Jumat, 21 Januari 2011

School of Life: Physique 1

"....meski benda itu besar, jika ia tidak bergerak, maka ia tidak punya momentum...."

Kata-kata itu diucapkan oleh guru Fisika saya saat beliau menerangkan kembali tentang momentum untuk gerak linier, sebagai preambule materi baru: momentum sudut.

Begitu mendengar kalimat itu, saya seolah mendapat inspirasi mendadak. Hasil kerja dari sistem syaraf manusia yang begitu cepat, hebat, dan dahsyat. Subhanallah...

Inspirasi apa??

Inspirasi untuk berprestasi. Yak...

Setiap orang di dunia ini memiliki potensi untuk berprestasi. Namun, potensi itu akan terus terpendam jika manusia tersebut tidak berusaha untuk menggalinya. Apa alasan seseorang untuk tidak menggali potensi yang ia miliki? Jawabannya ada lebih dari satu alasan. Dalam entry ini, saya akan membahas tentang salah satu alasan saja: MOMENTUM.

Ya... Banyak orang yang sebenarnya mengetahui secara pasti akan potensi yang dimilikinya. Namun, ia tidak mau repot-repot menariknya ke permukaan untuk menjadikannya sebuah prestasi hanya gara-gara ia merasa tidak memiliki kesempatan atau momen yang tepat.

Ini adalah hal yang salah. Berdasarkan hukum fisika, suatu benda pasti memiliki momentum (kesempatan) jika ia bergerak. Besar kecilnya momentum juga dipengaruhi oleh seberapa cepat benda itu bergerak. Jika benda itu hanya diam saja, tak peduli seberapa besar massanya (potensinya), pasti ia tak punya momentum.

Coba kita pahami hukum fisika yang satu ini......

Setelah itu, coba kita buat daftar potensi diri yang kita miliki.....

Sudah??

Dari daftar potensi diri tersebut, pasti masih ada potensi-potensi yang belum tercantum, karena mungkin kita sendiri tidak menyadari bahwa potensi itu ada dalam diri kita. But, it's ok... Kita mulai terlebih dulu untuk potensi-potensi yang sudah terdaftar...

Misalnya saja, saya tahu bahwa saya bisa menjadi pemusik yang handal, yang bisa memainkan berbagai macam alat musik, yang bisa menciptakan harmoni nada indah mempesona. Bagaimana saya bisa tahu? Karena bagi saya, musik adalah bahasa lain dari matematika. Musik adalah matematika yang indah, bebas, luwes, menentramkan... Saya bisa memahami pelajaran seni musik semudah saya memahami matematika.

Namun, kenyataannya sampai saat ini saya baru bisa memainkan pianika, itu pun tidak terlalu mahir. Main flute juga masih false. Mengapa demikian?

Karena saya tidak bergerak. Saya tidak memiliki variabel kecepatan. Bahasa sederhananya, saya tidak mempelajari seni musik lagi. Bagaimana saya bisa memahaminya jika mempelajarinya pun tidak? Terakhir saya bersinggungan dengan pelajaran musik adalah saat masih duduk di kelas 9 SMP, dua tahun yang lalu. Otomatis potensi musik saya belum sepenuhnya terangkat ke permukaan tangga prestasi.

Lalu, mengapa saya berhenti mempelajari musik?

Ternyata sederhana sekali jawabannya: kurikulum SMA saya memang tidak mengajarkan seni musik.

Bukankah saya bisa mengikuti les musik di luar sekolah, atau mungkin berguru pada relasi yang lebih pandai main musik?

Diri saya kembali beralasan: tidak ada dana untuk les musik. Tidak ada relasi yang bisa mengajari main musik. Intinya, saya tidak punya kesempatan untuk belajar musik.

Alasan lagi, lagi, dan lagi... Itulah yang membuat saya tidak bergerak. Hingga kini saya menyadari bahwa secara tidak sadar, saya telah melabeli diri saya dengan "tidak bisa main musik"

ITU SALAH!!!

SAYA BISA MAIN MUSIK! Jika saya mau bergerak untuk mulai mempelajarinya...!!!

Begitu pula bagi ANDA!!

Mulailah bergerak! Perbesar variabel kecepatan ANDA!! Karena semakin besar kecepatan gerak ANDA, semakin besar pula momentum (kesempatan) ANDA untuk mengubah potensi menjadi prestasi..!

Ciptakan momentum ANDA sendiri dengan bergerak!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar