Sabtu, 12 Maret 2011

Ikhtiar Melawan Futur-isme

Mengarungi samudra kehidupan
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan
Tiada masa 'tuk berpangku tangan

Setiap tetes peluh dan darah
Tak akan sirna ditelan masa
Segores luka di jalan Allah 'kan menjadi saksi pengorbanan

Belakangan ini saya suka mendengar senandung haroki itu. Lirik dan hentakan lagunya penuh dengan semangat. Namun sayang, senandung ini belum bisa menuntun saya keluar dari lembah ke-futur-an.

Tugas-tugas sekolah yang menumpuk, saya telantarkan di kamar. Belum ada secuil niat pun untuk melahap mereka. Padahal deadline nya tinggal seminggu. Dan saya sadar sepenuhnya bahwa tugas-tugas ini adalah tanggung jawab saya. Bagian dari amanah orang tua. Serta salah satu jalan bagi saya untuk melaksanakan perintah Allah: menuntut ilmu.

Selain itu, kualitas ibadah saya juga sedang berada di kurva turun. Astaghfirullah...

Saya sudah berikhtiar untuk men-delete futur ini. Saya browsing artikel-artikel yang sekiranya bisa memotivasi saya. Saya baca lagi untaian kata penyemangat yang pernah saya berikan kepada teman. Salah satunya adalah ini:

"Jika kau bersikap lunak pada diri sendiri, maka dunia luar akan bersikap keras kepadamu. Jika kau bersikap keras pada diri sendiri, maka dunia luar akan bersikap lunak kepadamu."

Intinya, kita harus memaksa diri sendiri. Kita harus punya ambisi. Kita harus menerapkan disiplin militer terhadap diri sendiri.

Dan saya belum berhasil memaksa diri saya sendiri.

Motivasi lainnya, dari petuah imam Syafi'i:

"Singa jika tak tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa,
Anak panah jika tidak tinggalkan busur, tak akan kena sasaran."

Maksudnya, kita harus bergerak untuk mencapai tujuan. Kalau saya ingin tugas saya selesai, maka saya harus mengerjakannya. Tugas-tugas itu tak mungkin selesai dengan sendirinya.

Sekali lagi, saya belum berhasil memaksa diri untuk bergerak.

Tadi, saya juga memandangi piala-piala yang telah saya raih semenjak SD. Representasi kejayaan masa lalu saya. Namun kini?

Saya sadar bahwa prestasi saya sedang turun. Sering saya diikutkan lomba antar sekolah. Tapi saya mengikuti lomba itu tanpa mengharapkan kemenangan. Malah cenderung menyiapkan diri menerima kekalahan. Di mana semangat juang saya? Di mana semangat saya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan?

Astaghfirullah...

5 komentar:

  1. wah, itu soundtrack waktu Mukhayyam . . .

    Futur is not my Future!! Ihmas, istaqim . .!!

    BalasHapus
  2. silakan.... ^^ moga aja tulisan semi curhat saya ini bisa bermanfaat...

    BalasHapus
  3. iya, silakan... smoga tulisan curhat saya ini ada gunanya buat orang lain... ^^

    BalasHapus
  4. @hilmasol: silakan... moga bisa bermanfaat...^^

    @mutsaqqif: "Futur is not my future!" saya suka kata2 itu.... =) terima kasih sudah menyemangati...

    BalasHapus