Sabtu, 01 Januari 2011

DIA Mengerti Kita

"...jangan pernah merasa menyesal, setiap kali gagal menggapai cita. Jika kau sudah usahakan yang terbaik, maka terimalah keputusanNYA untukmu. Jika kau belum diizinkan untuk terus, maka sebaiknya kau kembali dengan suka hati. Karena DIA tahu: kita belum siap untuk saat ini..."

Baru saja saya dapat kabar, kalau saya tidak lolos seleksi Youth Exchange and Study (pertukaran pelajar ke Amerika Serikat). Akhirnya, setelah menghabiskan akhir tahun 2010 dengan penuh gamang dan galau, saya mendapat kepastian juga... Jujur, saya bersyukur telah mendapat kepastian, apapun itu.

Hari-hari di akhir tahun 2010 saya dominasi dengan merenung dalam galau. Dulu, begitu mendapat info tentang pertukaran pelajar ini, saya langsung dengan penuh yakin memutuskan untuk ikut (setelah diizinkan orang tua tentunya). Dan saya bersemangat sekali mengikuti tahap-tahap seleksi yang sudah dimulai sejak bulan Mei 2010. Namun, gamang itu mulai hadir saat saya menghadapi formulir untuk menentukan placement saya di sana nanti...

Formulir ini paling sulit. Salah satunya adalah karena kita wajib menyertakan health certificate dari dokter. Health certificate ini isinya banyak sekali. Ada pertanyaan-pertanyaan tentang riwayat kesehatan kita, imunisasi, dan kondisi kesehatan kita saat ini. Saya sudah sempat menemui seorang dokter. Beliau tidak bersedia mengisi karena saya belum memiliki data yang valid. Dokter itu menyarankan saya untuk general check up saja.

Terus terang, saya langsung kehilangan semangat mengingat biaya untuk general check up itu tidak sedikit. Tapi saya tetap mengisi formulir itu, memutuskan untuk mengosongi bagian health certificate dulu. Karena saya tidak mau masalah biaya ini menghambat pencapaian cita saya, seperti yang telah saya post di sini.

Sebenarnya, apa yang membuat saya ragu?

Begini, saya sudah berjuang sejauh ini, sampai tahap seleksi akhir, tentu saja saya merasa eman-eman kalau saya mundur begitu saja hanya gara-gara saya tidak mau membebani orang tua dengan biaya general check up. Orang tua saya mau membiayai, meskipun mungkin hutang dulu (mengingat saat itu adalah akhir bulan). Namun, saya tetap tidak enak hati. Saya merasa telah terlalu banyak merepotkan mereka dalam proses seleksi yang panjang ini. Jadi, di satu sisi saya ingin terus, di sisi lain saya ingin berhenti. Dan kedua sisi ini sama besarnya. Inilah yang melahirkan ragu pada diri saya.

Bagaimanapun, saya lega sekali setelah menerima pengumuman tadi. Memang terbersit sedikit kecewa. Namun, setelah saya renungkan lagi, saya tidak boleh kecewa. Jika saya bercermin diri saat ini, menilai diri sendiri, saya tahu bahwa saya belum siap untuk hidup di luar negeri. Saya masih sering bersikap kekanak-kanakan. Dan saya masih belum dapat menjadi perwakilan (duta) Indonesia di negeri orang. Jadi, ada baiknya saya menggembleng diri sendiri terlebih dulu.

Keinginan untuk belajar di luar negeri itu tetap ada. Dan saya harus sudah siap, begitu kesempatan itu datang menjemput saya.

2 komentar:

  1. semangat yaa.. Allah SWT memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan..

    BalasHapus