa lebih ringan untuk bersyukur atas tugas itu.

Jadi, apa pemikiran itu?

"Tidak menunda-nunda pekerjaan adalah jalan untuk menjauhi keluh dan mendekatkan diri kepada syukur. Karena bersyukur itu lebih baik daripada mengeluh, kenapa kita harus menunda melakukan/mengerjakan tugas kita?"

Kalau kita menunda-nunda mengerjakan sesuatu, otomatis waktu kita untuk menanggung beban itu jadi lebih lama. Ini bisa menimbulkan stress, seperti kata pak Stephen Covey:

"Bukan BERAT beban yang membuat kita stress, tetapi LAMAnya kita memikul beban tersebut."

Nah, saat sedang stress, lebih mudah untuk mengeluh atau bersyukur?

Kemarin, saat saya mengunjungi suatu toko buku, saya menemukan buku yang berisi tips rehabilitasi untuk orang-orang yang suka menunda-nunda melakukan sesuatu (saya lupa judulnya). Salah satu tipe penunda-nunda pekerjaan yang dibahas di dalam buku itu adalah orang yang perfeksionis. Dan saya merasa itu tipe penunda-nunda yang paling mendekati karakter saya (ya, saya adalah orang yang suka menunda-nunda). Penunda-nunda tipe ini belum bisa memulai suatu pekerjaan kalau keadaan belum benar-benar sempurna. Untuk kasus saya, keadaan sempurna untuk memulai mengerjakan sesuatu tercapai jika memang saya sudah ada mood atau keinginan kuat untuk memulainya. Selain itu, 'keterpaksaan' mengerjakan sesuatu (karena sudah mendekati deadline) juga bisa membuat saya memulai suatu pekerjaan.

Nah, kebetulan tugas yang saya sebutkan di bagian awal post ini adalah tugas yang lumayan besar, butuh waktu yang tidak sebentar. Mood saya untuk mengerjakan tugas itu tak kunjung terbentuk karena selalu ada pikiran negatif dalam diri saya bahwa mengerjakan tugas itu pastilah membosankan. Tapi, karena tugas ini sudah molor jauh dari deadline dan tidak hanya menyangkut saya pribadi, akhirnya saya paksa diri sendiri untuk mulai 'merangkak' mengerjakan tugas itu. Tiap hari saya sempatkan mengerjakan tugas itu. Dan setiap kali setelah mencicil menyelesaikan tugas itu, perasaan saya membaik. Saya senang karena, walau mungkin hanya sedikit dan tugas itu belum selesai, saya telah membuat kemajuan. Rasanya seperti berkurang beban yang saya tanggung.

Semoga pemikiran saya ini bisa memotivasi untuk tidak menunda-nunda pekerjaan lagi...
Aamiin.

Solo, 4 Januari 2014