Minggu, 29 Maret 2009

March, 2009

Roda kehidupan itu selalu berputar dan berputar. Namun, seringkali kita baru menyadarinya ketika kita berada di bawah. Ketika kita berada di atas, kita terlena oleh ketinggian, mabuk oleh tarian angin, dan terlalu sibuk menyenangkan diri. Tak sadar, tak peduli terhadap orang yang berada di bawah, yang berharap untuk bisa naik ke atas. Padahal, pada saatnya nanti, kita yang akan menjadi orang tersebut: mendongak penuh harap, harapan untuk bisa berada di atas.

 

 

Alam raya diciptakan oleh Yang Maha Adil. Dia yang selalu menjaga keseimbangan dalam kehidupan umat. Tak selamanya yang menang akan menang. Ia pun akan merasakan rasanya dikalahkan.

 

 

Tak semua yang kita inginkan, baik untuk kita. Tak semua yang baik untuk kita, kita inginkan. Bisa jadi sesuatu yang kita inginkan hanya mengantar kita kepada maksiat sedangkan di tangan orang lain, sesuatu yang kita inginkan tersebut dapat membawa begitu banyak manfaat. Hanya Allah yang tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Dia juga selalu memberi yang terbaik bagi hamba-Nya karena Dialah Dzat Yang Maha Pengasih.

Senin, 23 Maret 2009

Penerapan Bioteknologi Konvensional dalam Pembuatan Tape Singkong

Bioteknologi? Apaan tuh?

Buat yang belum tau apa yang dimaksud bioteknologi, nich aku kasih penjelasannya: (ehem..ehem..)

“Bioteknologi adalah pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah dalam menggunakan organisme untuk menghasilkan produk dan jasa guna memenuhi kebutuhan manusia” (Istamar Syamsuri, dkk: 2007)

Simpelnya, bioteknologi itu salah satu cara yang bisa ditempuh manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan memanfaatkan makhluk hidup lain (tumbuhan atau hewan) atas dasar keilmuan (ilmiah). Hehehehe, bukannya bermaksud mendiskriminasi makhluk lain nich… Mengingat dunia seisinya memang diciptakan untuk mencukupi kebutuhan manusia, maka cara ini tidak bisa digolongkan sebagai penindasan / perbudakan / pendiskriminasian / sejenisnya. Hehehehehe…

Bioteknologi itu sendiri ada yang konvensional dan ada yang modern. Bioteknologi konvensional adalah bioteknologi yang dilakukan berdasarkan pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun (aku juga curiga, jangan-jangan bioteknologi konvensional juga ditemukan secara tak sengaja alias tanpa perencanaan sama sekali. Kalo emang iya, Alhamdulillah, thanks Allah…). Sedangkan bioteknologi modern adalah bioteknologi yang dilakukan atas hasil penelitian lebih lanjut oleh para ahli. 

Tanpa basa-basi lagi, mari kita masuk ke pokok bahasan kita! Taraaaa…….

Dalam pembuatan tape singkong, bioteknologi yang kita gunakan adalah bioteknologi konvensional. Organisme yang akan kita gunakan adalah strain jamur Saccharomyces cerevicea, salah satu makhluk hidup anaerob (tidak memerlukan oksigen untuk mendapatkan energi). Proses yang akan terjadi adalah fermentasi, yaitu proses pembebasan energi oleh jamur tersebut.

Alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat tape singkong ini:

  1. Singkong (Of course!).
  2. Strain jamur Saccharomyces cerevicea atau yang biasa disebut ragi. Biasanya dijual dalam bentuk bulatan pipih seperti Vitacimin (maaf, bukan bermaksud mempromosikan…). Untuk satu kilogram singkong, cukup memakai seperempatnya saja.
  3. Air secukupnya.
  4. Pisau, sendok.
  5. Kompor dan dandang untuk mengukus.
  6. Besek untuk tempat menyimpan singkong selama diperam. Perlu diperhatikan, meskipun Saccharomyces nggak butuh oksigen, tetapi ventilasi udara tetap diperlukan dalam pemeraman ini. Celah-celah pada besek dapat berfungsi sebagai jalan keluar dari panas yang dihasilkan oleh aktivitas jamur ini sehingga panas nggak terperangkap di dalam.
  7. Daun pisang untuk melapisi besek.

Nah, abis nyiapin bahan-bahannya, it is show time! Ayo kita mulai bikin tapenya! Ini nich, step-step-nya:

  1. Siapkan bahan dan alat.
  2. Kupas singkong, potong-potong, cuci, lalu kukus singkong hingga seluruh bagian singkong terasa lunak.
  3. Lapisi dasar besek dengan daun pisang yang sudah bersih lalu tata singkong di atas daun tersebut.
  4. Haluskan ragi yang masih berbentuk padat sampai menjadi bubuk halus.
  5. Taburkan ragi secara merata ke seluruh singkong. Pemberian ragi dapat juga dilakukan dengan cara dilumurkan secara merata ke seluruh singkong.
  6. Bagian atas kita lapisi lagi dengan daun pisang lalu tutup beseknya dengan rapat.
  7. Diamkan (peram) selama kurang lebih 1-2 hari. Dalam jangka waktu ini, jamur Saccharomyces akan melakukan reaksi dengan singkong dan mengubah zat tepung dari singkong tersebut menjadi zat gula.
  8. Setelah diperam selama ±2 hari, tape singkong pun siap disantap! Tapi, don’t forget to pray first!

Berdasarkan pengalamanku membuat tape singkong ini, ada beberapa tips yang mungkin bisa bermanfaat buat kalian (yang belom pernah bikin tape tapi punya niat buat segera nyoba):

  1. Sebaiknya singkong dipotong dengan ukuran sedang, jangan terlalu besar. Hal ini penting diperhatikan supaya setelah dikukus seluruh bagian singkong terasa empuk (empuknya merata, nggak cuman di luarnya aja). Kalau yang empuk cuman bagian luarnya, proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur akan kurang sempura.
  2. Peram singkong di dalam besek! Jangan di dalam tempat tertutup seperti toples! (Seperti yang udah aku jelasin tadi…)
  3. Letakkan besek yang berisi singkong yang sedang diperam itu di tempat yang hangat! Suhu hangat cocok untuk perkembangbiakan jamur ini.
  4. Jaga kesterilan / kebersihan alat dan bahan yang digunakan! Jangan sampai ada alat yang berminyak atau basah. Alat / bahan yang basah karena terkena air hujan dapat menggagalkan proses fermentasi.
  5. Perhatikan betul perbandingan antara singkong dan ragi yang digunakan supaya tape yang dihasilkan sesuai dengan harapan kita.
  6. Taburkan ragi secara merata supaya seluruh bagian tape terasa manis.

Oke, mungkin baru ini yang bisa aku bagi ke kalian. Aku sadar banget kalau masih banyak kekurangan di tulisan ini. So, I’m sorry and I hope you don’t mind to leave your comment for this article. Merci…

Kamis, 12 Maret 2009