Rabu, 15 Juli 2015

I'm Moving

Helloo :)

Jadi, setelah melakukan beberapa pertimbangan, saya memutuskan untuk memindahkan blog saya ke WordPress.

Bagi yang ingin membaca tulisan-tulisan saya, silakan mengunjungi afteryearsofposting.wordpress.com

Feel free to visit, comment, and follow




Senin, 13 Juli 2015

Habis Ini

Haloo :)

Sebenernya saya sedang nggak tau pengen ngapain (lagi-lagi). Posisi sudah di kampung halaman, jauh dari hiruk-pikuk dan dinginnya Bandung. Beberapa topik sudah menjejali sticky notes yang saya khususkan untuk mencatat ide untuk ditulis ke dalam blog. Tapi rasanya saya masih saja bingung harus mulai menulis dari mana...

Ya udahlah yaaa... saya mulai nulis aja :3

Jadi, sudah 6 mingguan ini saya mencicipi hal baru: dunia kerja. Hari di kantor diawali pada jam 8 pagi, diakhiri pada jam 5 sore. Jeda satu jam di siang hari, dari jam 12 sampai jam 1. Demikian setiap hari. Pada jam kerja, hal yang saya lakukan adalah duduk di depan laptop, mengembara di internet untuk mencari solusi, mencoba solusi dari internet, kalau satu solusi gagal beralih ke solusi lain. Begitu seterusnya. 

Jujur, saya pernah terserang rasa bosan dengan rutinitas yang itu-itu saja. No life. Sepulang kantor merasa sudah powerless, energi habis, pengen langsung istirahat. Kalau kayak gini terus-terusan, kapan saya bisa melakukan hal lain selain kerjaan kantor? Bagaimana nanti kalau saya sudah berkeluarga? Apakah bakal sempat ngurus keluarga kalau tiap hari waktu habis buat kerjaan kantor? Saya pun bertekad, kalaupun nanti akan bekerja, saya ingin pekerjaan yang fleksibel. Intinya pekerjaan yang tetap memberi saya keleluasaan untuk melakukan hal-hal lain.

Lalu suatu hari, orang kantor ada yang membagikan suatu link di Slack. Silakan klik di sini untuk membaca artikelnya.

Setelah membaca artikel itu, saya merasa tergelitik. Kebetulan saya lumayan berminat pada bidang Basis Data dan di kantor juga sedang menggunakan teknologi AWS. Namun selama magang ini, saya belum berkesempatan untuk bersinggungan langsung dengan data yang sangat besar dan tuntutan accessibility yang tinggi. Begitu membaca artikel tersebut, saya jadi tertarik dengan term baru: database engineer. Sepertinya keren B)

Setelah membaca artikel itu juga, naluri kepo saya terpanggil, wkwk. Saya tidak lantas menutup tab browser yang menampilkan artikel itu dan kembali ke kerjaan. Saya malah ngulik-ngulik web tersebut dan iseng mengunjungi Careers site-nya. Dan, whoaa.... entah kenapa saya tertarik untuk sekilas mencari tahu tentang posisi Software Engineer di Pinterest. Di antara macem-macem posisi Software Engineer, ada Data Scientist dan Data Engineer juga. Syaratnya harus PhD dong minimal :3 hahaha, padahal selama ini saya kira Master aja udah cukup.

Nggak berhenti di situ, saya malah jadi kepo kantornya Pinterest. Saya googling "Pinterest office tour" dan membuka link teratas. Well, saya jadi pengen kerja di sana...

Saya pun jadi teringat Tumblr. Saya juga jadi kepo kantornya Tumblr. Kirain Tumblr juga bermarkas di the so called Silicon Valley, ternyata enggak. Kantornya Tumblr itu ada di New York. Kantornya juga keren :3

Kenapa saya tertarik kerja di dua tempat itu? Karena saya sedang suka menggunakan produk dari keduanya: saya suka buka Tumblr walau sekedar scroll dashboard, saya suka buka Pinterest walau sekedar browsing randomly. Rasanya asik aja, kalau selain menjadi pengguna (user), kita juga berkesempatan untuk berkontribusi dalam mengembangkan produk yang kita sukai itu.

Jadi, enaknya habis kuliah S1 ini saya ngapain ya...?



Solo, 13 Juli 2015
...maaf kalau tulisan ini pointless haha

Selasa, 30 Juni 2015

When Technology Cares

Selama Kerja Praktik ini, saya banyak diberi kesempatan untuk mencoba/menggunakan teknologi-teknologi yang belum pernah saya gunakan. Baik itu teknologi yang keberadaannya belum saya ketahui sebelumnya atau teknologi yang harus bayar kalau mau pakai. Kali ini pengen share singkat aja mengenai satu teknologi, yaitu Slack.
Slack adalah aplikasi yang memfasilitasi real-time chatting. Aplikasi ini bisa dibilang jadi media komunikasi paling penting bagi tim kerja yang saya ikuti sekarang. Bahkan walaupun bekerja bersama dalam satu ruangan, orang-orang lebih memilih ngobrol di Slack kalau ada yang perlu didiskusikan -_-"
Fitur Slack mirip-mirip lah dengan fitur aplikasi chatting yang lain. Bisa mengirim private/direct message, grup chat (public maupun private), upload file/gambar. Yang membedakan dengan aplikasi serupa, di Slack kita bisa melakukan formatting terhadap text yang akan kita kirim (misalnya dengan menggunakan font bold, italic, quoted text, dll). Selain itu, Slack juga punya fitur mention seperti di Twitter. Fitur mention ini guna banget dalam obrolan di suatu grup karena orang yang di-mention akan langsung dapat notifikasi khusus.
Hal lain yang membuat saya suka dengan Slack adalah setiap kali setelah login, sambil loading, ada saja quotes yang ditampilkan (emang dasarnya saya suka quote sih haha). Beberapa quotes yang pernah saya dapet selama memakai Slack adalah:
  • Alright world, time to take you on!
  • Each day will be better than the last. This one especially.
  • You're here! The day just got better.
  • You look nice today.
  • The mystery of life isn't a problem to solve, but a reality to experience.
Kemarin siang, saya ngantuk di kantor. Lalu tanpa sengaja saya menutup jendela browser. Beberapa menit kemudian saat rasa kantuk sudah pergi, saya buka lagi browser. Dan quote yang saya dapatkan setelah login Slack adalah:

Duh, perhatian banget si Slack ini :')

Bandung, 30 Juni 2015
...udah sebulan, udah kangen, masih 2 minggu lagi

Sabtu, 13 Juni 2015

Penilaian dan Saling Mengingatkan

Pernah nggak sih merasa dikecewakan oleh orang lain saat kita mengetahui sisi buruk mereka?

Saya pernah.

Dulu, saya kenal dengan seseorang yang menurut saya keren dalam suatu hal. Saya kagum terhadap orang itu. Dan tanpa sadar, saya seperti menjadikannya panutan. Saya seperti terinspirasi oleh orang itu. Saya mulai melakukan hal-hal baik, tanpa disuruh.

Tapi, suatu ketika saya mendapat cerita soal masa lalu orang yang saya kagumi itu. Dan ternyata, masa lalunya bisa dibilang kurang baik. Dia pernah melakukan suatu hal yang menurut saya seharusnya tidak dilakukannya. Di situlah saya kecewa. Cerita mengenai masa lalu orang tersebut telah mengubah penilaian saya untuknya. Yah, bukan serta-merta jadi benci juga. Tapi tingkat kekaguman jadi menurun lah. Dan saya jadi sadar bagaimanapun orang yang saya kagumi itu adalah manusia yang pasti punya cacat.

Saya juga pernah berusaha mengenal seseorang, tidak secara langsung, namun melalui tulisan-tulisannya di blog. Setelah membaca sekian banyak post, dari yang terbaru sampai yang telah berusia tahunan, saya dibuat kagum oleh orang itu. Setelah mengenalnya lewat blog, saya mendapat kesempatan untuk berinteraksi juga dengannya, jadi bisa berusaha mengenalnya secara langsung. Dan setelah mengenal secara langsung, saya jadi merasa bahwa saya telah memberikan penilaian terlalu tinggi untuk orang tersebut, hanya dari tulisan-tulisannya di blog. Bisa dibilang saya agak kecewa juga karena mendapati kesalahan/cacat orang tersebut secara nyata.

Padahal kalau dipikir-pikir, wajar saja kan manusia melakukan kesalahan? Entah itu di masa lalu atau di masa kini...? Dan memangnya penilaian saya selalu benar...? Bisa saja kan ada hal-hal lain yang luput dari pertimbangan saya saat menilai seseorang..? 

Hal ini mengingatkan saya akan pertanyaan yang pernah melintas di kepala: bagaimana penilaian orang-orang terhadap saya? Menurut mereka, saya ini seperti apa sih?

Penasaran aja. Nggak pengen orang-orang menilai saya terlalu tinggi, nggak pengen mereka kecewa.

Terlepas dari itu semua, bukankah kita masih bisa saling mengingatkan agar terhindar dari kesalahan? Bukan tak mungkin kan seseorang melakukan kesalahan karena lupa, misalnya saja lupa sholat karena terlalu fokus bekerja. Untuk orang-orang yang telah kita nilai sebagai orang baik, reminder dari kita bisa menjaganya untuk tetap baik atau bahkan lebih baik lagi (di mata kita). Sedangkan untuk orang-orang yang kita nilai kurang baik, siapa tau reminder dari kita bisa membuatnya jadi lebih baik...

Mari saling mengingatkan :)


Bandung, 13 Juni 2015
...semoga reminder yang diberikan terhitung sebagai usaha mencegah kemunkaran

Jumat, 12 Juni 2015

Book Review: Ayah

Image source: Google :)

Amiru memeluk ayahnya erat-erat. Dia mencium bau yang selalu menjadi misteri baginya, bau yang selalu menyayangi dan melindunginya. Kini dia tahu, bau itu adalah bau ayahnya. Dipeluknya ayahnya semakin erat. Air mata anak dan ayah itu berlinang-linang. 
[Ayah, hal 381]

---

2 Juni 2015, saya udah nggak kuat menahan keinginan untuk pergi ke toko buku dan membeli buku baru untuk dibaca di kosan. Jadilah sebelum Dhuhur, saya keluar dari kosan, pergi ke Gramedia.

Banyak buku yang ada di wish list saya. Kalau saya punya uang berlimpah, pengen rasanya ngeborong buku-buku itu. Nambah koleksi. Sekalian mewujudkan cita-cita punya perpustakaan pribadi :D

Tapi hari itu, saya harus bersyukur masih mampu membeli satu buku baru. Dalam perjalanan ke Gramedia, saya pun menimbang-nimbang, buku apa yang akan saya beli. Saat itu saya sedang ingin beli novel, karena pada kesempatan belanja buku sebelumnya sudah membeli buku non-novel (buku psikologi modern, karya Malcolm Gladwell). Saya pun mulai mempertimbangkan judul-judul novel yang ada di wish list. Menerka-nerka, novel mana yang kira-kira bisa meng-engage saya agar tidak bosan membacanya.

Sesampai di tujuan, saya langsung menuju ke sektor novel. Salah satu novel yang ada di rak adalah novel karya Andrea Hirata ini. Membaca judulnya, saya tertarik. Saya pun mencoba membaca beberapa halaman pertamanya. Setelah itu, saya melanjutkan penyisiran rak-rak novel. Melihat-lihat novel lain, mencari novel-novel yang ada di wish list saya, membaca sinopsisnya, menimbang-nimbang novel mana yang akan saya beli. Dan yah, pilihan saya jatuh ke novel Andrea Hirata ini.

Sudah lama saya tidak membaca karya Andrea Hirata. Namun yang saya ingat adalah tetralogi Laskar Pelangi-nya berhasil memikat saya. Berhasil membuat saya percaya akan kekuatan mimpi. Membuat saya berani memasang target yang tinggi untuk dicapai. Membuat saya terus yakin bahwa saya bukan tidak mungkin dapat mencapai target tersebut, asalkan mau berusaha.

Novel terbaru Andrea Hirata ini pun juga berhasil meng-engage saya. Bahasa yang digunakan mudah dicerna namun sarat makna. Plot cerita yang disusun berhasil membuat saya penasaran. Awalnya, saya mengira novel tersebut memiliki dua alur cerita yang tak bersinggungan. Saya mengira, novel ini berisi kisah mengenai beberapa orang ayah, dengan komposisi yang sama rata. Namun ternyata, ada satu ayah yang menjadi pusat cerita di novel ini.

Seperti novelnya yang lain, unsur budaya lumayan kental mewarnai novel ini. Tidak hanya Belitong, beberapa tempat lain di Pulau Sumatera juga dijadikan latar cerita. Selain itu, Andrea juga menyelipkan sepotong kisah dari benua Australia. Menyinggung sedikit tentang aboriginal stolen generation.

I rate it 4 out of 5 stars... Nice story :) 

Di halaman awalnya saya menuliskan kalimat:

"Kenapa harus bergalau ria memikirkan lelaki yang bukan sesiapa? Kenapa tidak memikirkan kebahagiaan lelaki yang cintanya murni untukmu? Lelaki yang membuatmu bisa menikmati hidup hingga detik ini...? Ayahmu..."

Yeah, bisa dibilang itu yang mendorong saya untuk menjatuhkan pilihan pada novel karya Andrea Hirata ini saat itu :3


Bandung, 12 Juni 2015

Minggu, 07 Juni 2015

KP Ceciwi UrbanIndo 1: The Beginning

Mau Kerja Praktik (KP) di mana?
Itulah pertanyaan yang mulai sering muncul di benak saya akhir tahun 2014 lalu. Mulailah tanya-tanya ke kakak tingkat soal KP. Baca-baca cerita KP mereka di blog juga. Dan, berbekal keinginan tidak mau KP sendirian, saya mulai cari teman buat diajakin barengan kalau mau daftar KP: Icha dan Afik. Kami bertiga pun mulai mencoba mengirimkan CV ke beberapa perusahaan dan mendaftar program Global Internship di GIST, Korsel. 

Bulan demi bulan berlalu dan belum ada kemajuan dalam menjawab pertanyaan tadi. Belum ada panggilan wawancara dari perusahaan yang sudah dikirimi CV. Nggak begitu yakin juga bakal lolos seleksi ke GIST. Sampai akhirnya dapet info dari seorang teman kalau UrbanIndo ada lowongan magang. Kami bertiga pun langsung kirim CV ke sana.

Wawancara
Beberapa hari kemudian kami bertiga dipanggil buat interview di UrbanIndo. Kami diwawancara di tempat terpisah dalam waktu yang bersamaan. Pewawancaranya ada 3 orang, ganti-gantian. Pertanyaan yang diajukan saat interview ya standar lah: diminta memperkenalkan diri, ditanya beberapa hal berkaitan dengan info yang kita cantumkan di CV, dan karena kerjaan di UrbanIndo berhubungan dengan web jadi ditanya soal dunia per-web-an dan per-internet-an juga (materi-materi kuliah WBD, Sister, Basdat).

Pra-KP
Sekitar seminggu setelah interview, kami bertiga dipanggil lagi ke kantor UrbanIndo. Alhamdulillah, pada pertemuan itu kami diberi tahu kalau kami diterima KP di sana. Kami pun diminta mengisi biodata dan ditanya mau mulai KP kapan sampai kapan. Selain itu, kami juga langsung mendapat briefing mengenai tugas yang akan di assign ke kami saat magang nanti. Dan sebagai tindak lanjut dari briefing itu, kami diminta membuat dokumen perencanaan pengerjaan tugas tersebut.

Beberapa hari setelah mengumpulkan dokumen yang diminta, kami mendapat tugas untuk mengeksplor beberapa teknologi: Spring Boot, Lumen, dan Protocol Buffer.

Beberapa minggu setelahnya, kami dipanggil lagi ke kantor untuk briefing. Ada perubahan tugas untuk intern ternyata. Yang semula kami diminta untuk membuatkan fitur newsletter, push notifications, dan social dashboard diganti dengan user contact verification, dynamic image resizer, dan unit and functional testing untuk Yii2. Kami di-brief mengenai teknologi-teknologi yang akan kami gunakan dalam mengerjakan tugas tersebut. Lalu, masing-masing kami diminta memilih satu tugas. Saya memilih untuk mengerjakan user contact verification, Afik dynamic image resizer, Icha unit and functional testing.

Hari pertama ngapain?
Sampai malam Senin, kami belum punya gambaran mengenai apa yang akan kami lakukan di kantor pada hari pertama. Biasanya kan (kalau baca-baca dari blog KP angkatan atas) hari-hari pertama tuh isinya pengenalan lingkungan kerja dan penjelasan mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. Lhah, masalahnya kami sudah diajak keliling kantor saat briefing beberapa bulan lalu. Kami juga sudah diberi tahu pekerjaan yang harus kami kerjakan beserta teknologi-teknologinya. Jadi, hari pertama kami ngapain dong? Ini bikin saya lumayan takut menghadapi hari pertama...


to be continued..

Bandung, 7 Juni 2015
...9 weeks to go

Jumat, 24 April 2015

Karena Orang Lain

"Berterimakasihlah pada ia yang pernah kamu kagumi, karenanya kamu pernah berusaha memantaskan diri menjadi pribadi yang lebih baik" 
[taken from my Tumblr dashboard, tapi lupa siapa yang nge-share]

---

Sore itu, mentoring diisi oleh mentor pengganti karena teteh mentor yang sebenarnya sedang sibuk mempersiapkan proses penggenapan setengah agamanya, cieee :)

Bertempat di selasar masjid kampus yang sore itu ramai dengan anak-anak SMP-SMA yang sedang belajar bersama. Sempat mager juga jalan dari gedung kuliah (labtek V) ke masjid kampus. Biasanya juga mentoring-nya di labtek V. Tapi khusus yang kemarin di masjid kampus.

Diawali dengan tilawah seperti biasa. Lanjut ke sesi perkenalan. Teteh mentor pengganti memperkenalkan dirinya dengan cukup detail. Setelah itu kami diminta bergiliran memperkenalkan diri masing-masing.

Masuklah ke sesi materi. Materi yang dibawakan adalah tentang ikhlas. Sebenarnya, kelompok mentor kami sudah pernah membahas tentang materi itu (mungkin sekitar 2 atau 3 minggu yang lalu). Namun tak ada satu pun dari kami yang menyampaikan ke teteh mentor pengganti tentang hal ini. Si teteh pun melanjutkan penyampaian materinya.

Saat si teteh sampai ke sub bahasan mengenai niat, tiba-tiba saja saya teringat quote di atas. Lalu ingat bahwa dulu saya pernah melakukan perbuatan-perbuatan baik karena ada orang lain. Orang lain yang menurut penilaian saya adalah orang baik, sangat baik hingga membuat saya jatuh kagum. Dan saat jatuh kagum itu, saya jadi punya motivasi untuk mengikuti amalan-amalan baik orang tersebut. Demi memantaskan diri. Laki-laki baik jodohnya perempuan baik kan...? Hehe..

Berarti saya nggak ikhlas dong?

Pikiran itu berputar di kepala saya selama si teteh masih menyampaikan materinya. Saya berharap si teteh selesai menyampaikan materinya sebelum adzan maghrib sehingga saya punya kesempatan untuk mengutarakan pikiran itu. Saya tahu, kalau hal yang saya lakukan dulu itu tidak bisa dibilang ikhlas karena saya melakukan amalan-amalan baik bukan semata-mata karena Allah. Saya tahu. Tapi saya ingin tetap meminta pendapat dari si teteh. 

Alhamdulillah, I got the chance...

Pendapat si teteh adalah: nggak apa-apa kita jalankan saja amalan baik itu. Walau niatnya belum lurus, tetap lakukan saja. Sembari jalan sembari kita berusaha meluruskan niat. Jangan nunggu niatnya lurus sebelum melakukan suatu kebaikan, nanti bisa-bisa malah batal melakukan kebaikan itu.

Kakak-kakak sekelompok mentor juga menyampaikan pendapat mereka. Menurut kak A, ya nggak papa lakuin aja kebaikan itu. Walau niat belum bener, siapa tau kebaikan yang kita lakukan itu bisa membawa kebaikan bagi orang lain juga.

Okee dee..


Bandung, 24 April 2015
...sedang ingin melakukan suatu kebaikan untuk menyamakan kemampuan dengan seseorang, tapi koq kayaknya berat ya?

Minggu, 22 Maret 2015

Hari-hari Hectic

Akhir minggu sampai awal minggu kemarin adalah hari-hari yang padat bagi saya. Sekali-sekali saya ingin mengisi blog ini dengan cerita harian lah yaa.. Lumayan juga sebagai pengingat saya di masa depan kalau saya pernah menghadapi hari-hari seperti yang akan saya ceritakan ini ;)

Here you go...

13 Maret 2015
Hari terakhir UTS. Siangnya aku menyempatkan diri mengambil foto kahim-sekben di Jonas Banda yang lokasinya lumayan jauh dari kampus. Habis itu, aku agak lupa apa yang kulakukan. Yang jelas pas jam 15.00 lebih, aku kumpul kelompok Grafika. Pembagian tugas dilakukan dan mencoba install floobits supaya bisa ngoding barengan di satu file dengan Sublime Text. Saat maghrib tiba, aku langsung sholat lalu cus ke Ciwalk untuk foto Warga Basdat (asisten lab). Kami tidak langsung foto di studio, melainkan makan malam dulu. Jam 20.30 baru kami ke studio foto. Setelah foto, aku merasa pusing. Entah kenapa. Teman-teman Warga Basdat masih ingin karaokean, namun aku dengan kekeuh bilang aku mau pulang saja. Selama hangout bersama teman-teman Warga Basdat aku juga lebih banyak diam. Saat ditanya kenapa, aku jawab "Sedang banyak pikiran." Dan mereka pun dengan sangat care berusaha menghiburku :') They've been so kind to me, yet I don't think I've been a good friend for them.
Foto di luar studio fotonya

14 Maret 2015
Pagi ada acara rutin suatu organisasi. Sebenarnya siangnya ada kumpul kelompok Grafika lagi, tapi aku memutuskan untuk tidak ikut kumpul dan mencoba mengerjakan bagianku dulu sendiri di kosan. Saat masih mengikuti acara organisasi itu, teman kelompok tugas Kriptografi mengontak saya via chat FB. Lagi-lagi fokus saya terpecah: raga sedang mengikuti rapat, tapi pikiran melanglang buana ke tugas Kriptografi.
Sesampai di kos, saya mencoba mengerjakan tugas Grafika dulu. Harapannya, setelah bagian saya selesai, saya bisa total fokus ke tugas Kriptografi. Tapi ternyata waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan Grafika sangat banyak. Bahkan saya baru tidur setelah lewat jam 12 malam, itu pun tugas Grafika saya belum kelar dan saya tidak jadi menyentuh tugas Kriptografi sama sekali. Ah..

15 Maret 2015
Pagi-pagi saya berangkat ke kampus dengan niat merampungkan tugas Grafika yang memang harus dikumpulkan keesokan harinya. Sesampai di kampus, saya menemui kenyataan bahwa apa yang saya kerjakan kemarin masih sangat tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan kelompok saya. Walhasil, hasil kerja saya tidak saya integrasikan ke aplikasi yang akan dikumpulkan esok hari. Duhduh…
Hari itu sampai malam berusaha menyelesaikan tugas Grafika. Lelah ngoding, beralih ke laporan. Buntu mikir laporan, balik lagi ke kodingan.
Saat merasa bagian saya sudah selesai, saya pun beralih ke kerjaan organisasi: kompilasi LPJ akhir tahun yang akan dipresentasikan hari Selasa.
Sekitar jam 21.00 saya izin pulang ke teman-teman kelompok Grafika.

16 Maret 2015
Terbangun dini hari. Ada message FB di grup chat Grafika: file zip deliverable untuk dikumpulkan pagi itu. Tapi masih kurang laporannya. Karena merasa kemarin laporannya sudah selesai, maka aku tidak otak-atik file deliverable itu lagi. Ternyata pas paginya, setelah kuliah jam pertama, temen sekelompok bilang kalau laporannya belum digabungin ke file deliverable, itu 30 menit sebelum deadline pengumpulan. Langsung deh saya nyalakan laptop, dan mulai menggabungkan file laporan ke folder deliverable. Sempat waswas juga karena laptop belum dalam keadaan menyala, takut booting-nya lama.
Saat kuliah kedua hari itu, tiba-tiba ada telepon masuk, dari nomor tak dikenal. Saya pun keluar kelas untuk mengangkatnya. Ternyata itu dari suatu perusahaan yang tempo hari saya kirimi email lamaran magang. Saya diundang untuk wawancara keesokan harinya. Tambah lagi hal yang harus saya lakukan: mempersiapkan diri untuk wawancara besok.
Selesai kuliah jam 11, langsung demo Grafika. Setelah itu saya pun mulai kompilasi LPJ akhir tahun lagi. Jam 14-16 kuliah lagi. Setelah itu saya membuat LPJ sekretaris dan lagi-lagi kompilasi LPJ.
Malamnya rakor terakhir sebelum forum LPJ keesokan hari. Forum LPJ dilakukan dalam 2 batch, 2 hari, Selasa dan Rabu. Saya (sekretaris) dan bendahara mendapat giliran presentasi hari Selasa. Itu artinya, selain kompilasi LPJ, mempersiapkan diri untuk wawancara, saya juga harus membuat slide presentasi.
Saat semua LPJ divisi yang sudah ada sudah dikompilasi, saya pun curi-curi kesempatan untuk mempersiapkan wawancara keesokan hari. Saya buka website perusahaan yang akan mewawancarai saya. Saya kulik-kulik. Teman saya yang bendahara dengan baik hati menyarankan saya untuk belajar mengenai algoritma-algoritma programming sederhana. Dia menunjukkan satu web untuk latihan programming. Dia juga mencontohkan solving satu soal mengenai Palindrom.
Sesampai di kosan, saya berniat untuk merampungkan kompilasi LPJ, tidur sebentar, lalu belajar untuk wawancara lagi. Tapi apa daya, mata sudah berat sekali. Saya pun langsung tidur tanpa merampungkan kompilasi LPJ (lagipula masih ada divisi yang belum selesai LPJ nya).

17 Maret 2015
Terbangun dini hari (lagi). Ada message FB, isinya LPJ dari suatu departemen. Ya sudah, langsung kompilasi LPJ lagi. Masih lumayan banyak juga yang kurang. Padahal udah hampir 100 halaman (sampe-sampe MS Word nya lemooot). Langsung japri kadiv-kadiv dan kepala departemen yang LPJ-nya belum lengkap.
Selesai kuliah langsung berangkat ke kantor perusahaan yang akan mewawancara. Walau wawancaranya masih jam 13.15. Makan siang di dekat kantornya. Pas ada beberapa laki-laki yang datang ke warung makan, saya dan teman-teman langsung cabut (kebetulan udah selesai makan juga) karena curiga kalau laki-laki itu adalah karyawan kantor tempat kami akan diwawancara (dan kami berencana untuk mengobrolkan soal wawancara nanti, nggak lucu kan kalau mereka denger).
Jam 13.00 kami ke kantor itu. Beberapa menit kemudian kami bertiga dibawa ke tempat terpisah. Saya dapat tempat di teras bagian dalam yang ada kolam ikannya, suasananya sejuk. Saya diwawancara oleh 3 orang, masing-masing 15 menit. Well, saya mencoba untuk menjawab semua pertanyaan mereka sebisa saya. Sekarang saya masih menunggu hasil penilaian mereka.
Satu pertanyaan dari salah satu pewawancara menanyakan soal bagaimana program untuk memeriksa suatu anagram yang valid. Dalam menjelaskan soalnya, dia menyebut-nyebut soal palindrom juga. Kebetulan sekali kemarin saya dikasih contoh dengan persoalan palindrom juga sama temen saya yang bendahara itu.
Selesai wawancara sekitar jam 14.15. Saya masih menunggu sebentar di kantor itu. Tapi saat jam menunjukkan pukul 14.30 lebih, saya pamit duluan karena jam 15.00 harus bertemu dengan asisten suatu tugas kuliah.
Sempat bingung harus naik angkot apa untuk kembali ke kampus. Tapi akhirnya selamat sampai ke kampus, telat sekitar 5 menit dari jadwal asistensi.
Saya langsung mencari teman kelompok tugas saya lalu kami sama-sama menghadap ke asisten.
Selesai asistensi, saya mulai mengerjakan slide presentasi lagi. Ada juga LPJ dari divisi yang baru selesai dan belum dikompilasi.
Jam 16.00 jadwal saya mentoring agama. Awalnya saya mau izin untuk tidak ikut dulu. Tapi akhirnya saya datang juga. Dan walau rencana awal saya hanya akan ikut sampai jam 17.00, nyatanya saya baru berani pamit duluan pas jam 17.30 an.
Setelah itu saya langsung ngebut kompilasi LPJ dan menyelesaikan slide presentasi. Jam 19.00 saya pindah ke ruang kelas yang digunakan untuk forum LPJ. Sempat kaget saat diberi tahu saya dapat giliran presentasi pertama. Tapi ternyata jadinya dapat giliran presentasi setelah suatu departemen. Sekitar jam 21.00 saya selesai presentasi. Saya pun pamit pulang duluan karena mau ngedeadline tugas Kriptografi yang harus dikumpulkan besok siangnya.
Saya menginap di rumah teman sekelompok tugas Kriptografi. Lagi-lagi berniat untuk tidak tidur, untuk marathon menyelesaikan tugas Kriptografi. Tapi yang ada tetep aja tidur, walau tidurnya tidak jenak (jam 23.00 an ketiduran, bangun jam 00.30 an, tidur lagi jam 02.00 an, bangun jam 04.00 an)

18 Maret 2015
Hari itu ngantuk terus di kelas. Susah menjaga mata tetap terbuka dan konsentrasi tetap terjaga. Malamnya datang forum LPJ lagi. Berniat untuk ikut sampai selesai karena di akhir akan ada penilaian kinerja.
Saat penilaian kinerja, semua nilai ditampilkan di depan. Malu saat tahu ada nilai C untuk kinerjaku. Astaghfirullah, ini baru penilaian kinerja di suatu organisasi. Gimana kalau pas hari akhir nanti? Saat aku dinilai oleh Allah… betapa malu jika semua nilai jelekku diketahui orang lain.

Setelah penilaian kinerja, ada sertijab ke pengurus baru. Namun aku memutuskan untuk langsung pulang ke kosan karena sudah super ngantuk. Dan rasanya aku pengen teriak setelah semua itu selesai. Setelah hari-hari hectic terlampaui.
Foto setelah rakor terakhir sebelum forum LPJ (16 Maret 2015)
Bandung, 22 Maret 2015
...sedang berusaha move on.

Minggu, 08 Maret 2015

Lesson Learned dari Semester Gila

Ini semester gila, bagi saya. Seperti yang mungkin telah saya sebutkan pada post-post sebelum ini dan mungkin di sosial media saya juga, tugas semester ini tak ada hentinya. Mulai besok selama satu minggu adalah masa-masa UTS. Dan benarlah kata orang yang menyatakan kalau masa-masa ujian itu lebih selow daripada hari-hari perkuliahan biasa. At least hari Minggu ini bisa saya habiskan di kosan saja, tidak seperti hari-hari Minggu yang lalu yang hampir selalu saya habiskan di kampus dari pagi sampai malam untuk mengerjakan tugas.

Ada beberapa tugas yang ingin saya pamerkan, tapi mungkin bukan di post ini, hehe... (semoga aja nggak wacana, aamiin)

Di post ini saya cuma ingin berbagi lesson learned yang saya dapatkan selama menjalani setengah semester gila ini. Here they are...

1. Desain itu penting! Sekecil apapun program/aplikasi yang ingin dibuat, harus diawali dengan perencanaan yang matang. Sebenarnya hal ini sudah ditekankan pada mata kuliah Proyek Perangkat Lunak. Bahwa kalau desainnya sudah bagus, tahap implementasi (coding) bisa lebih lancar dan cepat selesai. Tapi saat dapat tugas membuat aplikasi di mata kuliah lain, ilmu desain tidak saya terapkan. Desain masih mentah, langsung terjun ke implementasi. Walhasil, jadi bingung sendiri saat tahap implementasi, saat di tengah jalan menyadari bahwa harusnya begini, harusnya bukan begitu.

2. Kalau ngoding yang rapi. Saat mendemokan aplikasi di depan asisten dan asisten minta untuk diperlihatkan kodenya, dia berkata, "Lain kali kode programnya dibikin well commented ya. Biar gampang dibaca orang lain." Saya jadi ingat materi soal clean code yang pernah diberikan oleh kakak alumni. Salah satunya ya soal komentar itu. Ada juga soal penamaan variabel ataupun fungsi yang harus dipikirkan baik-baik (harus mencerminkan variabel atau fungsi tersebut, nggak boleh asal namain fungsi dengan kata tak bermakna). Mengenai kerapian kode program ini, ada beberapa teman yang lumayan concern. Salah satu teman sekelompok tugas saya menuliskan komentar ini di kodenya:


Yeah, dia menuliskan komentar yang sangat detail di kodenya sendiri hehe. Saya juga mendapat "teguran" darinya saat dia tahu kode yang saya ketik melewati garis batas yang ada di code editor suatu IDE. Hal yang menurut saya sepele karena toh program yang dihasilkan tetap bisa dijalankan.

3. Jangan lupakan dokumentasi. Mungkin saat ini dokumentasi masih sebatas pelengkap tugas. Tapi nanti di dunia nyata (memangnya ini bukan dunia nyata, Yyu?) yang namanya dokumentasi itu penting kalau sewaktu-waktu aplikasi yang kita buat akan dikembangkan lagi. Apalagi kalau yang akan mengembangkan itu orang lain. Supaya dia (atau kita) tidak perlu memulai dari nol lagi.

4. Time management!! Yang ini sudah dibahas di post kemarin nih. Saya sih pengennya bener-bener bisa menerapkan SKS dengan benar. Bahwa 1 SKS itu artinya 1 jam kuliah tatap muka, 1 jam belajar mandiri, dan 1 jam mengerjakan tugas. Saya mulai pasang batas waktu kalau mengerjakan tugas, sesuai dengan SKS mata kuliah yang bersangkutan. Tapi masih sering cheating sih, hehe. Entah karena terdistraksi pas ngerjain tugas ataupun emang butuh waktu lebih untuk mengerjakan tugas itu. Yang perlu diperhatikan juga adalah gimana caranya berkoordinasi dengan kelompok mengenai waktu pengerjaan tugas. Jangan sampai alokasi waktu untuk tugas individu tabrakan dengan tugas kelompok.

5. Kalau mau begadang, setelah nyampe kosan langsung bawa laptop ke ruang TV ajah. Jangan kelamaan di kamar. Yang ada pasti bakal langsung ketiduran.

Hmm, apalagi yaa? Mungkin segitu dulu aja sharingnya, haha... Doakan saya sukses UTS seminggu ke depan yak! :)


Bandung, 8 Maret 2015
Ditulis untuk mengusir kantuk yang datang saat belajar Sistem Paralel...

Sabtu, 28 Februari 2015

"Kuliah" Tambahan: Time Management

"Manusia tidak akan bisa mengalahkan waktu, tapi manusia bisa menang bersama waktu"

-----

Quotes tersebut saya tuliskan di cover notebook yang saat ini masih saya pakai. Saya lupa, apakah saya mendapatkan kalimat itu dari suatu tempat, ataukah itu hasil perenungan saya sendiri. Di post kali ini, lagi-lagi ingin membahas soal waktu.

Kemarin malam saya mengikuti mabit di masjid kampus. Salah satu hal yang dibahas oleh pemateri adalah mengenai waktu. Berdasarkan surat Al Asr, ada manusia yang tidak merugi, yaitu manusia yang beriman, beramal sholeh, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran. Kaitannya dengan waktu, manusia yang tidak merugi adalah manusia yang senantiasa mengisi waktu yang dimilikinya dengan iman dan amal sholeh, bukan hanya dengan iman atau hanya dengan amal. Yang perlu diingat adalah perwujudan iman dan amal sholeh tidak terbatas pada ibadah-ibadah yang "spiritual" seperti sholat, puasa, dll. Belajar, mengerjakan tugas kuliah, mencari nafkah, itu juga bisa disebut praktek iman dan amal sholeh kan...?

Saat ini saya sudah melalui 6 minggu di semester 6 kuliah. Kata orang-orang, semester 6 adalah puncak kuliah tersibuk, banyak tugas, dan masih harus mencari tempat magang juga untuk liburan semester nanti. Well, I agree. 

Semester ini saya mendapat tantangan untuk bisa memanfaatkan waktu dengan lebih baik. Kenapa? Karena jadwal kuliah yang random, misalnya hari Kamis kuliah jam 7-10 lalu kosong dan mulai kuliah lagi jam 16-18. Waktu kosong antar kuliah inilah yang perlu dimanfaatkan seoptimal mungkin. Walau kosan dekat dengan kampus, saya memilih untuk tidak pulang ke kosan pada jam kosong tersebut. Saya memilih untuk stay di kampus dan berusaha mengerjakan tugas-tugas yang ada.

Untuk bisa memanfaatkan jam kosong dengan optimal, beberapa hari terakhir saya mulai membiasakan diri untuk membuat jadwal harian. Jadwal tersebut berisi spesifikasi apa saja yang harus saya kerjakan hari itu. Jadwal harian saya buat menggunakan Chronodex untuk memudahkan pembacaan jadwal. 

Contoh Chronodex, taken from here.

Selain masalah jadwal, ada juga masalah deadline. Tugas-tugas kuliah semester ini lebih banyak daripada semester kemarin. Setiap minggu ada saja tugas untuk setiap mata kuliah. Menjalani hidup di semester 6 ini seperti hanya menghadapi rangkaian deadline tugas. Satu deadline dilalui, deadline berikutnya sudah menanti. Dan deadline yang selama ini diterapkan di program studi saya adalah "hari X jam 23.xx". Ya, jam 11 malam ke atas, hari apapun (termasuk Sabtu dan Minggu). Sedangkan saya (dan teman-teman) adalah orang yang cenderung deadliner

Pernah suatu ketika, ada deadline tugas kelompok jam 23.59. Sebenarnya tugas itu sudah selesai sejak pukul 19.00. Namun, begitu saya sampai kosan, saya malah ketiduran sebelum mengirim tugas tersebut ke asisten mata kuliah. Walhasil, saya telat 42 menit dari deadline.

Walau saya masih tidak paham kenapa banyak yang memberi deadline jam 23.59 (memangnya tugas itu akan segera diperiksa jam 00.00?), tapi saya mendapat pelajaran dari sini. Mungkin saja deadline jam 23 itu ada untuk mendidik saya supaya tidak deadliner. Saya adalah orang yang tidak bisa tidur terlalu larut malam kalau hari kuliah (kalau pas libur sih bisa baru tidur jam 1 pagi). Makanya, kalau ada tugas yang deadline jam 23, saya harus sudah menyelesaikan dan mengumpulkannya sebelum jam 21 kalau bisa. Untuk menghindari kejadian lewat deadline seperti yang saya ceritakan di atas.

Masih ada 9 minggu kuliah lagi semester ini. Semoga kemampuan manajemen waktu saya semakin baik...


Bandung, 28 Februari 2015
"... ingat, life without passion is a slow way to freeze to death."


Sabtu, 14 Februari 2015

Book Review: Rindu

 
Image taken from here.


"Apalah arti memiliki, ketika diri kami bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?
Apalah arti cinta, ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatau yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja."

-----

Satu lagi buku Tere Liye yang saya baca. Kali ini, cerita yang ia sajikan disampaikan dengan bahasa yang ringan. Plot yang dipilih pun cenderung datar, tingkat klimaks tidak terlalu tinggi.

Mengambil setting beberapa tahun sebelum kemerdekaan Indonesia, novel ini mengisahkan orang-orang yang dipersatukan oleh takdir dalam satu perjalanan besar dan tak sebentar. Orang-orang dengan aneka latar belakang masa lalu. Orang-orang yang bertanya-tanya tentang hidup mereka. Pertanyaan-pertanyaan mereka lah yang menjadi benang merah cerita ini. Pembaca diajak untuk merenung lewat pertanyaan dan jawaban yang disajikan Tere Liye.

Buku ini membuat saya berpikir tentang takdir. Betapa setiap orang memiliki takdirnya masing-masing, yang telah mereka lalui di masa lalu masing-masing. Untuk yang demikian, tiadalah mereka dapat berbuat apa-apa selain menerima takdir tersebut. Orang-orang juga memiliki takdir untuk masa depan masing-masing. Takdir yang sekarang tak satu orang pun tahu dan membuat orang yang bersangkutan tidak tenang hatinya. Orang-orang pun masih diberi kesempatan untuk mengusahakan takdir: baik-buruk takdir mereka bergantung pada usaha yang mereka lakukan. Dan takdir itu berkaitan dengan timing. Kenapa hal ini terjadi sekarang? Kenapa hal itu belum terjadi? Tiada yang tahu pasti kecuali Sang Maha Pengatur bukan...?

Bandung, 14 Februari 2015
...I've survived first month of 6th semester, Alhamdulillah

Selasa, 03 Februari 2015

Renungan Berangkat Kuliah

Pagi kemarin aku berangkat kuliah jam 6.10. Berniat sarapan di warung nasi kuning langganan, kulangkahkan kaki ke arah utara. Aku melewati sebuah rumah yang bagus di depan gang kosan. Rumah bertingkat 2 lantai dengan teras dan taman yang asri di bagian depannya. Sejak lama, rumah ini telah merebut perhatianku. Tiap kali melewatinya selalu terbersit kekaguman akan keindahannya, terkadang membuat kangen dengan 'rumah' di Solo, dan penasaran dengan bagian dalam rumah tersebut, penasaran dengan keluarga penghuninya. Terkadang jika sedang beruntung aku juga bisa mendengar alunan piano dari dalam rumah itu.

Pagi ini, saat melintasi rumah itu, tiba-tiba saja aku berandai-andai, membayangkan kira-kira apa yang sedang dilakukan para penghuni rumah itu di dalamnya. Aku membayangkan seorang ibu yang sedang repot di dapur menyiapkan sarapan dan mungkin juga bekal untuk anak-anaknya yang masih sekolah.

Lalu pikiranku meloncat lagi, membayangkan diriku beberapa tahun ke depan yang mungkin juga sedang sibuk di dapur pada jam sepagi itu. Aku pun tersenyum. Entah kenapa aku suka imaji yang kumunculkan sendiri dalam kepalaku. Yah, walau nyatanya sampai sekarang aku tidak pernah merepotkan diri di dapur, jarang sekali memasak, tapi tetap saja aku suka pengandaianku itu.

Sekian meter setelah melewati rumah tersebut, aku pun menarik pikiranku kembali ke saat itu. Cukup berandai-andainya. Jalani hidup sekarang dulu saja.


Bandung, 3 Februari 2015
...yang merasa sudah tua, tapi masih kekanakan

Kamis, 15 Januari 2015

Book Review: Revolusi dari Secangkir Kopi



Penulis: Didik Fotunadi
Penerbit: Mizan
Halaman: 446 hal.

"Aku belajar tentang makna kecewa sang pendaki gunung, tapi dengan kacamata lain ia sudah hebat ketika dilihat dari kejauhan. Lalu tentang jadilah sebutir pasir dalam sebuah bangunan keidealan. Tentang impian masa depanku, akulah yang buat. Bapak telah membayar harga keberhasilan anak-anaknya dengan melengkungkan diri seolah busur, dengan keringat serta kerja keras. Sehingga mampu melesatkan anaknya menuju masa depan yang bahkan beliau sendiri pun tak pernah mampu membayangkannya." [halaman 150]

---


Awal mula tertarik dengan buku ini adalah saat ada rangkaian acara untuk memperingati Sumpah Pemuda di kampus. Salah satunya adalah launching buku ini. Walaupun akhirnya saya tidak datang ke acara tersebut, saya tetep tertarik untuk membaca buku ini karena katanya buku ini bercerita mengenai kehidupan seorang mahasiswa aktivis ITB angkatan 1993. Tambah tertarik lagi karena judulnya pakai kata "Kopi" :p

Seperti yang dapat dibaca di cover belakang buku ini, penulis berfokus pada kisah kemahasiswaannya saat kuliah di ITB. Bahkan cerita tentang keaktifan dan kekritisan mahasiswa ITB yang ia dengar saat masih SMA ia jadikan motif utama untuk memutuskan pilihan perguruan tingginya. Ya, ia ingin masuk ITB karena ingin menjadi bagian dari mahasiswa-mahasiswa yang katanya kritis, pantang menyerah dalam berjuang.

Keasyikan tersendiri yang saya rasakan saat membaca buku ini adalah saya bisa membayangkan aneka kejadian yang diceritakan penulis ber-setting kampus Ganesha tahun 1993. Saya jadi tahu kalau dulu, tempat gedung kuliah saya berdiri sekarang tak lain adalah sebuah lapangan dan pernah ada helikopter militer mendarat di sana. Saya jadi tahu kalau aturan jam malam di kampus dimulai pukul 23.00 sudah ada sejak tahun 1994 (sampai sekarang juga masih 'berlaku'). Dan saya jadi makin sadar akan perbedaan karakter setiap unit kegiatan / himpunan jurusan, sebut saja perbedaan antara mahasiswa-mahasiswa Geologi dengan mahasiswa Informatika seperti saya. 

Kalau masalah kemahasiswaannya sendiri jujur saya tidak bisa membandingkan dengan kemahasiswaan era kini. Kegiatan kemahasiswaan yang diceritakan oleh penulis adalah serangkaian kegiatan "pembelaan rakyat" yang puncaknya jatuh pada tahun 1998. Sedangkan saya kurang tahu mengenai kegiatan kemahasiswaan di kampus sekarang, bisa dibilang saya hanya tahu bagian permukaannya saja.

Bahasa penulisan yang digunakan penulis cukup bisa dinikmati alirannya. Kata-kata yang dipilih juga mudah dipahami. Pada beberapa halaman diisi dengan gambar ilustrasi adegan cerita dan di beberapa bagian juga diselipkan lirik-lirik lagu khas perjuangan mahasiswa (Kampusku Rumahku, Mentari, dll). Alur ceritanya runtut, dari tokoh utama masuk jadi mahasiswa baru, mengikuti osjur, menjadi pengkader di salah satu unit, lalu melompat ke peristiwa Mei 1998.

Selain menceritakan kemahasiswaan, ada juga selipan cerita cinta dan keluarga si tokoh utama. Bagian cerita keluarga (tentang bapak dan ibu) selalu bisa menyentuh saya dan mengingatkan akan orang tua saya sendiri, mengingatkan akan pengorbanan mereka untuk saya dan keinginan mereka agar saya memperoleh pendidikan yang tinggi.

Overall, buku ini telah berhasil meng-engage saya. I give it 4 out of 5 stars in Goodreads :)


Bandung, 15 Januari 2015
...ditulis di tengah usaha agar tidak "nggak ngapa-ngapain"