Aku merasa butuh menulis, maka aku menulis.
Kali ini pingin
share cerita/pemikiran yang didapat setelah wawancara seorang kakak tingkat
sebagai tugas osjur.
Kakak tingkat yang
satu ini adalah orang yang sangat aktif. Unitnya buanyaaaaakk buangeeett! Masih
ikut kegiatan di luar kampus juga lagi! Dan keaktifannya ini sudah dimulai
sejak SMA. Di SMA dulu dia ikut 7 organisasi: di 5 organisasi dia jadi
sekretaris, terus pernah jadi ketua OSIS juga. Antara aku dan dia ada
kesamaan: suka jadi sekretaris. Dulu pun saat magang di himpunan dia memilih
masuk staff sekretaris, sama seperti pilihanku kemarin. Bedanya, dia punya misi
lain, yaitu ingin mengetahui lebih dalam setiap divisi yang ada di himpunan
supaya dia bisa memilih divisi dengan tepat setelah masa magang berlalu. Kalau
aku mah, milih sekretaris ya cuma karena suka, itu aja…. Unconditionally…
Selama keberjalanan
osjur dari awal, kakak yang satu ini eksis banget. Satu angkatanku setuju kalau
dia itu kakak panitia yang dewasa, rasional, dan bijak. Wawancara dengannya
kemarin semakin menguatkan kesan itu pada diriku.
Dia orang yang punya
visi. Visinya kuat. Yang berbeda dengan sebagian besar kakak-kakak tingkat lain
adalah sikapnya yang selow terhadap temen-temennya yang nggak aktif di
himpunan. "Kalian boleh kok nggak aktif di himpunan, but don’t just be nothing.
Kalau kalian nggak aktif di himpunan, kalian harus punya alasan yang kuat
sehingga orang-orang nggak bakal bisa protes terhadap ketidakaktifanmu itu.
Misal nih, si A nggak aktif di himpunan karena dia fokus ngejar target buat
jadi mapres, si B nggak aktif di himpunan karena dia sibuk ikut lomba dan
menang, si C nggak aktif di himpunan karena dia aktifnya di unit, si D nggak
aktif di himpunan karena selain kuliah dia sudah mulai merintis bisnis, dll." (kurang lebih seperti itu kata-katanya...)
Menurut si Kakak
ini, setiap orang kan punya tujuan masing-masing dan mereka bebas memilih jalan
untuk mencapai tujuan itu. Jalan yang dimaksud bukan cuma lewat himpunan.
Si Kakak mendorong
kami untuk mengeksplor dunia ini lebih jauh. Karena dengan begitu, pikiran kita
bisa terbuka. Wawasan kita makin luas.
Quote yang bagus
dari si Kakak:
“Hard work can beat talent when talent doesn’t work hard.”
Yang paling bikin
takjub ya manajemen waktunya itu lho… dari sekian banyak kegiatan, dia bisa
survive. Sedangkan aku baru 3 minggu kuliah + magang tapi udah banyak banget
ngeluh nggak bisa atur waktu. Si Kakak mengingatkan satu poin yang pernah aku
dapat pas training 7 habits tahun lalu: put first thing first. Video ilustrasi
dari poin ini adalah video menyusun batu dan kerikil di suatu tabung kaca. Saat
penyusunan dilakukan dengan cara memasukkan kerikil terlebih dahulu, nggak
semua batu bisa masuk ke tabung itu. Oleh karena itu, caranya dibalik: masukin
batu yang besar-besar dulu, baru deh masukkin kerikilnya. Put big thing first,
kalau kata si Kakak.
Dia juga menyemangati
kami. Meyakinkan kami bahwa kami juga bisa survive, di osjur ini.
Semoga aku juga bisa
survive…
*maaf kalau
tulisannya ‘lompat-lompat’ (nggak sistematis)
[... ditulis saat galau gegara banyak hal yang musti dikerjain...]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar