Selasa, 30 Juni 2015

When Technology Cares

Selama Kerja Praktik ini, saya banyak diberi kesempatan untuk mencoba/menggunakan teknologi-teknologi yang belum pernah saya gunakan. Baik itu teknologi yang keberadaannya belum saya ketahui sebelumnya atau teknologi yang harus bayar kalau mau pakai. Kali ini pengen share singkat aja mengenai satu teknologi, yaitu Slack.
Slack adalah aplikasi yang memfasilitasi real-time chatting. Aplikasi ini bisa dibilang jadi media komunikasi paling penting bagi tim kerja yang saya ikuti sekarang. Bahkan walaupun bekerja bersama dalam satu ruangan, orang-orang lebih memilih ngobrol di Slack kalau ada yang perlu didiskusikan -_-"
Fitur Slack mirip-mirip lah dengan fitur aplikasi chatting yang lain. Bisa mengirim private/direct message, grup chat (public maupun private), upload file/gambar. Yang membedakan dengan aplikasi serupa, di Slack kita bisa melakukan formatting terhadap text yang akan kita kirim (misalnya dengan menggunakan font bold, italic, quoted text, dll). Selain itu, Slack juga punya fitur mention seperti di Twitter. Fitur mention ini guna banget dalam obrolan di suatu grup karena orang yang di-mention akan langsung dapat notifikasi khusus.
Hal lain yang membuat saya suka dengan Slack adalah setiap kali setelah login, sambil loading, ada saja quotes yang ditampilkan (emang dasarnya saya suka quote sih haha). Beberapa quotes yang pernah saya dapet selama memakai Slack adalah:
  • Alright world, time to take you on!
  • Each day will be better than the last. This one especially.
  • You're here! The day just got better.
  • You look nice today.
  • The mystery of life isn't a problem to solve, but a reality to experience.
Kemarin siang, saya ngantuk di kantor. Lalu tanpa sengaja saya menutup jendela browser. Beberapa menit kemudian saat rasa kantuk sudah pergi, saya buka lagi browser. Dan quote yang saya dapatkan setelah login Slack adalah:

Duh, perhatian banget si Slack ini :')

Bandung, 30 Juni 2015
...udah sebulan, udah kangen, masih 2 minggu lagi

Sabtu, 13 Juni 2015

Penilaian dan Saling Mengingatkan

Pernah nggak sih merasa dikecewakan oleh orang lain saat kita mengetahui sisi buruk mereka?

Saya pernah.

Dulu, saya kenal dengan seseorang yang menurut saya keren dalam suatu hal. Saya kagum terhadap orang itu. Dan tanpa sadar, saya seperti menjadikannya panutan. Saya seperti terinspirasi oleh orang itu. Saya mulai melakukan hal-hal baik, tanpa disuruh.

Tapi, suatu ketika saya mendapat cerita soal masa lalu orang yang saya kagumi itu. Dan ternyata, masa lalunya bisa dibilang kurang baik. Dia pernah melakukan suatu hal yang menurut saya seharusnya tidak dilakukannya. Di situlah saya kecewa. Cerita mengenai masa lalu orang tersebut telah mengubah penilaian saya untuknya. Yah, bukan serta-merta jadi benci juga. Tapi tingkat kekaguman jadi menurun lah. Dan saya jadi sadar bagaimanapun orang yang saya kagumi itu adalah manusia yang pasti punya cacat.

Saya juga pernah berusaha mengenal seseorang, tidak secara langsung, namun melalui tulisan-tulisannya di blog. Setelah membaca sekian banyak post, dari yang terbaru sampai yang telah berusia tahunan, saya dibuat kagum oleh orang itu. Setelah mengenalnya lewat blog, saya mendapat kesempatan untuk berinteraksi juga dengannya, jadi bisa berusaha mengenalnya secara langsung. Dan setelah mengenal secara langsung, saya jadi merasa bahwa saya telah memberikan penilaian terlalu tinggi untuk orang tersebut, hanya dari tulisan-tulisannya di blog. Bisa dibilang saya agak kecewa juga karena mendapati kesalahan/cacat orang tersebut secara nyata.

Padahal kalau dipikir-pikir, wajar saja kan manusia melakukan kesalahan? Entah itu di masa lalu atau di masa kini...? Dan memangnya penilaian saya selalu benar...? Bisa saja kan ada hal-hal lain yang luput dari pertimbangan saya saat menilai seseorang..? 

Hal ini mengingatkan saya akan pertanyaan yang pernah melintas di kepala: bagaimana penilaian orang-orang terhadap saya? Menurut mereka, saya ini seperti apa sih?

Penasaran aja. Nggak pengen orang-orang menilai saya terlalu tinggi, nggak pengen mereka kecewa.

Terlepas dari itu semua, bukankah kita masih bisa saling mengingatkan agar terhindar dari kesalahan? Bukan tak mungkin kan seseorang melakukan kesalahan karena lupa, misalnya saja lupa sholat karena terlalu fokus bekerja. Untuk orang-orang yang telah kita nilai sebagai orang baik, reminder dari kita bisa menjaganya untuk tetap baik atau bahkan lebih baik lagi (di mata kita). Sedangkan untuk orang-orang yang kita nilai kurang baik, siapa tau reminder dari kita bisa membuatnya jadi lebih baik...

Mari saling mengingatkan :)


Bandung, 13 Juni 2015
...semoga reminder yang diberikan terhitung sebagai usaha mencegah kemunkaran

Jumat, 12 Juni 2015

Book Review: Ayah

Image source: Google :)

Amiru memeluk ayahnya erat-erat. Dia mencium bau yang selalu menjadi misteri baginya, bau yang selalu menyayangi dan melindunginya. Kini dia tahu, bau itu adalah bau ayahnya. Dipeluknya ayahnya semakin erat. Air mata anak dan ayah itu berlinang-linang. 
[Ayah, hal 381]

---

2 Juni 2015, saya udah nggak kuat menahan keinginan untuk pergi ke toko buku dan membeli buku baru untuk dibaca di kosan. Jadilah sebelum Dhuhur, saya keluar dari kosan, pergi ke Gramedia.

Banyak buku yang ada di wish list saya. Kalau saya punya uang berlimpah, pengen rasanya ngeborong buku-buku itu. Nambah koleksi. Sekalian mewujudkan cita-cita punya perpustakaan pribadi :D

Tapi hari itu, saya harus bersyukur masih mampu membeli satu buku baru. Dalam perjalanan ke Gramedia, saya pun menimbang-nimbang, buku apa yang akan saya beli. Saat itu saya sedang ingin beli novel, karena pada kesempatan belanja buku sebelumnya sudah membeli buku non-novel (buku psikologi modern, karya Malcolm Gladwell). Saya pun mulai mempertimbangkan judul-judul novel yang ada di wish list. Menerka-nerka, novel mana yang kira-kira bisa meng-engage saya agar tidak bosan membacanya.

Sesampai di tujuan, saya langsung menuju ke sektor novel. Salah satu novel yang ada di rak adalah novel karya Andrea Hirata ini. Membaca judulnya, saya tertarik. Saya pun mencoba membaca beberapa halaman pertamanya. Setelah itu, saya melanjutkan penyisiran rak-rak novel. Melihat-lihat novel lain, mencari novel-novel yang ada di wish list saya, membaca sinopsisnya, menimbang-nimbang novel mana yang akan saya beli. Dan yah, pilihan saya jatuh ke novel Andrea Hirata ini.

Sudah lama saya tidak membaca karya Andrea Hirata. Namun yang saya ingat adalah tetralogi Laskar Pelangi-nya berhasil memikat saya. Berhasil membuat saya percaya akan kekuatan mimpi. Membuat saya berani memasang target yang tinggi untuk dicapai. Membuat saya terus yakin bahwa saya bukan tidak mungkin dapat mencapai target tersebut, asalkan mau berusaha.

Novel terbaru Andrea Hirata ini pun juga berhasil meng-engage saya. Bahasa yang digunakan mudah dicerna namun sarat makna. Plot cerita yang disusun berhasil membuat saya penasaran. Awalnya, saya mengira novel tersebut memiliki dua alur cerita yang tak bersinggungan. Saya mengira, novel ini berisi kisah mengenai beberapa orang ayah, dengan komposisi yang sama rata. Namun ternyata, ada satu ayah yang menjadi pusat cerita di novel ini.

Seperti novelnya yang lain, unsur budaya lumayan kental mewarnai novel ini. Tidak hanya Belitong, beberapa tempat lain di Pulau Sumatera juga dijadikan latar cerita. Selain itu, Andrea juga menyelipkan sepotong kisah dari benua Australia. Menyinggung sedikit tentang aboriginal stolen generation.

I rate it 4 out of 5 stars... Nice story :) 

Di halaman awalnya saya menuliskan kalimat:

"Kenapa harus bergalau ria memikirkan lelaki yang bukan sesiapa? Kenapa tidak memikirkan kebahagiaan lelaki yang cintanya murni untukmu? Lelaki yang membuatmu bisa menikmati hidup hingga detik ini...? Ayahmu..."

Yeah, bisa dibilang itu yang mendorong saya untuk menjatuhkan pilihan pada novel karya Andrea Hirata ini saat itu :3


Bandung, 12 Juni 2015

Minggu, 07 Juni 2015

KP Ceciwi UrbanIndo 1: The Beginning

Mau Kerja Praktik (KP) di mana?
Itulah pertanyaan yang mulai sering muncul di benak saya akhir tahun 2014 lalu. Mulailah tanya-tanya ke kakak tingkat soal KP. Baca-baca cerita KP mereka di blog juga. Dan, berbekal keinginan tidak mau KP sendirian, saya mulai cari teman buat diajakin barengan kalau mau daftar KP: Icha dan Afik. Kami bertiga pun mulai mencoba mengirimkan CV ke beberapa perusahaan dan mendaftar program Global Internship di GIST, Korsel. 

Bulan demi bulan berlalu dan belum ada kemajuan dalam menjawab pertanyaan tadi. Belum ada panggilan wawancara dari perusahaan yang sudah dikirimi CV. Nggak begitu yakin juga bakal lolos seleksi ke GIST. Sampai akhirnya dapet info dari seorang teman kalau UrbanIndo ada lowongan magang. Kami bertiga pun langsung kirim CV ke sana.

Wawancara
Beberapa hari kemudian kami bertiga dipanggil buat interview di UrbanIndo. Kami diwawancara di tempat terpisah dalam waktu yang bersamaan. Pewawancaranya ada 3 orang, ganti-gantian. Pertanyaan yang diajukan saat interview ya standar lah: diminta memperkenalkan diri, ditanya beberapa hal berkaitan dengan info yang kita cantumkan di CV, dan karena kerjaan di UrbanIndo berhubungan dengan web jadi ditanya soal dunia per-web-an dan per-internet-an juga (materi-materi kuliah WBD, Sister, Basdat).

Pra-KP
Sekitar seminggu setelah interview, kami bertiga dipanggil lagi ke kantor UrbanIndo. Alhamdulillah, pada pertemuan itu kami diberi tahu kalau kami diterima KP di sana. Kami pun diminta mengisi biodata dan ditanya mau mulai KP kapan sampai kapan. Selain itu, kami juga langsung mendapat briefing mengenai tugas yang akan di assign ke kami saat magang nanti. Dan sebagai tindak lanjut dari briefing itu, kami diminta membuat dokumen perencanaan pengerjaan tugas tersebut.

Beberapa hari setelah mengumpulkan dokumen yang diminta, kami mendapat tugas untuk mengeksplor beberapa teknologi: Spring Boot, Lumen, dan Protocol Buffer.

Beberapa minggu setelahnya, kami dipanggil lagi ke kantor untuk briefing. Ada perubahan tugas untuk intern ternyata. Yang semula kami diminta untuk membuatkan fitur newsletter, push notifications, dan social dashboard diganti dengan user contact verification, dynamic image resizer, dan unit and functional testing untuk Yii2. Kami di-brief mengenai teknologi-teknologi yang akan kami gunakan dalam mengerjakan tugas tersebut. Lalu, masing-masing kami diminta memilih satu tugas. Saya memilih untuk mengerjakan user contact verification, Afik dynamic image resizer, Icha unit and functional testing.

Hari pertama ngapain?
Sampai malam Senin, kami belum punya gambaran mengenai apa yang akan kami lakukan di kantor pada hari pertama. Biasanya kan (kalau baca-baca dari blog KP angkatan atas) hari-hari pertama tuh isinya pengenalan lingkungan kerja dan penjelasan mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. Lhah, masalahnya kami sudah diajak keliling kantor saat briefing beberapa bulan lalu. Kami juga sudah diberi tahu pekerjaan yang harus kami kerjakan beserta teknologi-teknologinya. Jadi, hari pertama kami ngapain dong? Ini bikin saya lumayan takut menghadapi hari pertama...


to be continued..

Bandung, 7 Juni 2015
...9 weeks to go