Jumat, 10 Desember 2010

...: Bukan Lagi Milikmu :...

...masa lalu sudah berlalu, masa depan belumlah hadir, kau hanya berkawan masa kini...

Ya, kata-kata itu adalah hasil perenungan saya baru saja. Memang kedengarannya kata-kata ini sudah banyak didengar di masyarakat, meski dengan redaksi yang berbeda. Tapi, saya tetap mengklaim itu sebagai hasil pertapaan saya. Boleh kan?

Baru saja, saya flashback hari-hari saya belakangan ini. Utamanya adalah perihal studi saya di akhir semester ini.

Dengan cara inilah saya tersadar, bahwa saya sudah tidak bisa lagi merubah masa lalu. Karena bagaimanapun, masa itu sudah bukan milik saya. Yang saya bisa hanyalah menerimanya begitu saja sebagai bagian hidup saya.

Apa sebenarnya yang ingin saya rubah dari masa lalu saya?

Saya ingin berlaku keras pada diri saya. Saya tidak akan mudah menyerah dengan rasa ngantuk. Saya akan memaksa diri untuk bisa konsentrasi kapanpun, di manapun. Saya ingin memaksa diri saya untuk bisa fokus. Meski saya punya banyak peran dan amanah, saya harus bisa melaksanakan itu semua dengan baik.

Sebagai seorang anak, harusnya saya itu lebih perhatian sama orang tua: lebih patuh, lebih taat, nggak sering marah / ngambek, jadi anak yang manis, dan menjalankan amanah mereka untuk menjadi...

... seorang murid. Yeah, saya sudah diamanahi untuk belajar di sekolah. Harusnya saya lebih rajin. Harusnya saya bisa konsentrasi saat menerima pelajaran dari guru. Bukannya malah  menikmati diperbudak oleh rasa bosan dan ngantuk. Harusnya saya mau menyelesaikan tugas-tugas dari guru dengan senang hati. Harusnya saya mengurangi waktu tidur saya [yang memang sudah over] demi bisa menyelesaikan tugas tepat waktu. Harusnya saya bisa mensyukuri nikmat bersekolah ini dengan tidak malas-malasan menjalani hari-hari sebagai murid.

Harusnya... harusnya... harusnya...

Yeah, dan kini akibat dari semua 'harusnya' yang tidak saya lakukan mulai tampak. Hidup saya sekarang terasa, ummm, bisa dibilang amburadul mungkin.

Jadwal hidup keseharian saya amburadul. Indeks prestasi saya amburadul. Rajutan masa depan saya terbengkalai.

Tapi, seperti yang saya bilang tadi, saya hanya bisa menerima itu semua sebagai bagian dari hidup saya. Yang bisa saya lakukan sekarang hanyalah mengusahakan yang terbaik di masa kini, untuk menyambut kehadiran masa depan...

Semoga saya bisa istiqomah dengan azzam ini... aamiin

6 komentar: